Home Tentang Kami Kontak Kami Donasi E-Book

Unsur-unsur Filsafat Sejarah dalam Pemikiran Confucius (Kajian Terhadap Hubungan Sejarah dengan Manusia, Waktu dan Tuhan)

Penulis : Nanang Nurdiyanto


A. PENGANTAR
Setiap peristiwa yang terjadi dalam hidup kita kadang hanya lewat dan mengalir begitu saja, tanpa ada upaya untuk melakukan suatu langkah reflektif sehingga peristiwa tersebut menjadi tidak bermakna. Seharusnya, manusia dapat berupaya untuk memberikan atau menerapkan suatu makna kepada sejarah, hanya dengan demikian perbuatan manusia dapat disusun secara kait-mengkait dan dapat diarahkan ke hari depan (Misnal Munir, 1997; 126). Manusia mempunyai kewajiban etis untuk membuat gambaran hari depan sehingga sejarah mempunyai makna. Hal ini ditegaskan oleh Ankersmit (1987: 372) bahwa makna sejarah terletak pada kemampuan manusia secara bebas dan dengan kesadaran penuh mengenai tanggung jawab etis dalam memilih. Bagaimana wajah hari depan itu, serta bagaimana manusia secara optimal dapat memberi makna dan isi kepada sejarah itu. Sedang bagi Sartono Kartodirdjo (1900; 204-205) sejarah mempunyai fungsionalitas, artinya sejarah tidak hanya mempunyai makna dokumenter, tetapi juga mengandung makna apresiasif, yaitu mewujudkan kesadaran kolektif. Pengalaman sebagai pengendapan hasil proses kebudayaan berupa suatu subjektifitas hasil internalisasi subjek, sedangkan yang berupa objektifitas merupakan hasil eksternalisasi. Objektifitas terus-menerus akan menghasilkan pengalaman kolektif.
Sejarah mengandung beberapa aspek. Kees Bertens dalam bukunya “Panorama Filsafat Barat Modern (1987; 193-198) ” menyatakan sekurang-kurangnya ada empat aspek yang terdapat dalam sejarah. Pertama, sejarah manusia hanya dapat berlangsung dalam perkembangan yang harmonis antara unsur spiritualitas dan materialitas. Kedua, sejarah dapat berlanjut jika manusia bebas dalam merealisasikan diri. Ketiga, sejarah selalu berkaitan dengan waktu atau temporalitas yang selalu kontinu. Keempat, sejarah hanya dapat terjadi jika manusia berkarya bersama dengan manusia lain.
Dalam tulisan ini penulis ingin mencoba menggali tema filsafat sejarah Confucius, karena dalam pemikiran Confucius hal ini belum terungkap dengan jelas, sehingga yang akan dicoba di sini adalah sebuah penggalian filsafat tersembunyi dari pemikiran Confucius. Sebagai sebuah penelitian kepustakaan maka langkah-langkah yang dilakukan adalah mulai dari mengumpulkan data yang terkait dengan tema, kemudian menyusun, dan memberikan analisa kritis. Dalam penulisannya, karya ini banyak mengacu pada penelitian Drs. Budisutrisna, M.Hum yang berjudul “Historisitas dalam pandangan Confucius”.
Berbicara mengenai Confucius, dia termasuk orang yang menginginkan agar akal budi mempunyai pengaruh yang lebih besar dalam kehidupan sosial. Dalam kerangka pemahaman kesejarahan ia pun mempelajari sejarah dan menginterpretasikannya untuk menemukan hukum-hukum perkembangannya. Dalam kenyataannya ia tetap melestarikan apa yang dipandang baik dalam kebudayaan masa lampau, tapi juga menciptakan suatu kebudayan baru yang sesuai dengan perkembangan situasi dan kondisi. Pemikiran Confucius lebih banyak membahas manusia sebagai individu sekaligus sebagai makhluk social. Hal ini berbeda dengan aliran besar lainnya, yakni Taoisme yang cenderung menyoroti hubungan manusia dengan alam. Kehidupan Confucius sendiri sudah pasti merupakan contoh yang baik bagi ajarannya. Ia mempunyai obsesi besar untuk mengubah dunia (Fung Yu Lan, 1990: 57). Mengenai profil dari sosok Confucius kiranya tidak begitu perlu diangkat di sini karena tokoh ini sudah cukup terkenal dalam dunia pemikiran timur, khususnya Tiongkok.
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang selanjutnya akan diangkat dalam tulisan ini agar pembahasan yang akan dilakukan dapat lebih terfokus untuk menjawab permasalahan yang ada. Adapun rumusan permasalahan yang coba diangkat penulis yaitu:
• Bagaimanakah pandangan Confucius tentang hubungan sejarah dengan manusia ?
• Bagaimanakah pandangan Confucius tentang hubungan sejarah dengan waktu?
• Bagaimanakah pandangan Confucius tentang arah sejarah?
• Bagaimanakah kedudukan Tuhan dalam filsafat sejarah Confucius?
B. PEMBAHASAN
1. Manusia dan Sejarah Manusia membentuk serta menghasilkan sejarah dan bersamaan dengan itu ia dibentuk dan dipengaruhi oleh sejarah (Bertens, 1987; 200). Oleh sebab itu pada hakikatnya semua permasalahan berkisar sekitar faktor manusiawi, tidak hanya sebagai unsur objektif, lebih dari itu juga selaku unsur objektif (Sartono Kartodirdjo, 1990; 252). Dengan demikian jelas bahwa manusia merupakan faktor utama dalam pembahasan sejarah. Sedang dalam diri manusia secara hakiki terdapat unsur spiritualitas dan unsur materialitas atau secara gampang dapat dikatakan bahwa hakikat manusia terdiri dari jiwa (rohani) dan raga/badan (lahir). Dan secara implicit Confucius mengakui adanya unsur spiritualitas dan materialitas yang ada dalam diri manusia. Menurut Confucius semua tindakan yang menyangkut unsur materialitas atau keragaan manusia akan sia-sia jika tidak didasari oleh unsur spiritualitas. Unsur spiritualitas ini diantaranya adalah Jen . Jen dapat diartikan sebagai perikemanusiaan. Perikemanusiaan ini mengandung dua segi, yaitu Chung (segi positif) dan Shu (segi negatif). Chung terlihat dalam ungkapan “Apa yang engkau senangi dilakukan orang terhadapamu, lakukanlah terhadap orang lain”. Segi Shu mengajarkan “Apa yang tidak kau sukai dilakukan orang terhadapamu, jangan kau lakukan terhadap orang lain” (Creel, 1951; 34). Unsur spiritualitas yang lain dalam diri manusia selain Jen yang harus diwujudkan dalam tindakan yang mempertahankan unsur materialitas adalah: Yi (kelayakan), Li (etiket atau sopan santun). Chih (kebijaksanaan). Manusia dalam menghayati historisitas atau kesejarahannya tidak hanya mementingkan aspek materialitasnya saja, akan tetapi selalu diimbangi dengan perkembangan spiritualitasnya. Aspek materialitas yang terlihat nyata dalam berbagai tindakan manusia haruslah selalu mencerminkan perkembangan berbagai aspek spiritualitas manusia tersebut. (Budisutrisna, 1998: 26-27)
Perbuatan manusia sebagai aspek materialitas harus selalu mendasarkan diri pada aspek spiritualitas. Dalam perkembangan kebudayaan manusia diarahkan kepada Chun Tzu (manusia unggul), sejarah tidak pernah dibuat oleh manusia secara sendirian, akan tetapi selalu dalam kebersamaan kelompok. Dalam hal ini Confucius lima hubungan social dalam kebersamaan kelompok itu, yakni: hubungan antara penguasa dengan warganya, hubungan antara suami dengan istri, antara ayah dengan anak, antara kakak dan adik, dan antara sesama teman. Lima hubungan ini sering dikenal dengan konsep Wu Lun . Untuk mewujudkan manusia-manusia Chun Tzu yang akan membuat tingginya kebudayaan manusia, peranan individu tetap diakui tetapi tidak dapat dilepaskan dari peranan kebersamaan kelompok tersebut. Hanya manusia-manusia yang berhasil membuat keterkaitan harmonis aspek materialitas dan spiritualitas dalam kebersamaan kelompoklah yang akan mencapai Chun Tzu , yang pada akhirnya akan memajukan kebudayaan manusia. Sejarah digerakkan oleh manusianya. Namun demikian Confucius mengakui bahwa keberhasilan usaha manusia tidak terlepas dari Ming , keputusan alam ketuhanan. Usaha manusia tidak terlepas dari peranan Tuhan. (Budisutrisna, 1998: 27-28)
2. Sejarah dan Waktu
Eksistensi manusia menurut kodratnya mempunyai struktur temporal. Sejarah perkembangan manusia selalu terkait dengan tiga dimensi kesejarahan, yakni: dimensi masa lampau, masa sekarang, dan masa yang akan datang. Dari tiga dimensi tersebut hanya masa sekarang (kini) yang sungguh-sungguh real, berarti masa lampau terangkum dalam masa sekarang, dan masa depan menjadi proyeksi masa kini (Misnal Munir, 1997: 139).
Pandangan Confucius tentang waktu menunjukkan adanya interpretasi terhadap sejarah di masa lampau serta bagaimana sejarah dibentuk pada masa depan. Dalam hal ini peninggalan tradisi dan budaya di masa lampau diinterpretasikannya, missal: Li yang semula berarti tata upacara berkorban kemudian diberi arti sebagai etiket atau sopan santun; Tao yang semula berarti jalan kemudian diberi arti sebagai kode etik individu dan pola pemerintahan; Chun Tzu yang semula berarti orang keturunan bangsawan kemudian diberi arti manusia unggul atau gentle man . Jadi terhadap kebudayaan masa lampau, Confucius tidak membuanganya tetapi diambil semangatnya, intinya, yaitu aspek spiritualitasnya – menurut Confucius esensi kebudayaan adalah Jen. Masa sekarang, bagi Confucius tergambar dalam pendidikan sebagai strategi kebudayaan. Dalam bidang pendidikan ia merasa bahwa fungsi utamanya memberi tafsiran terhadap warisan masa lampau, juga memberikan tafsiran baru terhadapanya yang didasarkan atas konsepsi-konsepsi moral (Fung Yu Lan, 1990, 51). Perkembangan harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi masa sekarang tanpa meninggalkan identitas yang sudah dimiliki di masa lampau yang tersimpul dalam Jen sebagai esensi dari setiap kebudayaan. Jen ini juga selalu terkait dengan Yi, Li, dan Chih. Kemudian masa depan tergambar dalam cita-cita manusia ideal Chun Tzu yang akan dapat menciptakan kebudayaan yang unggul pula. Bagi Confucius untuk merencanakan dan merekayasa masa depan melalui strategi kebudayaannya peranan pendidikan sekali lagi amat penting – seperti sudah disebutkan. Hal lain yang turut memacu terwujudnya masa depan, seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya adalah kebijakan penggunaan bahasa yang tepat, termasuk menyatunya antara perkataan dan perbuatan. (Budisutrisna, 1998: 28-29)
3. Arah Sejarah
Manusia di dalam hidupnya mengejar kebahagiaan spiritual dan kesejahteraan material (R. Sujadi dkk, 1986; 22). Secara implisit sesungguhnya Confucius mempunyai pandangan mengenai arah perkembangan sejarah yang mencakup baik aspek materialitas maupun spiritualitas.
Titik pusat perhatian Confucius diarahkan pada usaha untuk memperbaiki keadaan masyarakat yang kacau menjadi masyarakat yang lebih beradab. Hal ini dapat terwujud jika manusia mencapai Chun Tzu . Dalam Chun Tzu ini tersimpul perkembangan aspek materialitas dan spiritualitas, dalam artian tindakan-tindakan manusia mendasarkan diri pada aspek: Jen , Y i, Li , dan Chih untuk selalu mewujudkannya. Untuk mewujudkannya itu dicapai dalam kebersamaan masyarakat ( lima hubungan sosial) dan pada akhirnya hasilnya diserahkan kepada Ming . Sesudah manusia berusaha, berhasil atau tidaknya diserahkan kepada keputusan Tuhan. Dengan demikian arah perkembangan sejarah tidak hanya mementingkan dimensi horizontal, akan tetapi juga mengutamakan dimensi vertical.
Arah perkembangan sejarah menghendaki keselarasan hubungan antara manusia dengan sesama manusia dan manusia dengan Tuhannya. Chun Tzu merupakan sosok manusia yang layak didambakan oleh setiap insane, sosok manusia unggul, termasuk unggul dengan dirinya sendiri dibanding dengan masa lampau. Jika suatu hari dapat memperbaharui terus-menerus dan dijaga agar baru selama-lamanya. Bagi Confucius taraf kebudayaan manusia yang tinggi yang membuahkan kebahagiaan dan kesejahteraan umat manusia, yang dapat terwujud melalui manusia-manusia Chun Tzu bukanlah sesuatu yang statis tetapi dinamis (selalu disesuaikan situasi – kondisi perkembangan jaman, dalam hal ini Confucius selalu menginterpretasikan masa lampau secara baru). Dengan demikian arah sejarah bukanlah bukanlah sesuatu yang sudah selesai, berhenti, tetapi sesuatu yang terus menerus menjadi disesuaikan dengan jamannya. (Budisutrisna, 1998: 29-30)
4. Evaluasi Kritis Tentang Kedudukan Tuhan dalam Filsafat Sejarah Confucius
Pemikiran Confucius sebagai salah satu dari sekian banyak pemikiran Tiongkok tentunya memiliki karakteristik yang tidak jauh berbeda. Dalam karakteristik filsafat Tiongkok terdapat satu cirri pemikiran Tiongkok yaitu jauh dari hal-hal yang bersifat adi kodrati, termasuk pembahasan tentang Tuhan. Akan tetapi, apakah hal itu juga berlaku bagi pemikiran Confucius? Apakah Confucius tidak menyinggung tentang Tuhan sama sekali dalam pemikirannya? Memang Confucius tidak suka membicarakan hal-hal yang bersifat religius. Karena banyak hal yang tidak dapat dibuktikan dengan panca indera, tetapi hanya dapat dipercaya (Lasiyo, 1983; 28).
Walaupun demikian bukan berarti Confucius tidak bertuhan. Hal ini terbukti ketika pada suatu saat dicela dan tidak ada orang yang mampu mengerti tentang dia, kemudian Confucius berkata “Akan tetapi Sorga mengerti saya” (Creel, 1954; 49). Menurut Confucius ajaran-ajarannya sesungguhnya ilham dari Tuhan (Tien) dengan maksud membimbing kepada jalan kesempurnaan (Tao).
Dalam pandangan Confucius kedudukan Tuhan memainkan peranan sentral dalam seluruh aspek kehidupan, hanya saja ia tidak mau untuk membicarakan secara panjang lebar. Bahkan dia pernah berkata kepada muridnya, “Kau belum mengetahui kehidupan bagaimana kau hendak mengetahui kematian”. Manusia menurut Confucius dalam menentukan perkembangan hidupnya bertumpu pada usahanya dan kemampuannya yang disandarkan pada Ming , keputusan alam ketuhanan. Tuhan selalu hadir dalam setiap kehidupan manusia, dan menjadi penentu keberhasilan setelah berbagai usaha dilakukan. Keyakinan Confucius pada peranan Tuhan tercemin dalam ajarannya mengenai Ming . Baginya Ming berarti keputusan alam ketuhanan. Hal yang paling baik yang dikerjakan manusia ialah sekedar berusaha untuk melaksanakan apa yang diketahui seharusnya dikerjakan. Manusia seharusnya berusaha sekuat tenaga, tetapi hasilnya terserah kepada Ming (Fung Yu Lan, 1989; 29). Dengan demikian tidak berarti manusia pasrah secara pasif terhadap nasib, karena usaha dipandang penting. Ming menjadi penentu akhir perjalanan historisitas manusia. (Budisutrisna,1998: 31)
C. KESIMPULAN
Dalam pemikiran Confucius mengandung pemikiran tentang filsafat sejarah. Hal ini terbukti dengan adanya pandangan Confucius tentang sejarah yang menyatakan bahwa sejarah berdasarkan atas kesadaran manusia dalam memahami masa lampau dan kemampuannya dalam membuat proyeksi masa depan. Menurut Confucius sejarah sangat berkaitan dengan perkembangan manusia dalam hidupnya. Manusia dalam hidupnya tidak hanya pasif saja, tetapi juga aktif menetukan arah perkembangan sejarahnya.
Pandangannya tentang waktu menunjukkan adanya interpretasi terhadap sejarah di masa lampau serta bagaimana sejarah dibentuk pada masa depan. Dalam hal ini peninggalan tradisi dan budaya di masa lampau diinterpretasikannya
Menurut Confucius manusia Chun Tzu bukanlah sesuatu yang statis tetapi dinamis (selalu disesuaikan situasi – kondisi perkembangan jaman, dalam hal ini Confucius selalu menginterpretasikan masa lampau secara baru). Jadi, arah sejarah bukanlah sesuatu yang sudah selesai, berhenti, tetapi sesuatu yang terus menerus menjadi disesuaikan dengan jamannya
Filsafat sejarah Confucius mempunyai dimensi ketuhanan. Manusia menurut Confucius dalam menentukan perkembangan hidupnya bertumpu pada usahanya dan kemampuannya yang disandarkan pada Ming , keputusan alam ketuhanan. Tuhan selalu hadir dalam setiap kehidupan manusia, dan menjadi penentu keberhasilan setelah berbagai usaha dilakukan.

D. DAFTAR PUSTAKA
Ankersmit, F.R., 1987, Refleksi Tentang Sejarah: Pendapat-pendapat Modern Tentang Filsafat Sejarah , PT. Gramedia, Jakarta .
Bertens, K., 1987, Panorama Filsafat Barat Modern , Gramedia, Jakarta.
Budisutrisna,1998, Historisitas dalam Pandangan Confucius , Fak. Filsafat UGM, Yogyakarta
Creel, H.G., 1989, Chinese Thought from Confucius to Mao tse-Tung , Alih bahasa Soejono Soemargono, PT. Tiara Wacana, Yogyakarta .
Fung Yu Lan, 1990, A Short History of Chinese Philosophy , Alih bahasa Soejono Soemargono, Liberty , Yogyakarta .
Lasiyo, 1983, Confucius , Proyek PPPT UGM, Yogyakarta .
Misnal Munir, 1997, “Historisitas Dalam Pandangan Filosof Barat dan Pancasila” dalam Jurnal Filsafat . Edisi Khusus Agustus 1997 hal. 125-148.
Sartono Kartodirdjo, 1986, Ungkapan Ungkapan Filsafat Sejarah Barat dan Timur , Penjelasan Berdasarkan Kesadaran Sejarah , Gramedia , Jakarta .
_________, 1990, Kebudayaan Pembangunan dalam Perspektif Sejarah , Gadjah Mada University Press. Yogyakarta .
Soejadi R., Koento Wibisono, 1986, ”Aliran-Aliran Filsafat dan Filsafat Pancasila” dalam Slamet Sutrisno (ed), Pancasila Sebagai Metode , Liberty, Yogyakarta.

2 komentar:

  1. Selamat atas blognya.
    Dan terima kasih atas kunjungannya ke http://www.tionghoa.com

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus

TERIMA KASIH