Home Tentang Kami Kontak Kami Donasi E-Book

Upacara Pesan Moral Perkabungan Dalam Agama Khonghucu (Studi Kasus Di Makin Cimanggis Depok)

Agama-agama di dunia ini memiliki tradisi yang berbeda dalam memakamkan jenazah orang yang telah meninggal dunia. Tradisi penguburan jenazah yang dilakukan oleh umat Khonghucu di Indonesia akan berbeda dengan yang dilakukan oleh umat Khonghucu di negara lain. Tesis ini mendeskripsikan secara singkat, bentuk-bentuk upacara perkabungan yang dilakukan oleh umat Khonghucu di Indonesia dan sekaligus menjelaskan makna yang terkandung dalam simbolisasi yang digunakan dalam upacara tersebut. Selain itu buku yang menjelaskan tentang upacara perkabungan dalam Agama Khonghucu. Agama bersumber pada kitab suci, sedangkan tradisi tidak ada di kitab suci tetapi ada di masyarakat. Maka penulis ingin menulis tentang upacara perkabungan dalam Agama Khonghucu.
Penelitian ini ingin mengetahui upacara perkabungan dalam Agama Khonghucu dan pesan moralnya di wilayah Cimanggis, melalui penelitian pustaka dan penelitian lapangan (observasi dan wawancara). Upacara perkabungan dalam Agama Khonghucu yaitu upacara Jib Bok (memasukkan jenazah ke dalam peti), Mai Song (malam menjelang pemberangkatan jenazah), Sang Cong (pemberangkatan jenazah), Jib Gong (pemakaman jenazah), Balik Tuk atau Ki Hok (membalik meja), Xiao Xiang (satu tahun), dan Da Xiang (tiga tahun). Upacara perkabungan di MAKIN Cimanggis sudah sesuai dengan aturan yang ditentukan oleh MATAKIN.

Makna dan pesan upacara perkabungan dalam Agama Khonghucu yang pertama adalah masalah sajian. Sajian atau perlengkapan sembahyang di meja altar tidak ada yang diharuskan. Nabi Kongzi menyarankan di dalam upacara harus sederhana, tidak boleh menyolok, yang terpenting di dalam melakukan upacara perkabungan adalah adanya rasa duka yang benar. Pesan yang kedua adalah masalah Ming Qi adalah alat sembahyang tiruan (tidak asli) untuk Gui/roh. Kemudian berkembang, sekarang dikenal dengan shao ling wu, membakar rumah arwah dengan segala pernak-perniknya. Dalam Kitab Suci Li Ji, Nabi menjelaskan tentang makna Ming Qi. Maka kita umat Khonghucu wajib melaksanakan pembakaran Ming Qi ini. Ini bukan tradisi, tetapi ajaran agama, karena penjelasan Ming Qi ada di Kitab Suci Agama Khonghucu. Pembakaran Ming Qi dilakukan ketika upacara sembahyang Jib Gong (upacara penguburan jenazah), tetapi juga bisa dilakukan di dalam Upacara Xiao Xiang (upacara satu tahun) atau Da Xiang (upacara tiga tahun). Jika di dalam upacara Jib Gong tidak dilakukan pembakaran Ming Qi, keluarga dapat melakukan di dalam Upacara Xiao Xiang atau Da Xiang. Dengan demikian tidak semua upacara penguburan mempunyai pembakaran Ming Qi. Pesan yang ketiga adalah masalah Xian Gong (dua orang dalam satu gundukan) ini ada di Kitab Li Ji, maka ini adalah ajaran agama, bukan tradisi. Jadi sebaiknya suami dan istri ketika meninggal, pemakaman secara Xian Gong. Pesan yang keempat  adalah selama berkabung tidak boleh membuat onde. Ini adalah tradisi. Jadi tidak ada di Kitab Suci yang menjelaskan ini. Pesan yang kelima adalah dalam hal keluarga melakukan Kwi (berlutut) di tikungan dan menyebar kertas Gin Coa  itu adalah tradisi. Di MAKIN Cimanggis masih ada keluarga yang berlutut (kwi) di tikungan, bila tempat pemakamannya dekat dari rumah. Jadi tidak menggunakan mobil. Tetapi bila jauh dan menggunakan mobil, keluarga tidak berlutut di setiap tikungan, hanya menebar kertas Gin Coa

Silakan download disini 
YUGI YUNARDI-FUF.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TERIMA KASIH