Karya : Ernie (siswi SMK Dharma Widya kelas X AK II)
Suatu hari seorang teman saya pergi ke panti jompo bersama dengan teman-temannya. Mereka sering sekali pergi ke tempat panti jompo untuk lebih banyak mengenal bahwa akan lebih berbahagia kalau kita bisa berbagi pada orang-orang yang kesepian di dalam hidupnya.
ketika teman saya sedang berbicara dengan beberapa ibu-ibu tua, tiba-tiba ada salah satu teman saya yang melihat ada seorang kakek tua sedang melamun dengan tatapan yang kosong, kemudian teman saya yang melihat kakek tua itu mencoba mendekati dan mengajaknya berbicara perlahan-lahan kakek itu mau berbicara dan menceritakan kisah pahit hidupnya.
sejak ia masih muda, ia selalu menghabiskan waktu untuk terus mencari usaha sampai akhirnya kakek bisa tinggal dirumah yang sangat besar dengan segala barang-barang mewah yang ia punya dari hasil kerja keras usahanya itu. Demikian juga dengan anak-anaknya, mereka semua berhasil sekolah sampai keluar negeri. ketika anaknya lulus semua menyelesaikan sekolah. sekarang berhasil juga dalam membina keluarganya masing-masing.
Sejak anak-anaknya mempunyai keluarga sendiri, kakek hanya tinggal dengan pembantunya saja, sedangkan istrinya meninggal dunia dengan sangat mendadak. Si kakek merasa kehilangan, tidak ada orang yang mau menemaninya, disaat kakek memerlukan mereka. Si anak kakek dengan senangnya, karena sudah mempunyai keluarga dan rumah yang mewah, sangat jarang sekali menjenguk ataupun memberi kabar kepada kakek.
Pada akhirnya rumah kakek yang sekarang ditempati akan di jual dan kakek tinggal bersama dengan anak sulungnya. Kakek berfikir "buat apa punya rumah yang besar kalau tidak ada yang menemani saya. Ketika saya sangat memerlukan bantuan", kata kakek dalam hati.
Setelah rumah itu dijual, kakek tinggal dirumah anak sulungnya. Semenjak kakek tinggal dirumah itu, setiap hari mereka yang ada dirumah tersebut sibuk dengan pekerjaannya sendiri. Semua keperluan kakek, pembantu yang memberikannya.
Kakek mulai tidak betah tinggal bersama dengan anak sulungnya, lalu kakek tinggal dirumah anaknya yang lain. Kakek berharap, kalau kakek akan mendapatkan apa yang kakek inginkan selama ini. Ternyata keinginan itu tidak tercapai, yang lebih menyakitkan semua alat-alat yang diperlukan kakek, mereka ganti dengan peralatan yang terbuat dari plastik. Anaknya takut kalau barang-barang miliknya pecah akibat ulah kakek.
Setiap hari kakek makan dan minum dari peralatan yang terbuat dari plastik yang sama dengan pembantunya. Kakek pun tidak betah tinggal bersamanya. Kakek berniat untuk tinggal bersama dengan anaknya yang bungsu. Anak bungsu ini tidak menerima ayahnya sendiri, sampai akhirnya, ia berfikir untuk mengirimnya ke panti jompo dan ia juga berjanji akan selalu mengunjungi kakek.
Sekarang sudah bertahun-tahun kakek tinggal di panti jompo ini, tetapi tidak ada satu anaknya pun yang menjenguk kakek. Hilanglah sudah semua harapan tentang anak-anaknya yang sudah kakek besarkan dengan kerja keras kakek.
Print this page
Print this page
Suatu hari seorang teman saya pergi ke panti jompo bersama dengan teman-temannya. Mereka sering sekali pergi ke tempat panti jompo untuk lebih banyak mengenal bahwa akan lebih berbahagia kalau kita bisa berbagi pada orang-orang yang kesepian di dalam hidupnya.
ketika teman saya sedang berbicara dengan beberapa ibu-ibu tua, tiba-tiba ada salah satu teman saya yang melihat ada seorang kakek tua sedang melamun dengan tatapan yang kosong, kemudian teman saya yang melihat kakek tua itu mencoba mendekati dan mengajaknya berbicara perlahan-lahan kakek itu mau berbicara dan menceritakan kisah pahit hidupnya.
sejak ia masih muda, ia selalu menghabiskan waktu untuk terus mencari usaha sampai akhirnya kakek bisa tinggal dirumah yang sangat besar dengan segala barang-barang mewah yang ia punya dari hasil kerja keras usahanya itu. Demikian juga dengan anak-anaknya, mereka semua berhasil sekolah sampai keluar negeri. ketika anaknya lulus semua menyelesaikan sekolah. sekarang berhasil juga dalam membina keluarganya masing-masing.
Sejak anak-anaknya mempunyai keluarga sendiri, kakek hanya tinggal dengan pembantunya saja, sedangkan istrinya meninggal dunia dengan sangat mendadak. Si kakek merasa kehilangan, tidak ada orang yang mau menemaninya, disaat kakek memerlukan mereka. Si anak kakek dengan senangnya, karena sudah mempunyai keluarga dan rumah yang mewah, sangat jarang sekali menjenguk ataupun memberi kabar kepada kakek.
Pada akhirnya rumah kakek yang sekarang ditempati akan di jual dan kakek tinggal bersama dengan anak sulungnya. Kakek berfikir "buat apa punya rumah yang besar kalau tidak ada yang menemani saya. Ketika saya sangat memerlukan bantuan", kata kakek dalam hati.
Setelah rumah itu dijual, kakek tinggal dirumah anak sulungnya. Semenjak kakek tinggal dirumah itu, setiap hari mereka yang ada dirumah tersebut sibuk dengan pekerjaannya sendiri. Semua keperluan kakek, pembantu yang memberikannya.
Kakek mulai tidak betah tinggal bersama dengan anak sulungnya, lalu kakek tinggal dirumah anaknya yang lain. Kakek berharap, kalau kakek akan mendapatkan apa yang kakek inginkan selama ini. Ternyata keinginan itu tidak tercapai, yang lebih menyakitkan semua alat-alat yang diperlukan kakek, mereka ganti dengan peralatan yang terbuat dari plastik. Anaknya takut kalau barang-barang miliknya pecah akibat ulah kakek.
Setiap hari kakek makan dan minum dari peralatan yang terbuat dari plastik yang sama dengan pembantunya. Kakek pun tidak betah tinggal bersamanya. Kakek berniat untuk tinggal bersama dengan anaknya yang bungsu. Anak bungsu ini tidak menerima ayahnya sendiri, sampai akhirnya, ia berfikir untuk mengirimnya ke panti jompo dan ia juga berjanji akan selalu mengunjungi kakek.
Sekarang sudah bertahun-tahun kakek tinggal di panti jompo ini, tetapi tidak ada satu anaknya pun yang menjenguk kakek. Hilanglah sudah semua harapan tentang anak-anaknya yang sudah kakek besarkan dengan kerja keras kakek.
Print this page
Print this page
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
TERIMA KASIH