Home Tentang Kami Kontak Kami Donasi E-Book

Persembahyangan Terhadap Leluhur Makna dan Fungsi Meja Abu

Latar Belakang/Dasar Iman Persembahyangan Leluhur

Hidup manusia dalam iman Ru Jiao (Agama Khonghucu) adalah sebuah kelangsungan bersinambungan dari pra ke pasca kehidupan di dunia ini. Maka iman akan : datang dari-Nya da kembali kepada-Nya; Khalik Semesta sebagai causa prima dan causa finalis (satya dan tepasarira = zhong shi) segera; menjadi panggilan ibadah paling mendasar bagi umat Ru.
Bila ini dirangkai dengan iman di antara Tuhan dan manusia ada orang tua (leluhur), maka hubungan manusia dengan leluhur adalah satu kesatuan yang berpangkal dan berujung pada Tuhan Sang Maha Leluhur Manusia. Memuliakan hubungan ini adalah bakti yang utama dan ini menjadi pokok ajaran Ru Jiao.
Sebetulnya secara "kemanusiaan" nya, manusia tak terlepaskan dari perkara ini. Dalam sejarah manusia (di awal peradaban) pemujaan leluhur (memang) lebih dulu dikenal sebelum para Nabi memberi bimbingan kepada umat manusia pada iman akan Tuhan.

Dalam Ru Jiao, konsep memuliakan hubungan atau bakti/xiao menjadi pokok ajaran agama (suo wei xiao ye, zhong zhi ben jiao yue xiao, Li Ji Bk XXIV dan fu xiao, de zhi ben ye,jiao zhi suo you sheng ye, Xiao Jing Bab I/4); Laku bakti itu pokok dari segala perjalanan agama dan sesungguhnya laku bakti itu adalah pokok kebajikan, dari sinilah agama berkembang; bila disimak dari bangunan huruf Jiao (agama) yang terdiri dari radikal Xiao (bakti) dan wen (kitab dan ajaran), maka jelaslah prikehidupan beragama sesungguhnya tak lepas dari masalah yang satu ini.
Berbakti kepada Tuhan dengan berbakti kepada orang tua adalah sebuah "urutan" kodrati manusia. Bersembahyang kepada Tuhan dan leluhur adalah rangkaian ibadah yang ditetapkan dari dan untuk Nya; ini menyangkut makna suci kehidupan dan kematian, meliputi dunia akhirat dan pangkal ujung manusia;dan persembahyangan terhadap leluhur ada dalam artian ini. Dalam tulisan kali ini, masalah xiao (laku bakti) ini akan dibahas dari makna dan fungsi meja abu (persembahyangan terhadap leluhur); karena luasnya cakupan laku bakti maka pembahasan yang lain akan ditulis tersendiri; penyajiannya lebih pada iman akan ke"hidup"an dengan aspeknya pada laku bakti pasca berpulangnya leluhur. Sebuah pengantar (singkat!) tentu jauh dari kelengkapan, tetapi sumber tetap mengangkat hal dasar dan penting dalam persembahyangan leluhur, mungkin yang tertinggal adalah pernik-pernik dan tata cara pelaksanaannya; hal-hal yang berkenaan dengan "kebiasaan" masyarakat tentu banyak "kesamaan dan perbedaan" walau mungkin berakar pada hal yang satu ini. Setidaknya yang utama adalah nilai iman dan makna agamis yang menjadi semangat orang melakukan persembahyangan leluhur bisa dihayati dengan benar.

Iman Sadar dan Mengerti akan Roh dan Nyawa Gui Shen
Kehidupan manusia di dunia, dalam iman Ru diyakini di "bangun" oleh adanya Daya Hidup Ilahi (Shen : Sien) dan daya hidup duniawi (Gui : Kwie); keduanya berpadu dalam kehidupan dan kewajiban manusia untuk mengharmoniskan keselarasan sesuai Firman; ibadah manusia pada dasarnya adalah bagaimana menempuh Jalan "datang dan kembali" dari dan kepada Tuhan; dan sejatinya tujuan pengajaran (prikehidupan) agama (beragama) manusia.

Petikan ayat-ayat dibawah bisa membantu menerangkannya
Di dalam Li Ji Kitab Suci Kesusilaan XXIV/13, tersurat bahwasannya manusia dijelmakan Tuhan malalui ayah bundanya, manusia memiliki daya hidup nyawa dan roh (Gui Shen). Semangat (Qi) itulah perwujudan tentang adanya Roh, kehidupan jasad (Po) itulah perwujudan tentang adanya nyawa. Bersatu harmonisnya Nyawa dan Roh dalam kehidupan ini, itulah tujuan pengajaran agama.
Semua yang dilahirkan (tumbuh), mesti mengalami kematian; yang mati itu mesti kembali kepada tanah; inilah yang berkaitan dengan Nyawa. Semangat itu mengembang naik ke atas, memancar diantar semerbaknya dupa, itulah sari kehidupan, itulah kenyataan daripada Roh.
Demikian maka konsep bangun kehidupan yang ada unsur Ilahi nya berpadu dengan unsur duniawi menjalani hidup di dunia; Shen yang Yang mempunyai Qi (yang++) dan Ling (yang+-) dan Gui yang Yin mempunyai Hun (yang -+) dan Po (yang --); kematian "hanya" memisahkan dan memulangkan Po kepada bumi dan Qi keharibaan Tuhan, namun Ling dan Hun, "tergantung pada amal" baik "laku" terlebih ibadah yang bersangkutan untuk dalam segala Kuasa-Nya diterima, dalam kekekalan baka di sisi Tuhan. Ling akan "menunggu" Hun untuk "menyatu" dalam keharibaan Tuhan sebagai Zhong Shi semesta dan segala dan inilah mengapa persembahnyangan leluhur diserukan menjadi ibadah karena hidup berkelangsungan turun temurun; perubahan terjadi dan berhubungan dengannya, renungkan petikan ayat di bawah ini :
Di dalam Yi Jing  Kitab Suci Perubahan, Babaran Agung (A); IV; Perubahan / Yi itu menepati hukum langit dan bumi, maka mampu menunjukkan tanpa cacat atau kacau tentang Jalan Suci langit dan bumi.
Dengan menengadah memeriksa kecemerlangan tanda-tanda di langit; menunduk memeriksa hukum-hukum dan hal-hal yang berkaitan dengan bumi; maka, Nabi memahami sebab daripada gelap dan terang, melacak semua asal  muasal dan akhir kembalinya. Maka, dipahami tentang hidup dan mati; betapa sari kehidupan; semangat menjadikan sesuatu dan menggambarnya arwah / hun, menjadikan perubahan. Demikian diketahui bagaimana sifat hakekat daripada Nyawa dan Roh (Gui Shen : Kwie Sien - anima-animus).......
dalam mengembaranya arwah/Hun inilah; di satu sisi keturunan wajib menyembahyangi agar bisa tenang, memberi pelayanan dalam persembahyangan dengan penuh kesusilaan (sebagai tindak lanjut laku bakti), meneruskan amal ibadah Kehadapan Tuhan, menjaga dalam memperbaiki maupun meningkatkan amal laku (ibadah) agar sukma dan arwah leluhur bisa kembali keharibaan-Nya dalam kekekalan di sisi Tuhan; di sisi yang lain persembahyangan leluhur juga bertujuan dalam makna dan arti spritual memberi tempat agar dalam perjalanan arwah / Hun tidak tersesat dan gagal kembali keharibaan-Nya !
Bila sukma dan arwah/Ling Hun bisa menyatu kembali keharibaan-Nya inilah definisi arwah suci (Shen Ming) dan Shen Ming ini jelas mempunyai aura bersih dan suci, maka bila persembahyangan leluhur terlaksana dengan baik dan benar, maka aura Shen Ming bisa menjadi suatu berkah dan perlindungan bagi keturunan/keluarga yang bersangkutan.
  • Persembahyangan Leluhur dalam Iman Ru jelas memberi suatu "gambar" yang menyatu pada hubungan Tuhan - leluhur - manusia yang meliputi kesatuan hidup Tuhan - bumi/semesta - manusia.
  • Ini mendasar pada kehidupan dunia akhirat yang berkaitan dengan daya hidup duniawi dan Ilahi, yang memberi nuansa fisik dan metafisika dengan/dalam nilai iman Ru.
  • Maka apakah masih perlu di pertanyakan konsep after life Ru Jiao.
Seputar Makna dan Fungsi Meja Abu
Bentuk meja abu bisa sangat sederhana, dengan sebuah foto almarhum(ah) dilengkapi tempat lilin dan penancapan dupa. Namun bisa lebih lengkap dengan meja sajian, bahkan juga boleh diwujudkan dengan altar persembahyangan yang memadai. Utamanya tentu adalah kesungguhan dalam pelaksanaan ibadahnya.
Banyak nama dipakai untuk meja abu, dari yang umum tempat pendupaan (xiang wei) sampai yang secara tegas menyebutkan sebagai papan arwah (Ling Wei) (tetapi jangan terburu karena belum sebagai tempat (kedudukan) Shen/Shen Wei); perhatikan penggunaan nama berikut yang mengandung makna lebih dari sekedar papan penyebutan arwah/hun, yang berhubungan dengan "menunggunya" sukma/ling dan mengembaranya arwah/hun; untuk lebih mudahnya sebut saja dengan Meja Abu Leluhur, bisa kedudukan  leluhur/Zu Wei atau altar leluhur/Zong Wei atau sekalian Zu Zong Wei.
Makna utama meja abu adalah sebagai sarana persembahyangan menggenapi laku bakti dalam kesusilaan. Mewujudkan kesadaran manusia atas makna kehidupan dunia akhirat atas daya hidup duniawi dan Ilahi yang menjadi kodrati hidup ini. Menjadi realisasi kewajiban suci manusia atas hidup dan kehidupannya yang berkesinambungan, ke atas kepada leluhur dan ke bawah kepada keturunan dan ini berpangkal dan ujung dari dan kepada Tuhan Khalik semesta Zhong Shi segala). Ibadah persembahyangan leluhur adalah wahana peribadahan yang menjadi titik awal dan terintergrasi dengan ibadah kepada Tuhan Sang Maha Leluhur sekaligus sarana hubungan Tuhan - manusia.
Fungsi persembahyangan terhadap leluhur setidaknya adalah :
  • tempat keluarga disatukan dalam melaksanakan peribadahan, ini menjadi semakin penting mengingat iman Ru menyebutkan kepala keluarga adalah juga sebagai pemimpin rohani keluarga
  • fungsi melakukan mo shi dalam diam melakukan renungan bagi umat Ru akan menemukan tempat dimana pembinaan diri agar menjadi manusia yang tak ingkar dari-Nya, juga berarti tak memalukan leluhur (menengadah tak malu kepada Tuhan, menunduk tak malu kepada sesama), sebagai puncak laku bakti
  • sebagai bagian dari peribadahan kepada Tuhan, maka dari empat persembahyangan Kehadirat Tuhan, dua ditengahnya berhubungan dengan persembahyangan kepada leluhur, yakni sembahyang eling/taqwa/Yue dan do'a dan harapan/Chang, yang satu eling, ingat akan leluhur, yang satu dalam do'a, ingat juga akan leluhur.
  • sembahyang terhadap leluhur juga mempunyai dimensi yang menjadi jembatan antara dunia fisik dan metafisik, menjangkau makna kehidupan dunia akhirat, meneranta dulu - kini - nanti atas hidup manusia daripada puncaknya adalah makna kehidupan duniawi Ilahi yang terselenggara harmonis dalam Jalan Suci.
Adapun persembahyangan kepada leluhur ini dalam tiap tahun ada :
  • sembahyang rutin ce it cap go (chu yi shi wu) sebagai sarana eling dan do'a di samping persembahyangan hari-hari
  • sembahyang peringatan zuo ji biasanya pada hari berpulangnya leluhur zu ji (co ki)
  • sembahyang besar tutup tahun zhu xi (hari terakhir bulan 12) sebagai awal persembahyangan tahun baru / Yuan Dan yang ditutup dengan Yuan Xiao (Sang Yuan) 15 hari bulan pertama penanggalan Khongculek (Imlek)
  • sembahyang pada tanggal 5 bulan 5 (go gwee ce go penanggalan Imlek) sebagai bagian dari sembahyang eling dan taqwa/Yue
  • sembahyang pada tanggal 15 bulan 8 sebagai bagian sembahyang do'a dan harapan/chang
  • sembahyang sadranan/Qing Ming/Cheng Beng tanggal 4 atau 5 (tergantung kabisat) April, sembahyang pada hari yang jernih dan terang ini bermaknakan penjernihan segala dosa dan penerangan Jalan, agar arwah leluhur tenang kembali keharibaan Tuhan disisi-Nya dalam kedamaian abadi
Bahkan untuk arwah yang tak tersembahyangi oleh satu dan lain hal, umat Ru juga terpanggil untuk menyembahyanginya, yakni sembahyang Jing He Ping pada tanggal 15 bulan 7 penanggaln Imlek.
Shang Yuan (sembahyang mohon restu kepada Maha Leluhur dan para leluhur), Zhong Yuan (sembahyang arwah umum), bersama Xia Yuan (sembahyang memanjat syukur kehadirat Tuhan/kehadapan  bumi/kepad leluhur) adalah sembahyang semesta umat Ru.

Ada beberapa untaian kata umum dikenal berkenaan dengan persembahyangan terhadap leluhur
  • Jing Thian Zun Zu memuliakan Tuhan menghormati leluhur, untaian kata ini sangat menjwai umat Ru pada khususnya dan umat kelenteng pada umumnya, dimana Tuhan sebagai Maha Leluhur dimuliakan demikian leluhur dihormati menjadi kesatuan peribadahan
  • Sheng Yang Si Zang merawat masa hidupnya, mengistirahatkan dengan tenang saat dan setelah meninggalnya, untaian kata ini sangat dijunjung umat Ru pada khususnya dan masyarakat yang dipengaruhi oleh Agama Ru misalnya orang Tionghoa, Korea, Jepang, Vietnam dan sebagainya, sehingga iman kesinambungan hidup dan kehidupan manusia terpancar dengan kewajiban anak, berbakti yang merawat orang tua tidak berhenti pada masa hidupnya tetapi berlanjut bahkan setelah pasca hidupnya.
tiga judul untaian sanjak yang boleh menjadi renungan tentang makna laku sebagai dasar dari peribadahan manusia :
  1. betapa mengharukan ayah dan bunda, melahirkan saya penuh upaya merawat dengan segenap usaha
  2. laku bakti sendi utama dari awal hingga akhir, hendaknya tidak terpisahkan dan ditinggalkan dalam laku diri pribadi/badan ini
  3. berlaksa kebaikan bermula dan berpangkal dengan dan oleh laku bakti
Manusia hendaknya berlaku bakti, budi kebaikan ayah bunda melahirkan dan membesarkan diri ini sungguh sukar terbalaskan. Tiga tahun pahit getir menyusui dan penuh upaya merawat dengan segenap usaha, membesarkan hingga menjadi manusia adalah gambaran peta ketergantungan yang tak terpungkirkan.

Sumber : Widya Karya tahun 2001 Surabaya

2 komentar:

  1. Salam sejahtera Bapak Admin pengurus Media Konfusiani...

    Maaf sebelumnya, nama saya July Ahsani, mahasiswa UIN Jakarta Jurusan Perbandingan Agama yang sedang menyelesaikan tugas akhir,.saya ingin menanyakan mengenai seputar Tuhan dalam agama Khonghucu,.
    1. Realitas keberadaan Tuhan (Imanen apa transenden).
    2. Sifat-sifat Tuhan Thian

    bisa tolong Bapak jelaskan....

    Trimakasih...

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus

TERIMA KASIH