Home Tentang Kami Kontak Kami Donasi E-Book

Luk Cik

Pada zaman Sam Kok (220-280 SM) di Tiongkok. Terkisah seorang pejabat yang bernama Luk Cik, ia adalah asisten kepercayaan penguasa negeri Wu yang bernama Suen Chien.

Pada suatu saat Luk Cik dianggap tidak berbuat kesalahan pada atasannya Suen Chien, sehingga ia dimutasi ke kota Yu Lin, propinsi Kuang Si. Setelah menjabat puluhan tahun sebagai wali kota di Yu Lin. Maka Luk Cik pun mohon pensiun dan berencana akan pulang ke kampung halaman sendiri. Ia mulai merapikan semua miliknya dan siap untuk kembali ke kampung. Di saat itu barulah ia sadar, bahwa selain puluhan jilid buku yang sudah usang dan beberapa potong pakaian bekas yang menghantarnya pulang kampung, ia tidak memliki apa-apa lagi.

Dari Yu Lin kembali ke Su Cou, kampung halaman Luk Cik, ditempuh dengan perjalanan air. Luk Cik pun menyewa sebuah kapal untuk membawa ia kembali ke kampung. Setelah Luk Cik nak ke atas kapal dan menunggu cukup lama, ternyata kapalnya tidak menunjukan persiapan akan mulai berangkat. Akhirnya Luk Cik tidak sabar lagi dan bertanya : "Hai! Kawan, mengapa kita belum berangkat juga?". Mendengar pertanyaan dari Luk Cik, anak buah kapal malah berbalik menanya dengan rasa heran :
"Tuan besar Luk, bukankah barang-barang bawaan Tuan belum dinaikkan ke kapal?". Luk Cik tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kapalnya dan berkata : "Sudah tidak ada barang yang akan dibawa, kita sudah boleh berangkat!"

Para anak buah kapal masih tidak percaya, mereka dengan rasa heran bertanya: "Tuan besar Luk telah beberapa tahun menjabat sebagai wali kota di Yu Lin dan sekarang pensiun pulang ke kampung halaman, masa hanya membawa barang-barang ini saja?" Luk Cik tertawa sesaat memberi penjelasan: "Walaupun saya telah beberapa tahun menjadi pejabat di sini, tidak pernah dan tidak berani mengambil kekayaan milik negara mau pun milik rakyat, maka selama saya menjabat sebagai wali kota, tidak pernah ada uang yang lebih untuk ditabung, apa lagi sampai memiliki barang-barang mewah!". Mendengar penjelasan yang begitu lulus dari Luk Cik, anak buah kapal baru mengerti, bahwa pejabat pensiunan yang sedang mereka hadapi itu adalah benar-benar seorang pejabat yang baik dan tidak korupsi. Mereka sangat kagum dan menghormatinya.

"Semasa jabatan, Tuan Luk sungguh-sungguh bersih dalam segala tindakan, ini sungguh merupakan sesuatu yang sangat langka, namun dalam perjalanan nanti ombaknya besar, sedangkan kapal kita muatannya sedikit, sehingga terlalu ringan. Kita perlu sesuatu untuk menambah besar kapal, supaya nanti dalam perjalanan kalau ada ombak kita tidak terlalu diombang-ambing, kita harus menncari akal."

Setelah Luk Cik mendengar penjelasan, ia juga merasakan kekuartiran para untuk anak buah kapal itu masuk akal, namaun sekarang harus mencari kemana pemberat untuk kapal ini? Mendadak ia melihat sebuah batu besar yang ia melihat sebuah batu besar yang ada dipinggir sungai, ia langsung mendapt ilham dan berkata pada para anak buah kapal : "Bagaimana kalau kita pindahkan batu besar yang ada  di pinggir sungai itu ke dalam kapal sebagai pemberat, saya yakin dengan demikian kita dapat terhindar dari hanya dalam pelayaran nanti".

Para anak buah kapal mengikuti petunjuk dari Luk Cik dan memindahkan batu besar itu ke atas kapal. Dan mereka pun mulai berlayar dan selamat dalam perjalanan.

Setelah kapal yang ditumpangi Luk Cik sudah mendekati tujuan, yaitu kampung halamannya. Para tetangga sudah mendapat berita dan mereka berkumpul untuk menyambutnya. Dalam bayangan mereka, setelah sepuluh tahun lebih Luk Cik menjabat sebagai wali kota, sekarang pensiun pulang ke kampung, pasti membawa batangan logam mulia dan intan berlian yang berpeti-peti, atau barang-barang berharga lainnya serta hasil bumi yang dikumpulkan semasa jabatan. Rombangan penyambutan sejak pagi sudah mulai berkumpul dan hingga siang sudah memadati pelabuhan di mana kapal Luk Cik akan bersandar / berlabuh.

Kapal yang ditumpangi Luk Cik sudah merapat. Tetangga  yang menyambut berebutan untuk naik ke kapal. Mereka terheran-heran setelah melihat bahwa dalam kapal ada sebuah batu besar, selain itu hanya terdapat beberapa tas yang berisi baju dan buku-buku.

Maka Luk Cik pun menceritakan tentang hal ihkwal tentang batu besar yang dibawa pulang. Setelah mendengar penjelasan dari Luk Cik, tetangga  dan penduduk kampung lainnya tidak merasa kecewa karena tidak dibawakan oleh-oleh dari Luk Cik. Mereka justru merasa sangat bangga memiliki seorang tokoh masyarakat  pensiunan wali kota yang jujur dan adil sebagai panutan.

Luk Cik pun memindahkan batu besar yang dibawanya dari Kota Yu Lin dan ditempatkan di depan rumah untuk mengingatkan pada anak cucunya supaya selalu menjaga dan mengembangkan sifat-sifat luhur yang telah dipertahankan olehnya.

print this page Print this page

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TERIMA KASIH