Home Tentang Kami Kontak Kami Donasi E-Book

Kung Fu Tse

Kung dilahirkan dalam tahun 551 S.M di negara bagian Lu dari seorang anggota keluarga bangsawan, sebagai anak kecil, yang disukainya ialah bermain sebagai raja yang bijaksana. Dengan sungguh-sungguh beliau menjalankan peranan itu dan meniru upacara-upacara kerajaan. Waktu  berusia 17 tahun, beliau di antara teman-temannya terkenal sebagai anak yang pandai dan berilmu. Tetapi sepeninggal ayahnya Kung Fu Tse hidup miskin, sehingga  tak dapat meneruskan sekolahnya.

Mula-mula  bekerja sebagai pengawas gudang-gudang gandum negara di daerahnya. Segala sesuatu yang dikerjakannya berlangsung dengan baik. Kemudian  menjadi pengawas sawah-sawah negara di wilayah itu juga dan di bawah pimpinannya ternak wilayah itu menjadi kuat dan sehat. Sementara itu kecakapannya menarik perhatian pembesar-pembesar pemerintahan, sehingga beliau mencapai jabatan yang tinggi.

Waktu berusia 22 tahun, Kung Fu Tse meninggalkan jabatannya dan mulai mengajarkan ilmunya kepada anak-anak muda yang haus akan pengetahuan. Baginya tak ada anak miskin atau kaya. Yang menjadi syarat untuk dapat mengikuti pengajarannya ialah kerajinan dan kecakapan serta uang pangkal yang terdiri dari sejumlah daging kering (dendeng), menurut kebiasaan waktu itu. Salah seorang siswanya mengambarkan Gurunya sebagai orang yang sederhana hidupnya, baik hati dan sangat ramah terhadap sesama manusia. Dari gambaran itu kita memperoleh kesan bahwa, Kung Fu Tse ialah orang yang suka belajar dan mengajar, orang yang membenci segala kemalasan dan kebodohan.

terkenal sekali ucapan Kung Fu Tse : "Orang yang mencari kebenaran, tetapi malu berpakaian sederhana, ialah orang gila yang tidak perlu kita ajak bicara." Kepada seorang muridnya yang tidur siang beliau bersabda: "Kayu yang lapuk tak ada faedahnya, tembok dari tanah yang lunak, tak dapat diperkeras. Kepada si Yu (anak yang tidur siang itu) tak perlu diberi pelajaran apa pun."

Untuk memenuhi kehausannya akan pengetahuan dan juga untuk memperoleh buku pelajaran yang baik bagi murid-muridnya, beliau menulis kitab-kitab tentang sejarah, musik, mengarang sajak dan ritual upacara. Ajarannya dalam kitab-kitab itu berpengaruh luas dan dalam sekali di dalam masyarakat bangsa Han (Tionghoa). Di dalam kitab-kitabnya dibentangkan hal-hal mengenai keindahan alam, pekerjaan di sawah, kebiasaan rakyat, suka duka beribu-ribu penduduk, sehingga kitab-kitab itu menjadi sumber pengetahuan tentang peri kehidupan bangsa Han kuno. Salah satu jasa Kung Fu Tse yang besar sekali ialah memberi kesempatan kepada murid-muridnya untuk mengenal hasil karya pengarang-pengarang sebelum zaman itu. Sampai pada waktu itu hasil karya pengarang-pengarang tersebut simpan di dalam perpustakaan kekaisaran, tidak boleh dibaca oleh orang biasa dan tidak boleh diajarkan kepada sembarang orang.

Kung Fu Tse ialah orang yang mengagumi zaman kaisar Chou dari lebih kurang 1000 SM. Zaman itu dianggapnya zaman yang gemilang dan patut dijadikan contoh oleh raja-raja yang akan memerintah. Kebetulah sekali zaman Kung Fu Tse diliputi oleh suasana pertikaian, perebutan kekuasaan,  peperangan dan kekacauan. Tidak putus-putusnya beliau mengajarkan kepada muridnya, bahwa zaman Chou itulah yang harus dijadikan pedoman hidup sehari-hari. Kepada para pejabat dianjurkannya, agar mereka mengambil kebijaksanaan raja Chou sebagai contoh pemerintahan yang akan dapat membawa keagungan negara. Tetapi semua daya upayanya sia-sia belaka. Oleh karena itu, maka dalam tahun 500 SM, akhirnya Kung Fu Tse menyetujui pengangkatannya sebagai kepala kehakiman di ibukota. Beliau berpendapat, bahwa dengan demikian akan dapat membawa keteraturan di dalam negeri. Cita-citanya terlaksana. Untuk anak-anak dan orang yang lanjut usianya disediakan makanan yang sehat, orang-orang yang kuat harus menjalankan pekerjaan yang lebih berat daripada orang-orang yang lemah, pedagang-pedagang tidak akan meminta harga yang tinggi, barang-barang yang hilang akan dikembalikan kepada pemiliknya. Karena hasil yang gemilang itu, maka beliau diangkat menjadi perdana menteri. Kung Fu Tse memimpinn pemerintahan dengan bijaksana. Oleh karena itu, negara menjadi tenteram, rakyat hdup dengan damai dan makmur serta kemajuan rakyat terpelihara baik-baik. Tindakan sewenang-wenang oleh pejabat-pejabat dapat diberantas keakar-akarnya, sedangkan raja sendiri dengan adil menjalankan pemerintahan atas nasihat Kung Fu Tse. Jika keadaan demikian berlangsung terus, kemungkinan besar Lu akan menjadi kekaisaran. Hal itu menimbulkan rasa iri hati pada negara tetangganya Chi. Oleh karena itu aas nasihat salah seorang menterinya Raja Chi akan menimbulkan perpecahan antara Kung Fu Tse dengan rajanya. Raja Chi mengirimkan 80 gadis penari dan penyanyi yang cantik-cantik, sejumlah pakaian yang indah-indah dan 120 ekor kuda yang bagus-bagus kepada Raja Lu. Raja Lu segera melupakan semua ajaran Kung Fu Tse tentang kesederhanaan dan kekangan hawa nafsu. Tertarik oleh hadiah itu, Raja Lu tidak menghiraukan pemerintahan lagi dan tidak lagi taat menjalan ritual keagamaan. Berhubung dengan itu Kung Fu Tse merasa, bahwa tugasnya sebagai perdana menteri dan pembimbing raja, gagal. Beliau mengundurkan diri sebagai perdana menteri, lalu mengembara dari daerah yang satu ke daerah yang lain selama 14 tahun, sambil mencari kepala negara, yang dengan sungguh-sungguh mau memberi beliau pekerjaan untuk melaksanakan pemerintahan yang di cita-citakan. Usahanya tidak berhasil. Di mana Kung Fu Tse datang selalu diterima dengan ejekan dan mendapat tentangan terutama dari pejabat-pejabat yang takut, kalau-kalau mereka akan kehilangan kedudukan mereka, jika Kung Fu Tse menjadi penasihat raja. 

Setelah Kung Fu Tse mengembara selama 14 tahun, beliau dipanggil kembali ke negara asalnya, setelah raja negeri Lu wafat. Sementara itu beliau telah berusia 70 tahun, tenaga kerjanya sudah berkurang dan walaupun raja yang baru dan menteri-menteri selalu minta nasehat kepadanya, beliau tak berpengaruh ladi di dalam lapangan pemerintahan. Tahun yang terakhir, sebelum beliau meninggal  dunia, dipergunakannya untuk belajar dan menulis.

Pada suatu hari Raja Negeri Lu berburu di hutan. Seekor binatang yang tidak dikenal dibunuhnya. Kung Fu Tse dipanggil untuk melihat binatang apa, yang dibunuhnya itu. Beliau terkejut, melihat binatang suci yang bertanduk satu itu, sebab menurut kisah lama, binatang itu akan membawa perdamaian dan kemakmuran. Tetapi baru saja binatang itu memperlihatkan diri, hewan suci itu sudah terbunuh, suatu alamat buruk bagi negeri Lu. Kung Fung Tse menangis tersedu-sedu, sambil berseru: "Untuk siapa kamu itu datang? Sayang sekali, hidup saya sudah hampir berakhir!" Setelah peristiwa itu terjadi, beliau mengasingkan diri, untuk menyelesaikan kitabnya yang berjudul : "Catatan dalam Musim Semi dan Musim Rontok". Dalam kitab itu, Kung Fu Tse mengisahkan, tanpa komentar,  keburukan yang merajalela di dalam masyarakat, kemerosotan akhlak dan kemunduran negara yang dicntainya. Setelah selesai kitab itu, Beliau meninggal dunia dalam tahun 478 SM, pada usia 73 tahun.

Sumber : Peristiwa dan Tokoh Penting dalam Sejarah Dunia I oleh Soendhoro,  Tahun 1980 T.Pradnya Paramita, Jakarta


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TERIMA KASIH