Penulis Tan Sudemi
Latar Belakang
Beberapa hari lagi Umat Ru Jiao (Agama Khonghucu)
akan memasuki hari suci Tahun Baru Imlek, dan sudah menjadi tradisi bagi setiap
umat Ru Jiao untuk memberikan bantuan atau sumbangan yang disampaikan ke
Lithang atau Kelenteng, tempat ibadah Agama Ru (Agama Khonghucu). Menjadi
kewajiban bagi setiap umat Ru untuk memberikan bantuan atau sumbangan berapa
pun besarnya, tidak perlu menunggu kaya baru akan menyumbang atau menunggu
kenaikan gaji, bahkan menunggu bisnis
maju baru mau menyumbang. Bantuan atau sumbangan sangat berharga bagi
masyarakat yang membutuhkan uluran bantuan di tengah bangsa Indonesia mengalami
masa pandemi wabah covid-19. Dalam masalah
Pandemi wabah covid-19, banyak di antara mereka mengalami kesulitan ekononi
akibat kehilangan pekerjaan karena perusahaan atau tempat usaha yang mempekerjakannya sudah tidak sanggup untuk
membayar gaji, belum lagi mereka yang membuka usaha harus berhenti dan menutup
usahanya.
Dalam tradisi Agama Khonghucu semangat
solidaritas sosial tercermin dalam dua hari besar keagamaan yakni Tahun Baru Imlek
atau Hari Persaudaraan dan Hari Jing He Phing atau Persembahyangan untuk arwah
umum.
Di hari suci diharapkan umat Khonghucu yang mampu untuk menyantuni bantuan baik berupa materi maupun non materi kepada mereka yang membutuhkan bantuan.
Raja Suci Wen ketika menjalankan
pemerintahan, Beliau mengutamakan cinta kasih terhadap empat golongan yakni
1. Orang tua yang tidak beristri atau duda
2. Orang tua yang tidak bersuami atau janda
3. Orang tua yang tidak mempunyai anak atau sebatang kara
4. Anak yang tidak memiliki ayah atau yatim
Mengapa Raja Suci Wen mengutamakan empat golongan di atas? Karena keempat golongan inilah orang-orang yang paling sengsara dan tidak ada tempat untuk meminta pertolongan dari sesamanya. Di dalam Shi Jing tertulis, “Masih bahagia orang yang kaya, namun sungguh menyedihkan nasib orang yang sebatang kara.” (Mengzi IB,5:3)
Tianzi
menggelar kebajikannya dan mengamalkan kemurahan hati. Diperintahkan kepada
para petugas untuk membagikan apa-apa yang tersimpan di dalam gudang dan ruang bawah tanah untuk
dianugerahkan kepada orang-orang miskin dan yang tidak punya kerabat untuk
menutup kebutuhan dan kemiskinan….… ( Li
Ji IV A Yue Ling III 3:9)
Berdasarkan kitab suci agama Ru (Agama
Khonghucu) mereka dikategorikan yang
berhak menerima bantuan.
1.
Orang
tua yang tidak beristri atau duda
2. Orang tua yang
tidak bersuami atau janda
3. Orang tua yang
tidak mempunyai anak atau sebatang kara
4. Anak yang tidak
memiliki ayah atau yatim
5.
Kaum fakir miskin
6.
Mereka yang kesulitan ekonomi atau sulit memenuhi kebutuhan hidup
Kebajikan itulah yang pokok dan kekayaan itulah yang ujung. (Da Xue X : 7)
Bila mengabaikan yang pokok dan mengutamakan yang ujung, inilah meneladani rakyat untuk berebut. (Da Xue X : 8)
Mengzi berkata, “Perbedaan antara manusia dengan burung dan hewan itu sesungguhnya tidak seberapa. Perbedaan yang sedikit itu oleh kebanyakan orang sering diabaikan, tetapi seorang Junzi menjaganya.” (Mengzi IVB : 19.1)
Dalam kisah Mengzi yang terkenal tentang melihat anak kecil yang akan jatuh ke sumur. Mengzi menegaskan bahwa manusia tentu saja akan tergerak lubuk hatinya karena belas kasihan. Kemampuan untuk menunjukkan sikap empati dan simpati pada anak kecil menunjukkan kemampuan merasakan empati pada penderitaan orang lain.
Mengzi mengatakan, “Perasaan belas kasihan itulah benih Cinta Kasih. (Mengzi IIA : 6.6) ini artinya bila ia tidak memiliki kepekaan hati terhadap penderitaan orang lain maka ia bukanlah manusia. Menurut Mengzi, “Apabila manusia dapat mengembangkannya, ia akan sanggup melindungi empat penjuru lautan, tetapi yang tidak dapat mengembangkannya, ia tidak mampu meskipun hanya mengabdi kepada ayah-bundanya.” (Mengzi IIA : 6.7)
Dalam simpati dan empati tentu timbul juga adanya kedermawanan sosial, diri sendiri secara pribadi tidak bermakna jika tidak memahami kepedulian sosial. Dalam tradisi agama Khonghucu yang identik kehidupan harmoni sosial dengan harapan mewujudkan keseimbangan kehidupan masyarakat. Nabi Kongzi tidak mengharapkan pribadi-pribadi sebagai pemimpin yang mengumpulkan kekayaan untuk kepentingan pribadi dengan mengabaikan nilai-nilai harmoni sosial untuk kesejahteraan bagi rakyat.
Pemimpin negara yang hanya mengutamakan harta saja, menunjukkan
dia seorang rendah budi. Jika perbuatan rendah budi di anggap baik, maka akan
datanglah malapetaka bagi negara itu. Bila hal ini sudah terjadi meski datang
seorang yang baik, ia pun tidak akan dapat berbuat apa-apa lagi. Maka dikatakan
suatu negara janganlah menganggap keuntungan sebagai keberuntungan, tetapi
pandanglah kebenaran sebagai keberuntungan.” (Da Xue X : 23)
Dengan
kata lain kekayaan tidaklah boleh ditumpuk untuk kepentingan pribadi melainkan
harus disalurkan kepada mereka yang berhak untuk menerimanya sebagai wujud
tanggungjawab dan kepedulian sosial demi menjaga keharmonisan masyarakat
sehingga menjauhkan konflik sosial. Nabi Kongzi juga mengecam murid-muridnya
yang hanya bisa membantu golongan atau keluarga tertentu untuk mengumpulkan
kekayaan, sebab kekayaan yang menumpuk pada golongan atau keluarga tertentu
bisa menimbulkan perpecahan maupun pertikaian sosial di tengah-tengah
masyarakat.
Kekayaan
Keluarga Ji sudah melebihi kekayaan Pangeran Zhou, tetapi Ran Qiu masih juga
membantunya memungut pajak untuk memperkaya pula.
Nabi
bersabda, “Dia bukan lagi muridKu. Murid-murid, kamu boleh memukul tambur
menyerangnya.” (Lun Yu XI : 17)
Menjadi
kaya raya dalam Agama Khonghucu tidak dilarang, bahkan dianjurkan, dengan harta
yang berlimpah seseorang bisa memberikan bantuan dan kemudahan bagi yang
membutuhkan, namun semuanya harus dilandasi dengan kebenaran.
Nabi Kongzi
bersabda, “Dengan makan nasi kasar, minum air tawar dan tangan dilipat sebagai
bantal, orang masih dapat merasakan kebahagiaan di dalamnya. Maka harta dan
kemuliaan yang tidak berlandaskan kebenaran. bagiKu laksana awan yang berlalu
saja.” (Lun Yu VII:16).
Bagi umat
Khonghucu, kebenaran dijadikan sesuatu yang pokok dalam menentukan kekayaan
yang diperoleh, seorang umat Khonghucu tidak harus sedih ketika hidup dalam
kemiskinan dan tidak harus menjadi sombong ketika menjadi kaya, namun mampu
menjaga kebenaran dan tetap belajar membina diri sebagai keutamaan untuk
mencapi nilai-nilai kebajikan yang mulia dan berserah diri kepada Tian.
“Seorang umat Ru tidak bersedih dan tidak dapat dipatahkan dari akarnya oleh kemiskinnan dan rendahnya kedudukan; ia tidak bangga dan lupa diri karena kekayaan dan kemuliaan; ia tidak merasa hina dihadapan penguasa; ia tidak merasa terikat oleh tua-tua atau atasan; orang-orang yang berkedudukan tinggi tidak dapat membuatnya sedih (Li Ji XXXVIII : Ru Xing 19)
Zi Gong bertanya,
Seorang yang pada saat miskin tidak mau menjilat dan pada saat kaya tidak
sombong, bagaimanakah dia?” Nabi Kongzi menjawab, “itu cukup baik. Tetapi,
alangkah baiknya bila pada saat miskin tetap gembira dan pada saat kaya tetap
menyukai kesusilaan.” (Lun Yu I :15)
Zi Xia berkata,”Mati
hidup adalah Firman, kaya mulia adalah pada Tian Yang Maha Esa”. (Lun Yu XII :
5)
Nabi Kongzi bersabda, “Bukan Aku tidak menggerutu kepada
Tian Yang Maha Esa, bukan pula menyesali manusia. Aku hanya belajar dari tempat
rendah ini, terus maju menuju tinggi, Tian lah mengerti diriKu.” (Lun Yu XIV :
35)
Manfaat Memberi
Memberi bisa berarti saling berbagi, selain berbagi
kebahagiaan bersama orang lain juga memberi membuat hati lebih bahagia dan
damai. Memberi ibarat mengasuransikan diri untuk semua jenis pilihan. Orang
yang memberi senantiasa mendapat bantuan dan perlindungan Tian, ketika mendapat
musibah premi asuransi turun dengan sendirinya.
Dalam
hal memberi dan menerima Nabi Kongzi memberi suri teladan kepada
murid-muridnya. Nabi Kongzi menerima uang sekolah dari murid-muridnya. Besar
kecilnya tidak di tentukan, sekerat daging pun jadilah.
Nabi bersabda,”Siapapun yang membawa seikat dendeng
(sebagai tanda mohon diterima menjadi murid) datang kepada Ku, tidak pernah Aku
menolak memberi pendidikan." (Lun Yu VII : 7)
Dalam
pemberian ini tentu saja bukan masalah sekerat daging, Nabi Kongzi mengajarkan
akan makna memberi dan menerima, mensyukuri pemberian dan membantu pemberi
untuk senantiasa dalam Jalan Suci Tian, sehingga kedua belah pihak sama-sama
mendapatkan berkah dari Tian. Nabi Kongzi juga mengingatkan kepada murid-muridnya
untuk tidak menolak pemberian orang lain yang bermanfaat, jika kelebihan
berikanlah kepada mereka yang kekurangan.
Tatkala Yuan Si diangkat sebagai menteri, ia diberi sembilan ratus takar beras; tetapi ia menolak. Nabi bersabda, “Jangan menolak! Kalau engkau berkelebihan,berikanlah kepada tetangga-tetangga, orang-orang kampung, desa dan daerahmu.” (Lun Yu VI : 5)
Dalam ajaran Agama Khonghucu, Tian sebagai pemberi anugerah kepada setiap insan yang mau menjunjung tinggi nilai kebajikan, Tian membalas setiap kebajikan apa yang diperbuat oleh umat manusia. Senantiasa bersyukur atas berkah dan karunia-Nya yang Tian berikan, maka Tian akan menambah setiap keberkahan apa yang telah disyukuri, dengan bersyukur, kita sudah siap menerima tidak lagi mengeluh dan bersedih hati.
Dalam kisah klasik Tiongkok, dikisahkan seorang kaya bernama Lui Ching yang tidak peduli terhadap orang-orang miskin dikampungnya...
Lui Ching, seorang petani termasyur karena kekayaannya. Tak seorang pun didesanya yang tidak mengenal Lui Ching. Suatu ketika Lui Ching mendapat musibah. Anaknya semata wayang yang sakit keras. Lui Ching telah mendatangkan berpuluh-puluh tabib untuk menyembuhkan penyakit putra satu-satunya, namun tak satupun yang berhasil menyembuhkan sakitnya. Sejak putranya sakit, setiap tengah malam Lui Ching selalu sembahyang. Suatu kebiasaan yang tak pernah ia lakukan sebelumnya. “Ya, Tuhan mohon sembuhkan penyakit putraku!” pinta Lui Ching tiap malam. Namun penyakit putranya belum sembuh. “Mungkin Tuhan belum mendengar doaku”, pikir Lui Ching. Lalu Lui Ching mengucapkan setiap doa dengan suara keras. Hingga akhirnya salah seorang tetangga mendengarnya. “Lui Ching, mungkin Tuhan sedang mengujimu. Selama ini kulihat baru kali ini kau mau bersembahyang. Kau mungkin kurang memperhatikan lingkungan sekitarmu. Lihatlah ke sekeliling. Di desa ini cuma kau orang yang paling berkecukupan. Namun, tak pernah kau sumbangkan sedikit hartamu untuk yang kekurangan”. Pagi harinya, sakit putranya bertambah parah. Lui Ching mulai kebingungan. “Tabib pun tak ada yang dapat menyembuhkan. Kepada siapa lagi aku harus minta tolong? “kata Lui Ching. Lalu teringat kata-kata tetangganya semalam. Ia mulai merenung. “Benarkan demikian? Kalau begitu akan kukatakan pada Tuhan, jika Tuhan benar-benar menyembuhkan sakit anakku, akan kujual 2 ekor kerbauku dan uangnya akan kusumbangkan untuk penduduk desa. Lalu ia pun mengucapkan janjinya dalam doa di malam berikutnya. Satu minggu kemudian, Lui Ching merasa gembira, putranya sudah benar-benar sembuh dari sakit....
Tian senantiasa peduli terhadap umat manusia yang memohon bantuannya. Memberi itu perbuatan mulia dan Tian senantiasa memberkahi. Memberi itu harus dilakukan dengan hati yang ikhlas dan tulus bukan dengan kesombongan karena akan mendatangkan kerugian bagi yang memberi, sebaliknya dengan hati ikhlas dan tulus akan menerima berkah Tian. Harta yang diberikan dipastikan membawa berkah, baik bagi yang memberi maupun yang menerima. Manfaat apa yang didapatkan ketika seseorang memberi ? Memberi merupakan salah satu sumber pokok untuk menggemilangkan kebajikan yang bercahaya, hal ini dapat dilihat dari kutipan ayat suci sebagai berikut :
Shang Di, Tuhan
Yang Maha Tinggi, itu tidak terus menerus mengaruniakan hal yang sama kepada
seseorang; kepada yang berbuat baik akan diturunkan beratus berkah; kepada yang
berbuat tidak baik akan diturunkan beratus kesengsaraan (Shu Jing IV : IV, 8)
Sungguh Tian tidak
berkenan kepada orang yang tidak menggemilangkan kebajikan (Su Jing V.XIV : 11)
Huang Tian tidak mengasihi
hanya satu golongan, hanya kebajikan yang dibantu (Su Jing V.XVII : 4)
Hanya Kebajikan
berkenan Tian, tiada jarak jauh tidak terjangkau, kesombongan mengundang rugi,
dan kerendahan hati menerima berkah (Su Jing II.II:21)
Sungguh milikilah
yang satu-satunya itu : kebajikan. Sungguh kepadanya Tuhan berkenan akan
menerima Firman Tuhan yang gemilang itu. Bukannya Tuhan memihak kepadaku, hanya
Tuhan melindungi yang satu ialah kebajikan (Su Jing VI : VI : 3-4)
Beroleh
perlindungan Tian. Rakhmat tiada yang tidak membawa berkah. Nabi Kongzi
bersabda, “Perlindungan berarti bantuan. Yang diberi bantuan Tian, ialah orang
yang patuh taqwa. Yang diberi bantuan manusia, ialah orang yang mendapat
kepercayaan. Dia yang berjalan dalam kebenaran dan patuh taqwa dalam fikiran
ialah orang yang memuliakan para bijaksana. Maka akan beroleh perlindungan
Tian. Ada rakhmat; tiada yang tidak membawa berkah.” (Yi Jing Babaran Agung (A)
Bab XII : 75)
Maka seorang yang
mempunyai kebajikan besar niscaya mendapat kedudukan, mendapat berkah, mendapat
nama dan mendapat panjang usia. (Zhong Yong
XVI : 2)
Mengzi
berkata,”Orang yang mempunyai simpanan harta, dalam tahun-tahun paceklik pun
tidak akan binasa. Kalau orang mempunyai simpanan kebajikan, biarpun dunia
kalut tidak akan terkacaukan.” (Mengzi VIIB : 10)
Dalam salam peneguh agama Khonghucu selalu disebut Wie De Dong Tian dan dijawab Xian You Yi De yang bermakna hanya kebajikan yang berkenan kepada Tian dan sungguh hanya satu yakni kebajikan maka milikilah yang satu itu, dari makna itu memiliki pengertian dasar akan misi suci hidup manusia dan menjadi tanggungjawab manusia akan harkat kemanusiaannya dihadapan Tuhan. Dari ayat suci yang disebutkan diatas bahwa memberi yang merupakan bagian dari nilai-nilai kebajikan mendatangkan manfaat bagi mereka yang senantiasa menggemilangkan kebajikan :
1. Mendapatkan perlindungan dan bantuan dari Tian, Tuhan Yang Maha Esa baik di dunia maupun di akhirat.
2. Mendapatkan keberkahan bagi mereka menggemilangkan kebajikan
3. Senantiasa diberi kebahagiaan dan dijauhkan dari musibah.
Bila manusia menginginkan rakhmat-Nya, tentu dengan sungguh-sungguh patuh dan hormat sepenuh iman kepada Tian yang difirmankan. Nabi Kongzi yang memberi bimbingan kepada manusia, dengan melihat Zhong Yong Bab Utama ayat pertama dan Da Xue Bab Utama ayat pertama, jelaslah memang hanya dan satu-satunya yaitu Kebajikan lah yang dapat mengantar manusia dalam mendapat rakhmat-Nya.
Kisah dalam Sejarah Suci Agama Khonghucu
Di dalam sejarah suci
Agama Khonghucu juga dikisahkan tentang tokoh-tokoh yang menjadi teladan dalam
menggemilangkan kebajikan. Ada beberapa tokoh yang akan dikisahkan seperti Raja
Suci Wen dan Raja Suci Cheng Tang.
Raja Suci Cheng Tang
Maha Besar Shang
Di
Penguasa
hidup rakyat di bawah
Betapa
Shang Di sangat marah
Karena
FirmanNya banyak disimpangkan
Tian telah melahirkan banyak
rakyat jelata
Tetapi
FirmanNya yang tidak boleh disia-siakan
Semuanya
adalah baik pada mulanya
Tetapi
jarang terselenggara sampai akhir
(Shi
Jing III Da Ya Jilid III Dang bagian I.Dang : 261)
Kisah tentang Raja Suci Cheng Tang tercatat dalam Kitab
Shu Jing bagian IV Shang Shu (Kitab Dokumentasi Sejarah Suci). Pada tahun 1766
seb.M, para Tua-Tua, menteri yang setia mengangkat Rajamuda Tang untuk
mengambil langkah tegas mengakhiri kekuasaan Kaisar Kiat yang telah memerintah
sewenang-wenang terhadap rakyatnya. Rajamuda Tang sebelum memimpin gerakan
moral dan menghukum pemimpin yang ingkar dari Jalan Kebenaran Tuhan terlebih
dahulu mengadakan Sembahyang Besar Kehadirat Shang Di, memohon izin
melaksanakan tindakan moral menurunkan Kaisar Kiat dari tahtanya. Rakyat dan
seluruh tua-tua serta menteri setia merasa bersyukur, bahwa Shang Di telah
menunjukkan KuasaNya, seorang suci dan bijaksana seperti Rajamuda Tang
meluruskan kembali Jalan Suci agama Ru.
Raja Suci Cheng Tang memerintah dengan penuh Cinta Kasih tidak hanya kepada rakyatnya saja bahkan terhadap hewan sekalipun seperti seekor burung kecil. Penangkap burung memasang jaring di empat penjuru dan mengharapkan agar burung itu jatuh di empat arah jaringnya. Cheng Tang menepuk pelan dipundaknya, turunkan jaring itu pada tiga jurusan dan tinggalkan hanya satu arah. Katakan pada burung, “Kamu boleh pergi kemana sesukamu, aku akan mengambil yang salah arah saja.”
Sebagai raja yang mendirikan Dinasti Shang, Cheng Tang
memberi semangat rakyatnya untuk mengolah tanah dan meningkatkan benihnya.
Namun kemudian negara dilanda musim kering yang berlangsung selama tujuh tahun
yang menyengsarakan kehidupan rakyat. Raja Suci Cheng Tang yang peduli akan
penderitaan rakyatnya, memerintahkan kepada menterinya untuk membuka gudang
negara dan membagikan gandum, beras, uang dan lain-lain kepada rakyat. Cheng
Tang memotong rambut dan kuku serta mengenakan pakaian putih lalu memimpin
persembahyangan kehadapan Shang Di, “Oh,
Shang Di, hamba sendiri telah berdosa kepadaMu. Untuk kesalahan rakyatku,
kumpulkanlah pada pundakku. Letakkan marahMu kepada hamba sendiri, tetapi
lepaskanlah rakyat yang banyak.”
Saat itu ada kilatan cahaya, diikuti oleh gumpalan awan, hujan turun deras dan membasahi tanah kering. Tak lama sesudah musim kering panjang, Cheng Tang wafat, Beliau telah berkorban untuk rakyatnya. Ketika para menteri masuk dalam kamar Beliau untuk memandikan tubuhnya, mereka mendapatkan kata-kata yang terukir di tempayan, Bila suatu hari dapat membaharui (memperbaiki) diri, perbaharuilah terus tiap hari dan jagalah agar baharu selama-lamanya! (Da Xue II : 1).
Raja Suci Wen
Pada sekitar tahun 1125 SM, Pangeran Wen memerintah sebagai Rajamuda di Provinsi Zhou, Beliau dikenal sebagai Kepala Daerah Barat dan memiliki 10 orang putera, dua diantara yang terkenal adalah Pangeran Qi Fa (Wu Wang) dan Pangeran Qi Dan (Nabi Zhou Gong). Pangeran Wen adalah seorang terpelajar, Raja dan Nabi Suci kaum Ru Jiao. Beliau seorang yang bijaksana, hormat kepada kaum tua, memperlakukan anak-anak dengan kasih sayang, sopan terhadap para bijaksana dan menyukai mereka yang gagah berani.
Dalam Kitab Suci Mengzi bagian IB, 5 : 3 dikisahkan
tentang kebajikan Raja Suci Wen didalam menjalankan pemerintahannya
mengutamakan Cinta Kasih dan memerintahkan kepada segenap bawahan untuk
memberikan perlindungan dan bantuan terhadap empat golongan.
Raja Suci Wen
ketika menjalankan pemerintahan, Beliau mengutamakan cinta kasih terhadap empat
golongan yakni
1.
Orang tua yang
tidak beristri atau duda
2.
Orang tua yang
tidak bersuami atau janda
3.
Orang tua yang
tidak mempunyai anak atau sebatang kara
4.
Anak yang tidak
memiliki ayah atau yatim
Mengapa Raja Suci
Wen mengutamakan empat golongan di atas? Karena keempat golongan inilah
orang-orang yang paling sengsara dan tidak ada tempat untuk meminta pertolongan
dari sesamanya.
Di dalam Shi Jing tertulis, “Masih bahagia orang yang kaya, namun sungguh menyedihkan nasib orang yang sebatang kara.” (Mengzi IB,5:3)
Di dalam Kitab Shi Jing dikisahkan tentang keprihatinan Raja Suci Wen terhadap mereka yang tidak memiliki sanak keluarga atau keturunan sebagai orang yang hidup sebatang kara. Menurut Bratayana Ongkowijaya, persembahyangan Jing He Ping (Arwah Umum) dimulai pada masa Dinasti Zhou, yang ditujukan kepada mereka (arwah) yang tidak memiliki sanak famili atau keturunan sehingga tidak ada yang mendoakan untuk mereka.
Dan sanak famili saling memuji.
Memprihatinkan aku seorang diri,
Kepedihan hatiku sungguh memilukan.
Setidaknya mereka mempunyai gaji.
Namun rakyat yang tidak berpunya.
Dan bencana alam menimpa mereka,
Yang kaya masih dapat melewati,
Menyedihkan bagi yang membutuhkan dan seorang diri!
(Shi Jing II Xiao Ya Jilid IV Qi Fu bagian VIII Zheng Yue : 12-13)
Kesimpulan
Menjadi kaya raya dalam Agama Khonghucu tidak dilarang,
bahkan dianjurkan, dengan harta yang berlimpah seseorang bisa memberikan
bantuan dan kemudahan bagi yang membutuhkan. Kekayaan tidaklah boleh ditumpuk untuk kepentingan
pribadi melainkan harus disalurkan kepada mereka yang berhak untuk menerimanya
sebagai tanggungjawab dan kepedulian sosial. Orang kaya memiliki kewajiban
untuk mengeluarkan hartanya sementara orang miskin memiliki hak untuk
menerimanya. Harta yang tersalurkan kepada yang membutuhkan akan bermanfaat
daripada harta yang ditimbun untuk kepentingan pribadi, sebab harta yang tersalurkan akan menciptakan
harmoni dan tidak menimbulkan kesenjangan sosial maupun tindak kekerasan di
masyarakat.
Harta yang tersalurkan tidak hanya bermanfaat bagi mereka yang membutuhkan tetapi juga mendatangkan bantuan dan perlindungan dari Tian sebagai Maha Pemberkah bagi umat manusia. Memberi merupakan bagian dari nilai kebajikan, sebab itu Tian menyukai mereka yang berbuat dan menjunjung nilai-nilai kebajikan. Bila manusia menginginkan rakhmat-Nya, tentu dengan sungguh-sungguh patuh dan hormat sepenuh iman kepada Tian. Nabi Kongzi yang memberi bimbingan kepada manusia, dengan melihat Zhong Yong Bab Utama ayat pertama dan Da Xue Bab Utama ayat pertama, jelaslah memang hanya dan satu-satunya yaitu Kebajikanlah yang dapat mengantar manusia dalam mendapat rakhmat-Nya.
Sumber buku: Makna Memberi dalam Pandangan Agama Khonghucu, Penulis Tan Sudemi. Penerbit Pustaka Perahu Harapan, Tangerang. Tahun terbit 2018.