Home Tentang Kami Kontak Kami Donasi E-Book

Yang Gui Fei 杨贵妃 - Skandal Cinta Membawa Maut

Penulis : Tan Sudemi
Kalau Kekaisaran Perancis pernah runtuh oleh Permaisuri Louis XVI yang bernama Maria Antoinnete, maka Kekaisaran Tang 唐朝 (618-905 M) di Tiongkok Daratan pernah pula digemparkan oleh seorang selir kesayangan Kaisar Li Long Ji, 李隆基, juga disebut Kaisar Xuanzong  唐玄宗 atau lebih populer dikenal dengan nama Kaisar Tang Ming Huang 唐明皇 bernama Yang Gui Fei 杨贵妃. Bermodalkan kecantikan dan kesenimanannya yang tak tertandingi, Yang Gui Fei berhasil mengontrol kaisar sekaligus kekaisaran Tang selama hampir dua belas tahun.
Sejarah Tiongkok mencatat nama Yang Kuei Fei sebagai wanita tercantik yang pernah hidup di Tiongkok Daratan. Konon tidak ada seorang gadis pun yang dapat menandingi kesempurnaannya sebagai wanita serta kepandaiannya di bidang musik, lagu, tari, puisi dan kaligrafi. Dalam kesusastraan dan kesenian Tiongkok pun paras Yang Kuei Fei yang sangat cantik selalu menjadi buah bibir, bahkan sumber inspirasi. Dua orang penyair besar Tiongkok, Li Bai 李白 dan Bai Ju Yi 白居易 mengabdikan kecantikan selir Kaisar Tang Ming Huang ini dalam puisi-puisi mereka.

Lahir di Tengah Gemuruh Guntur
Yang Kuei Fei lahir pada tahun 719 di Hua Ying, desa yang terletak di distrik Tung Zhou, Provinsi Shanxi, sekitar dua ratus Li (1 Li=0,3 mil) sebelah timur ibu kota Kekaisaran Tang, Chang-An 长安 (sekarang Xi An 西安). Konon kedua orang tua Yang Gui Fei melihat sebuah bintang jatuh dari langit pada malam kelahirannya. Meteor itu membiaskan warna pelangi yang mengelilingi tempat tidur kedua pasangan ini, sebelum akhirnya jatuh bergemuruh menyentuh bumi. Ayah Yang Gui Fei, Yang Xuan Yan, menafsirkan tanda-tanda alam ini sebagai tanda keberuntungan. Karena itulah ia memutuskan untuk tetap memelihara bayi perempuan yang oleh ibunya justru dianggap membawa sial karena petanda tadi.
Yang Gui Fei, yang terlahir dengan nama Yu Huan 杨玉环 yang artinya lingkaran batu Giok, ternyata memang memiliki bakat istimewa. Pada usia enam belas tahun ia telah menguasai Lima Kitab Klasik Ru Jiao (Agama Khonghucu) dan sejarah Tiongkok. Mengarang puisi, menari, menyanyi serta memainkan alat musik pun menjadi kemahirannya yang tidak tertandingi. Tidak heran bla ramalan ayahnya bahwa kelak anak ini akan menjadi permaisuri akhirnya menjadi kenyataan.

Secantik Bunga Padma
Keberuntungan yang diperoleh Yang Gui Fei dalam kehidupannya tidak lepas dari anugerah kecantikan yang dimilikinya. Pujangga-pujangga Tiongkok mengungkapkan kecantikannya dengan untaian kata-kata pujian tentang Yang Gui Fei demikian, cantiknya sehingga wajahnya menjadi awet putih, kalau memakai bedak terlalu merah, jika di seka dengan gincunya, karena wajah Yang Gui Fei sempurna sekali. alis mata yang melengkung bak pohon willow, senyumnya yang menawan, dan bibirnya yang mungil serta giginya putih seperti bunga melati, rambutnya bagaikan ikal mayang dan wajahnya berseri-seri bagaikan bunga mekar, minyak wangi pun tak diperlukannya, karena tubuhnya sudah semerbak seperti bau bunga mawar.


Yang Gui Fei Tak Pernah Puas
Yu Huan (Gui  Fei) mulai memasuki kehidupan istana pada usianya yang ke enam belas. Saat itu Kaisar Tang Ming Huang tengah mencari seorang gadis untuk dijadikan istri bagi Pangeran Shou, putranya yang ke delapan belas. Berkat bantuan pamannya, Yu Huan berhasil ikut dalam seleksi. Dapat di terka, Pangeran Shou mabuk kepayang begitu melihat paras Yu Huan, dan segera menikahinya. Yu Huan lalu menjadi wanita kesayangan Pangeran Shou, Derajat keluarganya juga turut menanjak. Sayangnya, pangeran yang tanpan dan baik budi itu tidak mungkin mendapatkan tahta kekaisaran dari ayahnya. Hal ini membuat Yu Huan tidak puas.

Pucuk Dicinta Ulam Tiba
Tiga tahun kemudian, istana Kaisar Ming Huang ditimpa musibah karena selir kesayangan kaisar meninggal. Kaisar menjadi murung dan mengabaikan urusan negara. Bukan itu saja, kematian sang selir membuat kaisar hilang akal sehingga ia sampai hati mengusir permaisuri Wang dan putra mahkota Ying. Untuk mencegah kaisar melakukan perbuatan yang lebih buruk. Gao Li Shih,kepala kasim (orang kebiri) istana, memerintahkan sejumlah orang mencari gadis tercantik di seluruh negeri Tiongkok untuk menggantikan kedudukan selir kaisar yang telah meninggal. Gao Li Shih akhirnya berhasil menemukan seorang gadis bernama Mei Fei yang berasal dari kota Hsing Hua di Provinsi Fujian 福建. Kecantikan dan keahlian memainkan alat musik yang dimiliki Mei Fei untuk sementara waktu dapat menenangkan pikiran Kaisar Ming Huang. Mei Fei menjadi  selir kesayangan Kaisar Ming Huang sampai terjadi suatu 'kecelakaan' yang mencoreng namanya. Mei Fei mendapat malu karena seorang ksatria  secara tidak sengaja menginjak kakinya ketika sedang menari di hadapan kaisar pada sebuah perjamuan makan malam. Kaisar tidak dapat melupakan kejadian yang memalukan itu (pada masa itu seorang wanita tidak boleh disentuh sedikit pun oleh laki-laki selain suaminya). Untuk membantu kaisar melupakan kejadian itu, seorang sahabat menganjurkan kaisar memanggil selir kesayangan Pangeran Shou yang terkenal sangat cantik dan cerdas. Kaisar Ming Huang tertarik dan memerintahkan beberapa orang kasim untuk menjemput Yu Huan di kediaman Pangeran Shou. Setelah mengucapkan perpisahan pada Pangeran  Shou, Yu Huan segera di boyong ke istana. Kaisar langsung terbius oleh kecantikannya dan segera memutuskan untuk menikahi Yu Huan. Sebagai pengganti Yu Huan, kaisar memberikan seorang putri pejabat pada Pangeran Shou.

Menjadi Biarawati Untuk Memperoleh Kekayaan
Setelah enam tahun menjadi isteri Pangeran Shou, Yang Yu Huan menarik perhatian ayah Pangeran Shou, Kaisar Tang Ming Huang. Tetapi karena Yang Yu Huan adalah menantunya, sang kaisar tidak bisa menikahinya begitu saja. Pertama ia menyuruh Gao Lishi, kasimnya untuk membawa Yang Yu Huan ke Tai Zen Miao di dalam istana dan menjadikannya sebagai biksuni, lalu memberikan ia gelar Yang Kebenaran Tertinggi, dan menjadikannya sebagai anggota istananya.
Pengasingan Yu Huan sebenarnya hanyalah taktik yang dijalankan oleh Tang Ming Huang agar ia bisa menemui 'calon istrinya' setiap hari. Yu Huan yang sangat berambisi untuk memperoleh kedudukan di istana, memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya. Ia menggunakan cara cara apa pun, kecantikannya, kepandaiannya berbicara atau pun keelokan tubuhnya, untuk memikat hati kaisar.

Menguasai Kaisar
Pernikahannya dengan Kaisar Tang Ming Huang tidak hanya membuat Yang Gui Fei menjadi wanita paling kaya dan berkuasa di istana. Puri pribadi, gaun-gaun sutra, perhiasan-perhiasan mahal dan wewangian yang hanya dapat ditandingi  oleh permaisuri  tidak cukup baginya. Lambat laun sifat tamaknya mulai kelihatan. Yang Gui Fei tidak ingin ada orang lain yang memiliki kaisar. Secara licik ia melontarkan fitnah buruk pada Mei Fei,  yang dianggap sebagai rival terberat. Akibatnya jelas, Kaisar membenci Mei Fei. Gui Fei menggunakan kepandaian menulis puisinya,  menari dan menyanyi untuk memikat hati Ming Huang. Ming Huang yang tengah mabuk cinta dengan mudah terjerat perangkap selir tamak ini. Ia terus menerus melupakan tugas-tugas kenegaraan. Seluruh waktu dan pikirannya hanya dihabiskan untuk membahagiakan Gui Fei  dengan cara apa pun. Keluarga Yang diangkat menjadi pejabat-pejabat penting. Tiga saudara perempuan Yang Gui Fei dianugerahi gelar putri kekaisaran dan bermacam hadiah seperti kereta kuda, rumah pribadi dan perhiasan yang sama nilainya dengan kekayaan yang dimiliki Putri Ta Chang, kakak tertua Ming Huang. Kemujuran yang dialami keluarga  Yang menimbulkan rasa iri pada setiap orang.Keharusan memiliki anak laki-laki tidak menjadi  trend lagi di Tiongkok. Orang lebih suka memiliki anak perempuan yang diharapkan dapat mengangkat derajat keluarga, dengan menjadi menantu keluarga-keluarga bangsawan.

Skandal Cinta Pembawa Maut
Pada tahun 755, atas usul seorang pejabat bernama Li Lin Fu, seorang gubernur militer dari suku utara bernama An Lushan menjadi sangat kuat dan dipercaya oleh kaisar. Kaisar menyayanginya sampai-sampai menganggapnya putranya sendiri. Ia memiliki kebiasaan yang aneh, yaitu pada jamuan kerajaan ia tidak akan bersujud kepada kaisar namun hanya kepada Yang Gui Fei. Pada saat ditanya ia menjawab bahwa ia adalah keturunan dari suku di utara dan kebiasaan sukunya hanya menghormati ibu dan bukan ayah. Mendengar itu kaisar hanya tetawa dan memaafkannya.
Keberhasilan Gui Fei meraih impiannya untuk menjadi wanita paling berkuasa di Tiongkok akhirnya tercoreng oleh skandal cintanya dengan An Lushan. Dengan memanfaatkan hubungan gelapnya dengan Gui Fei, An Lushan berhasil memperoleh kedudukan tinggi.
Hal  ini mengakibatkan Yang Kuo Chung, sepupu Gui Fei merasa kedudukannya tersaingi. Kuo Chung akhirnya berhasil membujuk kaisar untuk mengirimkan An Lushan ke perbatasan selatan. Kejadian ini menyulut rasa dendam An Lushan. Demi membalas perbuatan Kuo Chung, An Lushan menghimpun kekuatan pasukan Tartar. Tujuannya hanya satu merebut tahta kekaisaran demi memiliki Gui Fei.
Terbakar dendam, pada tahun 755 An Lushan, seorang jenderal penjaga perbatasan segera melancarkan pemberontakan di Fanyang ke kubu kekaisaran Tang. Ia menyatakan dirinya sebagai kaisar dan menamai dinastinya dengan Yan (dinasti ini tidak diakui secara resmi oleh ahli sejarah). Pasukan yang dipimpinnya menyerbu ke arah selatan, membangtai penduduk Kaifeng, merebut Luoyang dan akhirnya ibu kota Chang An. Pasukan Tang tidak berdaya menghadapi serangan pasukan Tartar yang ganas. Pasukan Jendral Ko Shu Han yang menjaga ibu kota Chang An juga berhasil ditaklukkan.
Kaisar Ming Huang yang terdesak memutuskan untuk mengungsikan keluarganya pada malam harinya ke arah Sichuan. 
Dalam perjalanan pasukan pengawal kaisar tiba-tiba mengadakan pemberontakan yang menewaskan Yang Kuo Chung. Pasukan yang memberontak ini menuntut kaisar untuk menghukum mati Yang Gui Fei yang menjadi dalang keruntuhan kekaisaran. Mereka bersedia membantu kaisar merebut kembali tahtanya asalkan tuntutan mereka dikabulkan. Tanpa daya, kaisar mengabulkan tuntutan ini. Gui Fei memtuskan untuk mengakhiri hidupnya di tiang gantungannya demi menyelamatkan kaisar. Peristiwa ini kemudian memberikan banyak inspirasi bagi para penyair seperti Bai Ju Yi (772-846 M) untuk mengabadikannya.
Di usianya yang ke 38 Yang Gui Fei memetik buah perbuatannya di tiang gantungan. Namun, hal ini tidak menghapus kemashurannya sebagai wanita tercantik sepanjang sejarah Tiongkok.
Akhirnya pemberontakan ini berhasil dipadamkan oleh Jenderal Guo Zi Yi dan Li Guang Bi pada tahun 763 M. Kedahsyatan pemberontakan ini mengakibatkan hancurnya perekonomian Tiongkok Utara dan tanah yang terbengkalai menjadi semakin luas. Kota-kota dan desa-desa berubah menjadi reruntuhan serta di tumbuhi ilalang. Peristiwa ini boleh dikatakan sebagai titik balik kejayaan Dinasti Tang menuju keruntuhannya.

Daftar Pustaka
  1.  History Of China karya Ivan Taniputera Penerbit Ar-Ruzz Media Grup, 2008, Yogyakarta
  2.  Sedjarah Tiongkok Selajang Pandang karya Elisabeth Seeger, Penerbit J.B Wolters, 1952, Djakarta
  3.  Majalah Kartini No.454 tahun 1992
  4. http://id.wikipedia.org/wiki/Yang_Guifei
  5. http://en.wikipedia.org/wiki/Yang_Guifei

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TERIMA KASIH