Di
tulis oleh : Tan Sudemi
Tahun Baru Imlek
atau yang disebut Sin cia oleh
masyarakat Tionghoa yang berbahasa Hokkian dan Tiu chiu, tahun ini merupakan
perayaan Sin Cia ke-2565. Ada beberapa ritual keagamaan yang dilakukan pada
setiap perayaan Sin Cia. Ritual keagamaan tersebut terdiri dari beberapa macam
dan sudah menjadi tradisi yang tidak terpisahkan umat Ru Jiao (agama Khonghucu)
maupun masyrakat Tionghoa lainnya.
Berikut beberapa
ritual keagamaan yang dilakukan masyarakat Tionghoa yang menganut paham agama
Khonghucu, sejak dari hari pertama Tahun Baru Imlek sampai hari raya Cap Goh
Meh.
Sembahyang
Co Kun Kong Naik Ke Surga
Perayaan Tahun
Baru Imlek sudah mulai dipersiapkan ritual keagamaannya sejak 7 hari menjelang
Tahun Baru Imlek dengan melaksanakan sembahyang menghantar Dewa Dapur (Co Kun
Kong), Inilah tahap pertama dari
seluruh rangkaian ritual
keagamaan menyambut Sin Cia
dan bagi umat Khonghucu yang penghidupannya
sudah mapan saat ini berkesempatan untuk memberi santunan kepada mereka yang
berkekurangan. Maka hari itu disebut juga sebagai Hari Persaudaraan (Ji Si
Siang Ang).
Pada tanggal 23
bulan 12 dalam penanggalan Imlek, Dewa Dapur yang bertugas sebagai dewa
pengawas keluarga naik ke surga untuk melaporkan segala perbuatan keluarga
sepanjang satu tahun terakhir kepada Shang Di selaku penguasa alam semesta.
Yang unik pada
acara sembahyangan ini adalah sesaji yang dipersembahkan berupa makanan kecil
serba manis seperti manisan, gula-gula dan kue manis.menurut kepercayaan
mereka, Dewa Dapur diberi makanan serba manis agar kenyang, sekaligus hanya
akan melaporkan yang “manis-manis” kepada Shang Di.
Menjelang
Tahun Baru Imlek
Pada sore hari
menjelang Tahun Baru Imlek, rumah sudah bersih dan tampak cemerlang. Bola-bola
lampu yang sudah buram cahaya diganti dengan lampu yang baru atau dibersihkan,
sehingga penerangan rumah terang-benderang. Sepanjang malam pintu dan jendela
rumah dibuka lebar-lebar dengan kepercayaan agar hokki bisa masuk banyak.
Pintu rumah
ditempeli kertas merah beraksara Han (Mandarin) yang isinya antara lain memohon
berkah dan selamat untuk seisi rumah. Umumnya orang menulis empat hurut Han
yang berbunyi Ngo Hok Lim Boen (dialek
Hokkian), yang artinya mengharapkan lima berkah, yaitu umur panjang, kekayaan,
keselamatan, kebajikan dan meninggal secara wajar atau terhormat.
Pada zaman dulu,
pada malam harinya orang mulai membakar mercon dan kembang api yang dalam kepercayaan
kuno diyakini bisa mengusir setan-setan, sekaligus menyambut kedatangan Sin Cia.
Anak-anak sudah
mengenakan baju dan sepatu baru pada sore hari menjelang Sin Cia. Sebagai layaknya kanak-kanak, mereka sore itu saling
membanggakan baju serta sepatu baru masing-masing. Sementara itu orang tua
mereka masih sibuk menyiapkan peralatan sembahyang untuk menyambut Sin Cia.
Selanjutnya
sehari sebelum Tahun Baru Imlek, sore hari dilakukan sembahyang penutup tahun
sekaligus menyambut tibanya Tahun Baru Imlek yang dilakukan persujudan rasa
syukur ke hadirat Shang Di yang berkenan melindungi dan memberkahi sepanjang
tahun yang akan ditinggalkan dan memohon agar tahun yang akan dimasuki dapat
menghantar kepada kondisi kehidupan yang lebih baik daripada tahun lalu.
Dalam sembahyang
ini disampaikan pula hormat kepada orang tua yang sudah meninggal dunia serta
kepada leluhur sebagai perwujudan bakti dan rasa terima kasih atas asuhannya,
sembahyang ini dilakukan di meja abu leluhur.
Segenap sanak
keluarga hadir dalam sembahyang ini sehingga menyerupai reuni keluarga besar.
Anak lelaki yang sudah menikah wajib hadir di sini, sementara anak-anak
perempuan yang sudah menikah wajib mengikuti acara serupa di keluarga orang tua
suami. Dalam kesempatan ini para orang tua saling memperkenalkan anak cucunya
sehingga mereka bisa saling mengenal panggilan masing-masing. Di samping
mempererat hubungan keluarga, hal ini juga bermakna agar mereka tahu garis
keturunannya sehingga nantinya tidak akan terjadi kesalahan pernikahan antar
keluarga dari satu garis keturunan.
Pada malam
menjelang Tahun Baru Imlek atau Sin Cia, kepala keluarga tidak tidur sepanjang
malam. Tepat pukul 00.00 kepala keluarga beserta pasangannya dan anggota
keluarga lainnya yang masih terjaga atau tidak tidur melakukan upacara
penghormatan kepada Shang Di (Tuhan Yang Maha Kuasa) sambil terima kasih atas
segala berkah yang mereka terima sepanjang tahun yang telah lalu dan tahun yang
baru. Tidak lupa pula mereka minta agar diberkahi sepanjang tahun yang baru ini.
Hari
Pertama Sin Cia
Hari pertama
Tahun Baru Imlek atau Sin Cia yaitu Cia Gwee Ce It (dialek Hokkian) artinya
tanggal 1 bulan 1 dalam penanggalan Imlek, kepala keluarga memimpin
persembahyangan, yang didahulukan melakukan sujud hormat kehadapan Shang Di,
kemudian dilakukan sembahyang penghormatan kepada leluhur dengan melakukan pai kui (memberi hormat sambil berlutut)
sebanyak tiga kali.
Dupa dibakar
sehingga harum dupa menyebar ke segenap penjuru rumah sebagai ungkapan harapan
agar hidup seisi rumah membawa keharuman bagi nama leluhur. Selain itu, harum
dupa itu juga mereka yakini dapat membuat suasana terasa tenteram di hati.
Seusai
penghormatan kepada leluhur, mereka saling memberi ucapan selamat. Yang muda
memberi hormat kepada yang tua. Yang paling tua dalam keluarga mendapat
penghormatan telebih dahulu. Anak dan cucu memberikan hormat sambil berlutut
kepada ayah ibu dan kakek nenek. Yang muda mendoakan panjang umur sambil mohon
doa restu kepada yang tua, sedangkan yang tua mendoakan banyak hokki kepada yang muda sambil memberikan
angpau, sebagai perlambang jaminan
kehidupan di tahun yang baru. Bagi anak-anak acara ini tentu menyenangkan
sekali, karena setelah memberi ucapan selamat Sin Cia sambil berlutut kepada ayah ibu dan kakek neneknya, mereka
memperoleh angpau. Setelah itu mereka
datang ke para tetangga dengan harapan mendapatkan angpau pula.
Pada hari
keempat sampai hari ke lima belas, orang-orang yang dituakan mulai saling
mengunjungi sesuai menurut derajat ketuaannya. Dalam kunjungan para orang yang
dituakan ini, mereka biasanya bercakap-cakap membahas pelbagai masalah mulai
dari keadaan keluarga masing-masing sampa pada masalah kemasyarakatan dan
negara.
Menurut
kepercayaan kuno, selama empat hari sejak hari pertama Tahun Baru Imlek atau
Sin Cia orang tidak boleh membuang kotoran ke luar rumah, karena khawatir
rejeki yang sudah masuk akan terbawa keluar dari rumah. Kalau pada masa empat
hari itu ada kotoran di lantai, orang cukup menyapunya untuk dikumpulkan dalam
satu sudut atau tempat. Kotoran-kotoran tersebut baru dibuang pada hari kelima
setelah Sin Cia.
Sembahyang
Co Kun Kong Turun dari Surga
Empat hari
setelah Tahun Baru Imlek atau Sin Cia yaitu tanggal 4 bulan 1 penanggalan Imlek
adalah hari Co Kun Kong turun, di mana Dewa Dapur kembali turun ke bumi untuk
memulai lagi tugasnya masing-masing usai memberi laporan. Dapur merupakan salah
satu bagian penting dari sebuah rumah tangga, karena di tempat ini semua
kegiatan mengolah makanan untuk santapan keluarga dilakukan. Oleh karenanya
dapur perlu diperlihara dengan baik, selain perlu selalu dijaga kebersihannya. Biasanya
malam harinya, yaitu tanggal 3 bulan 1 penanggalan Imlek, dilakukan sembahyang
Co Kun Kong turun sebagai penyambutan terhadap Dewa Dapur yang turun kembali ke
bumi.
Menurut tradisi
orang Tionghoa, saat sembahyang di malam ini dilakukan pembakaran kertas kuning
(hu) yang bergambar kuda. Konon
menurut kepercayaan kuno, kertas kuning bergambar kuda yang dibakar itu
nantinya akan berubah menjadi kuda di surga sebagai tunggangan Dewa Dapur.
Sembahyang
King Thi Kong
Pada hari ke
delapan umat Ru Jiao (agama Khonghucu) menjelang hari Sembilan (dilaksanakan
pada Si / jam pertama), sembahyang
besar kepada Tian Yang Maha Esa (King Thi Kong, dialek Hokkian). Sesuai dengan
amanat suci dalam kitab Lee Ki (Kitab Kesusilaan) agama Khonghucu, dilaksanakan
dengan mempersiapkan diri secara khusus berpantang makanan (berpuasa /
vegetarian) sejak hari ke tiga sampai berakhirnya sembahyang King Thi Kong.
Sembahyang ini merupakan sembahyang besar dengan penyerahan diri secara total
kepada Tian Yang Maha Esa yang bermakna betapa manusia demikian kecilnya di
hadapan-Nya.
Penghormatan
Untuk Kwan Kong
Pada hari ke
tigabelas umat Ru Jiao (agama Khonghucu) melaksanakan upacara suci memperingati
kemuliaan Kwan Kong sebagai dewa yang melambangkan sikap kesatria, setia,
berani, bijaksana dan taat pada agama). Upacara suci ini biasanya dilaksanakan
di Bio atau Klenteng, bisa juga dirumah bagi umat yang memiliki altar Kwan
Kong.
Cap
Goh Meh
Pada hari
kelimabelas dilaksanakan upacara Purnama Raya (Cap Goh Meh / Goan Siu) hari
yang penuh makna, dan sarat dengan upacara keagamaan. Pada tanggal 14 malam,
sebagaimana juga pada malam esoknya, tanggal 15, dirayakan pesta Goan Siu.
Goan Siu sebutan
lain dari Goan Meh, yang berarti Malam Goan. Kata “Goan” ini singkatan dari
“Siang Goan”. Dan Siang Goan berarti bulan pertama tanggal 15. Sehingga Goan
Meh ialah Malam Tanggal 15. Inilah sebutan Cap Goh Meh pula karena Cap Goh
artinya 15 dan Meh artinya malam. Malam tanggal 15 pun malam pertama dengan
bulan sebundar-bundarnya dalam tahun yang baru.
Keramaian Cap
Goh Meh merupakan puncak dan bagian terakhir dari rangkaian ritual keagamaan
Tahun Baru Imlek atau Sin Cia. Keramaian Cap Goh Meh berlangsung dua malam,
yakni hari ke-14 dan hari ke-15 Sin Cia.
Di Jakarta tempo
dulu, dalam perayaan Cap Goh Meh orang-orang kaya merayakannya dengan menanggap
musik tanjidor atau gambang kromong lengkap dengan penarinya di muka halaman
rumahnya. Sebagian lainnya mengadakan pentas keliling kesenian musik tanjidor
atau gambang kromong lengkap dengan beberapa orang penarinya.
Di Jakarta tempo
dulu, keramaian Cap Goh Meh ini biasa berlangsung di kawasan Glodok-Pancoran
dan sekitarnya antara lain Medan, Glodok, Toko Tiga Seberang, Pintu Kecil dan
Asemka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
TERIMA KASIH