Home Tentang Kami Kontak Kami Donasi E-Book

Kisah Raja Suci Cheng Tang

Dikisahkan kembali oleh Tan Sudemi

Senantiasa Baginda (Cheng Tang) tidak mendekatkan diri kepada suara yang menyesatkan dan kecantikan wajah; tidak hanya mencari dan menumpuk harta dan keuntungan. Menganugerahi kebajikan besar dengan kedudukan tinggi; pahala besar dikarunia anugerah besar; memperkejakan orang lain seperti terhadap diri sendiri; tidak berlambat-lambat dalam memperbaiki/merubah kesalahan; sungguh-sungguh luas hati dan sungguh-sungguh Cinta Kasih, maka hal ini menjadikan berjuta rakyat menaruh percaya. (Shu Jing IV Shang Shu II Zhong Hui Zhio Gao III.5)

Baginda (Cheng Tang) yang telah mendahului itu mengasihi mereka yang menanggung duka dan sengsara sebagai terhadap anak sendiri; demikianlah rakyat tunduk melaksanakan titahnya dan tiada yang tidak bergembira. Bahkan rakyat negeri tetangga pun berkata, “Aku menanti Rajaku, bila Raja itu datang, lepaslah aku dari hukuman ini”. Shu Jing IV Shang Shu V.B.Tai Jia  III.5)

Kisah tentang Raja Suci Cheng Tang tercatat dalam Kitab Suci Shu Jing bagian IV Shang Shu (Kitab Dokumentasi Sejarah Suci). Pada tahun 1766 SM, para Tua-Tua, menteri yang setia mengangkat Rajamuda Tang untuk mengambil langkah tegas mengakhiri kekuasaan Kaisar Kiat yang telah memerintah sewenang-wenang terhadap rakyatnya. Rajamuda Tang sebelum memimpin gerakan moral dan menghukum pemimpin yang ingkar dari Jalan Kebenaran Tuhan terlebih dahulu mengadakan Sembahyang Besar Kehadirat Shang Di, memohon izin melaksanakan tindakan moral menurunkan Kaisar Kiat dari tahtanya. Rakyat dan seluruh tua-tua  serta menteri setia merasa bersyukur, bahwa Shang Di telah menujukkan KuasaNya, seorang suci dan bijaksana seperti Rajamuda Tang meluruskan kembali Jalan Suci Agama Ru. 

Raja Suci Cheng Tang memerintah dengan penuh Cinta Kasih tidak hanya kepada rakyatnya saja bahkan terhadap hewan sekalipun seperti seekor burung kecil. Penangkap burung memasang jaring di empat penjuru dan mengharapkan agar burung itu jatuh  di empat arah jaringnya. Cheng Tang menepuk pelan pundaknya, turunkan jaring itu pada tiga jurusan dan tinggalkan hanya satu arah. Katakan pada burung, “Kamu boleh pergi kemana sesukamu, aku akan mengambil yang salah arah saja.” Mendengar kejadian ini, rakyat amat kagum padanya. Mereka berpikir kalau sang raja demikian baik pada binatang, tentu ia juga dapat bersikap baik pada bawahannya. Sejak itulah banyak orang berbakat dari seluruh penjuru negeri bersedia mengabdi padanya. 

Sebagai raja yang mendirikan Dinasti Shang, Raja Suci Cheng Tang memberi semangat rakyatnya untuk mengolah tanah dan meningkatkan benihnya. Namun kemudian negara dilanda musim kering yang berlangsung selamat tujuh tahun yang menyengsarakan kehidupan rakyat. Raja Suci Cheng Tang yang peduli akan penderitaan rakyatnya, memerintahkan kepada menterinya untuk membuka gudang negara dan membagikan gandum, beras, uang dan lain lainnya kepada rakyat. Raja Suci Cheng Tang memotong rambut dan kuku serta mengenakan pakaian putih lalu memimpin persembahyangan kehadapan Shang Di, “Oh, Shang Di, hamba sendiri telah berdosa kepada-Mu. Untuk kesalahan rakyatku, kumpulkanlah pada pundakku. Letakkan marah-Mu kepada hamba sendiri, tetapi lepaskanlah rakyat yang banyak.” (Shu Jing IV.Shang Shu III Tang Gao.III.8)

Saat itu ada kilatan cahaya, diikuti oleh gumpalan awan, hujan turun deras dan membasahi tanah kering. Tak lama sesudah musim kering panjang, Raja Suci Cheng Tang wafat, Beliau telah berkorban untuk rakyatnya. Ketika para menteri masuk dalam kamar Beliau untuk memandikan tubuhnya, mereka mendapatkan kata-kata yang terukir di tempayan, “Bila suatu hari dapat membaharui (memperbaiki) diri, perbaharuilah terus tiap hari dan jagalah agar baharu selama-lamanya (Da Xue II:1)

Artikel ini ditulis dalam rangka menyambut Hari Persaudaraan (二 四 升  安 ) menjelang Tahun Baru Imlek Tahun 2025

Ketulusan Hati

Dikisahkan kembali oleh : Tan Sudemi

Hanya Kebajikan Berkenan Tian, Tiada Jarak Jauh Tidak Terjangkau, Kesombongan mengundang Rugi dan Kerendahan Hari Menerima Berkah (Su Jing II.II:21)

 Kisah “Hadiah Terindah” yang merupakan seri pertama dari Chicken Soup for the Soul, Graphic Novel, merupakan kumpulan kisah nyata yang dituangkan dalam bentuk komik. Ada salah satu cerita yang menarik :

Alkisah, ada seorang anak berumur belasan tahun bernama Clark. Pada suatu malam, Clark akan menonton sirkus bersama ayahnya. Ketika tiba di loket, Clark dan Ayahnya mengantri di belakang serombongan keluarga besar yang terdiri dari Bapak, Ibu, dan 8 orang anaknya. Keluarga tadi terlihat bahagia malam itu dapat menonton sirkus.

Dari pembicaraan yang terdengar oleh Clark dan Ayahnya, Clark tahu bahwa Bapak ke-8 anak tadi telah bekerja ekstra untuk dapat mengajak anak-anaknya menonton sirkus malam itu. Namun, ketika sampai di loket dan hendak membayar, wajah sang bapak dengan 8 anak tadi tampak pucat pasi. Ternyata uang 40 dollar yang telah dikumpulkannya dengan susah payah, tidak cukup, untuk membayar tiket untuk 2 orang dewasa dan 8 anak yang total harganya 60 dollar.

Pasangan suami istri itu pun saling berbisik, bagaimana harus mengatakan kepada anak-anak mereka bahwa malam itu mereka batal nonton sirkus karena uangnya kurang. Sementara anak-anak tampak begitu gembira  dan sudah tidak sabar untuk segera masuk ke sirkus.

Tiba-tiba ayah Clark menyapa bapak yang memiliki 8 orang anak tadi dan berkata, “Maaf Pak, uang ini tadi jatuh dari saku Bapak, “sambil menjulurkan lembaran 20 dollar dan mengedipkan sebelah matanya. Bapak yang memiliki 8 orang anak tadi takjub dengan apa yang dilakukan oleh Ayah Clark. Dengan mata berkaca-kaca, ia menerima uang tadi dan mengucapkan terima kasih kepada Ayah Clark, dan menyatakan betapa 20 dollar tadi sangat berarti bagi keluarganya. Tiket seharga 60 dollar pun terbayar. Dan, dengan riang gembira, keluarga besar itu pun segera masuk ke dalam sirkus.

           Setelah rombongan tadi masuk, Clark dan Ayahnya segera bergegas pulang. Ya, mereka batal nonton sirkus karena uang Ayah Clark sudah diberikan kepada seorang bapak yang memiliki 8 orang anak tadi. Malam itu, Clark merasa sangat bahagia. Ia tidak dapat menyaksikan sirkus, tapi telah menyaksikan dua orang ayah yang hebat. 

Ketika saya masih bekerja di sebuah lembaga pendidikan di Rawakucing Kota Tangerang, saat itu masih dalam tahap renovasi pembangunan yang belum selesai. Ada seorang kakek tua umurnya sekitar 60 tahun lebih. Saya memperhatikan setiap pagi kakek itu memungut sisa-sisa paku bangunan yang sudah tidak layak pakai berceceran tak tentu arah di halaman sekolah yang dikumpulkan dalam satu ember kecil. Saya pikir, kakek ini mungkin seorang pemulung barang bekas, tapi ketika saya memperhatikannya, paku yang sudah dikumpulkan ia buang ke tong sampah. Saya menghampiri dan menanyakannya, “Mengapa empek pagi-pagi datang memungut dan mengumpulkan paku lalu membuangnya ke tong sampah. Saya melihat begitu banyak paku bertebaran, saya kuartir paku-paku ini akan melukai kaki orang yang lewat juga anak-anak sekolah.” Kakek itu meski miskin namun hatinya peduli kepada sesamanya.

            Masih di Kota yang sama, sekitar tahun 1990-an, ada seorang pemuda perantau dari Medan, ia  membuka usaha jasa fotocopy, tempat usahanya kecil. Semangat untuk berdana selalu ada pada anak muda ini. Setiap tanggal 1 dan 15 Imlek, ia selalu ke Bio untuk sembahyang, tak  ia mendanakan 1 liter minyak sayur dan beberapa lembar uang ke kotak dana. Kini usahanya sudah berkembang pesat, bukan hanya usaha fotocopy lagi tetapi usaha percetakan dan keturunannya pun banyak yang sukses.

            Tindakan memberi merupakan sebuah ketulusan hati dalam meningkatkan keteguhan hati dan keimanan seseorang. Dengan memberi yang tulus maka seseorang diharapakan memberi tanpa adanya rasa pamrih. Ada tiga  alasan kuat bagi umat Khonghucu untuk memberi, yang pertama Huang Tian mencintai Kebajikan, orang termotivasi untuk memberi semata-mata karena kebaikan Tuhan dan yang kedua, karena hal pertama mereka ingin menolong orang yang membutuhkan dan yang terakhir untuk mengikis kesombongan diri.

Zi Gong bertanya, Seorang yang pada saat miskin tidak mau menjilat dan pada saat kaya tidak sombong, bagaimanakah dia?” Nabi Kongzi menjawab, “Itu cukup baik. Tetapi, alangkah baiknya bila pada saat miskin tetap gembira dan pada saat kaya tetap menyukai kesusilaan.” (Lun Yu I : 15)

Zi Xia berkata, “Mati hidup adalah Firman, kaya mulia adalah pada Tian Yang Maha Esa”. (Lun Yu XII : 5)

Artikel ini ditulis dalam rangka menyambut Hari Persaudaraan (二 四 升  安 ) menjelang Tahun Baru Imlek Tahun 2025