Home Tentang Kami Kontak Kami Donasi E-Book

HIDUP KEMBALI

Saat senja, Tuan Fang yang sudah renta tiba kembali ke rumah. Saat memasuki ruang tengah, ia tercengang setengah mati.
Terlihat di tembok bagian tengah tergantung foto (alm) dirinya. Disekeliling bingkai dihiasi pita kasa hitam. Kue-kue dan buah-buahan di atas meja abu telah penuh debu. Sedangkan bunga telah layu dalam vas bunga. Tembok sekeliling penuh dengan bingkai kembang dan kain bertuliskan ucapan belasungkawa.

Tuan Fang teringat, kecelakaan pesawat di Manado, kali ini tiada satupun yang selamat. Cuma ia seorang yang mujur. Satu-satunya yang selamat. Ia yang terakhir tertolong, sedangkan kabar pernah terputus, mereka tida menemukannya di mana dirinya, disangkanya ia telah tewas. Kini pikirannya sedang kalut, berhadapan dengan foto dirinya itu. Air matanya jatuh bercucuran. Lampu terang benderang di bagian dalam, nampak bayangan manusia bergerak ke sana ke mari.

“Beberapa toko di Kongsi Besar dan Pintu Kecil Selatan, pabrik kain dan obat di Cengkareng, tiga bidang tanah di Karet, serta deposito di Bank, beginilah cara baginya,”Anak sulung berkata pada mereka, “Yang belum ada penyelesaian adalah bagaimana mengatur ibun”.

Semuanya diam

Si bungsu anaknya masih kecil, sebaiknya ibu tinggal bersamanya”, menantu ketiga membuka mulut. “Betul, ibu bisa bantu menjaga anaknya,’ menantu pertama segera setuju, “Tiap keluarga menyumbang Rp 20.000,-“.

Kata-kata yang tidak masuk akal semacam ini, masa kalian bisa ucapkan!” menantu keempat menjawab dengan lantang. “Membantu kami mengurus anak? Jika bukan sakit pinggang, nenek sakit ulu hati, batuk-batuk dan mengap-mengap, apakah kalian tak punya mata!” antara menantu keempat dengan istri kakak dan adik memang tidak akur, “Begini saja, aku bayar kalian dua kali lipat …… empat puluh ribu, bagaimana?”

Tiada yang menjawab, menantu kedua akhirnya berkata: “Aku kira, kita semua bergilir, satu keluarga menanggung satu bulan.”

Mendengar itu, Tuan Fang marah besar, ia menerobs masuk dan berteriak sekuat tenaga: “Apakah kalian manusia?

Oh! setan….. setan …..” terdengar suara teriakan kaget.

“Pergi….. kalian! pergi……! Pergi segera!” Tuan Fang membentak keras sekali! Sambil mengambil sepotong pipa besi dari belakang pintu. (Penulis Romeo Zheng)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TERIMA KASIH