Home Tentang Kami Kontak Kami Donasi E-Book

DING LONG PERWIRA SEJATI DARI SELATAN

Penulis : Rip Tockary

 Ding Long seorang kuli bangunan. Tugasnya membangun jalan kereta api. Bangsa Tiongkok memang bangsa peneroka. Sejak Kaisar Qian Long mengizinkan orang Tionghoa merantau ke luar negeri untuk mengadu nasib banyak sekali pekerja emigran Tiongkok berkelana ke manca negara. Sebagian mendarat di Australia dan merintis penambangan emas. Nasib mereka sebagian besar sangat menyedihkan. Maklum orang barat ketika itu sangat rasialistis. Mereka memandang kaum kulit berwarna dari Asia sangat rendah mungkin hanya setaraf dengan seekor anjing. Terhadap kaum kulit hitam perlakuan mereka lebih keji lagi, karena orang negro dianggap lebih rendah dari binatang. Sungguh ironis kaum rasialis itu justru para penganut agama yang ekstrim fanatik.

Nasib perantau Tiongkok di Australia telah dibukukan dan terus terang sangat menyedihkan. Juga perantau Tiongkok di daerah Deli Serdang Sumatra Utara sungguh mengenaskan. Malangnya kontribusi kuli Tionghoa di Sumatra yang turut membangun perkebunan di Medan tidak banyak diungkapkan dalam pengajaran sejarah kepada anak-anak Indonesia. Padahal perkebunan di Sumatra baik itu tembakau, teh, karet dan kelapa sawit juga dibangun di atas darah dan air mata pekerja yang banyak di datangkan Belanda dari Tiongkok Selatan. Pertambangan emas di Kalimantan dan pertambangan timah di Pulau Bangka dan Pulau Belitung tulang belakangnyaadalah imigran dari Tiongkok. Kontribusi etnik Tionghoa yang mempopulerkan industri gula rakyat di Jawa juga hampir luput dari catatan kita. Anak buah Zheng He memberi penyuluhan teknologi makanan antara lain mengajarkan cara membuat kecap dan tauco kepada orang Jawa. Juga merekalah yang membawa benih beras ketan dan mengajarkan cara membuat dodol. Makanan bangsa Jawa semakin beragam setelah banyak orang Tionghoa berkunjung ke tanah Jawa. 

Ding Long anak seorang imigran pada periode awal pembentukan bangsa Amerika yang baru saja terlepas dari tangan penjajahan. Ia bekerja dibawah perintah Jenderal Carpenter sorang kulit putih berdarah Inggris. Jenderal ini luar biasa kasar dan arogan. sebagaimana bangsa kulit putih pada zaman itu, Carpenter seorang yang rasialis, pemabuk dan eksentrik. Ketika itu diskriminasi rasial dibenarkan secara hukum dan secara luas dipraktekkan oleh hampir semua bangsa kulit putih. Ding Long pun diperlakukan sewenang-wenang oleh sang Jenderal. Suatu ketika akhirnya Ding Long tidak tahan harga dirinya bangkit dan ia mencari pekerjaan lain.

Suatu kali rumah Carpenter terbakar dan seluruh harta bendanya habis tuntas. Padahal ia baru saja kehilangan pekerjaannya di Jawatan Kereta Api Amerika. Ia jatuh melarat dan lebih miskin dari seorang gembel. Semua kenalannya sesama bangsa kulit putih juga tidak mau mengenalnya lagi. Ding Long yang mendengar nasib Carpenter bersedia datang menolong. Ia melayani Jenderal yang ketika itu sedang sakit dan hidupnya merana sendirian. Sang Jenderal sangat terharu dan berkata, "Ding Long selama ini aku memperlakukan dirimu secara tidak adil. Tetapi ternyata hanya engkau seoranglah yang masih mau mengenal dan menghampiri saya. Tak kusangka engkau ini seorang terpelajar".

Sahut Ding Long, "No Sir. Anda salah. Saya ini seorang buta huruf. Ayah saya buta huruf. Kakek saya pun begitu. Kami keluarga miskin dan tidak pernah bersekolah. Tetapi keluarga kami memelihara ajaran leluhur kami yang mengajarkan untuk selalu membantu orang yang mengalami kesusahan". Carpenter tidak kuasa menahan air matanya dan meminta maaf serta berjanji akan merubah tabiatnya. Ia sungguh-sungguh bertobat dan mulai lagi bekerja keras. Ding Long dan Carpenter sejak itu bersahabat bahkan lebih erat dari dua saudara kandung.

Menjelang ajalnya Ding Long berpesan,"Saudaraku Carpenter, inilah seluruh uang yang saya kumpulkan selama saya hidup. Gunakanlah untuk menyebarluaskan ajaran leluhur kami bangsa Tiongkok, berikan kesempatan bagi seluruh bangsa Amerika untuk mengenal ajaran moral kami. Saya sendiri hanya tahu sedikit saja, tetapi saya tahu ajaran leluhur sangat bernilai". Tabungan Ding Long tidak seberapa kalau tidak salah hanya US $1,000,- maklum ia hanya seorang kuli jalan kereta api. Carpenter menyanggupi dan ia sendiripun mengeluarkan tabungannya. Universitas Kolumbia di New York mendirikan jurusan studi kebudayaan Tiongkok dan Konfusianisme dan menghasilkan banyak profesor dan doktor berkat beasiswa Ding Long. Inilah cikal bakal studi Konfusianisme dan filsafat Tiongkok yang kemudian mendorong lahirnya berbagai pusat studi pada universitas-universitas di Amerika, Singapura, Hongkong dan belahan bumi lainnya.

Hikmah apakah yang dapat kita pelajari dari Ding Long? Pertama : Semua orang kaya atau miskin, terdidik atau tidak terdidik, berkedudukan atau pun tidak, dapat melakukan karya besar. Ah Long yang kuli dan buta huruf ternyata mendorong lahirnya ahli Konfusianisme kaliber dunia. Bukankah ini bukti bahwa kita pun dapat melakukan kebajikan, tentu saja hasilnya terpulang ketekunan diri kita sendiri. Kedua : dalam menyebarkan Dao sikap dasar yang pokok adalah ketulusan dan cinta kasih. Tidak ada seorang pun yang dapat kita taklukkan dengan cara adu keunggulan ilmu pengetahuan. setiap orang memiliki mekanisme defensif dan tidak sudi direndahkan. Semua manusia pada dasarnya ingin dihargai dan dihormati martabatnya. Hanya kasih sayang yang tulus yang mampu menerobos jantung hati manusia bukan intelektualisme. Itu sebabnya tidak mungkin menawan hati manusia dengan berdebat karena hal ini merupakan suatu tindakan konfrontatif yang pada dasarnya kurang kita sukai.

Mungkinkah Tuan Carpenter dikalahkan Ding Long? Pengetahuan Ding Long akan agama sudah pasti sangat sedikit, tetapi beliau menguasai yang paling pokok yakni Ren. ternyata pengetahuan sedikit asal dilandasi dengan sifat tulus ikhlas kekuatannya menjadi amat dahsyat. Jenderal Carpenter yang jauh di atas Ding Long ternyata bertobat di tangan seorang kuli yang selalu direndahkannya. Ini mengingatkan kita untuk tidak menghina orang yang rendah kedudukannya. Yang pokok adalah Ren dan Xin bukan gelar dan kekayaan. Inilah yang seharusnya menjadi pegangan kita bahwa penyebarkan iman kita harus dilakukan dengan menghampiri fitrah manusia. Jelaslah sudah inti sari ajaran Kongzi adalah mengembangkan watak sejati kita.

Menurut Meng Zi hati manusia yang arogan itu bagai ditumbuhi rumput liar, padahal hati manusia iulah tempat tumbuhnya kebajikan. ding Long berhasil mencabut tumbuhan liar itu dan membebaskan fitrah kemanusiaan Carpenter. Memang pada dasarnya manusia itu adalah makhluk yang berakhlak mulia, responsif terhadap kemurnian dan ketulusan.

Ketiga perhatikan pesan Ding Long kepada Carpenter ketika ia menunggu kedatangan sang maut... Ajarkan kepada semua bangsa Amerika akan keluhuran ajaran nenek moyang kami... Keseleo lidahkan Ah Long ketika ia menyebutkan bangsa Amerika mengapa bukan Warga Amerika mengapa bukan Warga Negara Amerika keturunan Tiongkok? Sama sekali tidak. Agaknya sikap Konfusianis yang benar adalah mencintai orang tanpa mempersoalkan keyakinan agamanya tidak peduli sukunya dan tidak peduli pula asal usulnya. Intuisi Ah Long menyatakan bahwa segala bangsa itu bersaudara. Umat Kong Zi wajib menarik hikmah dari kisah ini yakni kasih sayang kita tidak boleh hanya sebatas saudara seagama atau saudara seetnis saja. Kalau Ding Long yang hanya seorang kuli ini bisa berdakwah kepada saudaranya diluar kaumnya dan berharap agar ajaran Konfusianisme tidak hanya dinikmati bangsa Han. Kita pun di Indonesia hendaknya aktif menyebarkan ajaran leluhur kita agar faedahnya dirasakan oleh seluruh bangsa Indonesia, seluruh bangsa Asean dan seluruh bangsa-bangsa di dunia.

Disini kita menyimak pula keyakinan Ding Long bahwa ajaran Ru adalah ajaran adhi luhung tidak lebih rendah dibandingkan ajaran lain. Sungguh menakjubkan populasi etnik Tionghoa ketika itu amat sedikit mungkin disekitar Ah Long hanya beberapa keluarga saja, toh Ah Long berani menyampaikannya kepada orang berpangkat. Jumlah kaum Ru ketika itu jelas amat sedikit dibandingkan dengan umat Ru di Indonesia. Adakah iman dan keberanian kita lebih besar dari Ah Long?

Keempat Carpenter yang kristiani ternyata bertobat karena Ah Long yang Konfusiani.Adakah kaku Ah Long mengajak Carpenter menjadi Konfusiani? Tidak sama sekali. Fokus Ah Long tidak pada pengakuan agama secara formal, tetapi pada perubahan yang lebih fundamental yang menyangkut dimensi spiritual. Kristen dan Konfusianis dapat hidup berdampingan dengan memelihara identitas masing-masing. Baiklah kita renungkan kerukunan sejati tidak memerlukan doktrin ilmiah cukup saling menerima sesama kita sebagaimana adanya dan prasangka baik terhadap sesama. Kerukunan bisa dibangun tanpa menafikan kerpribadian sang mitra.

Perbedaan latar belakang agama tifak sepatutnya menjadi penghalang persahabatan dua anak manusia,apalagi memutuskan tali silahturahmi antara anak dan orangtua. Dalam zaman pasca modern kita akan semakin banyak menghadapi semakin beragamnya agama yang dianut dalam satu keluarga. Kenyataan ini seboleh-bolehnya tidak membuat keluarga menjadi berantakan. Fenomena ini terjadi di semua belahan dunia hampir tanpa terkecuali. Harus senantiasa kita ingat bahwa semua agama berangkat mata air yang sama dan akan bermuara pada samudera yang sama yakni Shang Tee itu sendiri.

Kelima. Ah Long boleh jadi seorang yang miskin harta dan kedudukan. kendati memang miskin tetapi ternyata ia tidak bermental miskin bahkan sesungguhnya jiwanya kaya raya. Kemiskinannya akan harta benda tidak membuat dirinya bermental pengemis. Ia justru berusaha mengumpulkan uang untuk membantu sesamanya bangsanya Amerika. Sang Jenderal itu sesungguhnya adalah penerima kredit kepercayaan dari Ah Long bukan sebaliknya. Syukur kredit yang dihibahkan Ah Long dilipatgandakan Carpenter. Betapa banyak orang di sekitar yang menyalahgunakan kemiskinannya dan merendahkan harga dirinya dengan menjadi pengemis. Orang yang berjiwa pengemis bahkan lebih hina dari pengemis itu sendiri,karena meski sudah cukup makan bahkan memiliki jabatan tinggi masih memalak ke kiri dan ke kanan.

Cicero menyatakan apabila engkau ini tidak mempunyai harta maka saya belum dapat menyimpulkan adakah engkau ini sesungguhnya miskin atau kaya. Apabila engkau tidak mempunyai keterampilan maka engkau ini memang setengah miskin. tetapi apabila engkau ini tidak mempunyai kepribadian dengan perkataan lain, watak sejatimu tidak berkembang, maka dengan sangat menyesal saya harus katakan engkau ini sesungguhnya tidak memiliki apa-apa.

Keenam. Ah Long seorang kuli yang dihina dan dinista.Wajarlah ia merasa sakit karena serendah apa pun seorang manusia pasti punya perasaan dan harga diri. Itu sebabnya Ah Long minta berhenti. Rupanya ia merasa sakit tetapi kuncinya disini : kendati hatinya sakit tetapi ia tidak sakit hati. Dalam kehidupan kita sehari-hari kita pun sering tersinggung dan marah karena amal kebaikan kita sering tidak di akui apalagi di hargai.Lazimnya rasa pedih dan perih itu kemudian menghalangi kita untuk berbuat kebaikan lebih banyak lagi. Sering kita melayani umat dan apa balasan yang kita terima? Bukan hanya ketidakpedulian bahkan kemudian kita dicerca dan tidak jarang malah difitnah,Memang aneh bukan hanya perbuatan buruk yang dicela perbuatan baik pun tidak luput dari kecaman. Itulah romantika hidup di dunia yang fana ini.

Untuk dapat mengatasi jalan buntu itu tidak ada cara lain kecuali pandangan kita harus mampu menerobos ke dimensi kemanusiaan yang lebih dalam yakni manusia yang ilahi. Kita harus bersedia melompati pagar egoisme yang dibangun dalam diri kita sendiri. Barulah kemudian kita mampu menembus hati manusia yang terdalam dan membebaskannya dari belenggu penjara kesombongan yang menghalangi orang itu untuk berkembang. Itulah yang dilakukan Ding Long yakni membebaskan manusia dan menjadikannya manusia yang sejati yang sesuai dengan fitrahnya yang mulia yakni berahklah seperti Tian yang menerima manusia seadanya.

Carpenter benar Ding Long adalah seorang terpelajar bukan dalam pengertian akademis tetapi dalam pengertian apiritual. Pengertian ini sejiwa dengan ajaran Kong Zi banyak orang mengaku kaum intelektual karena merasa namanya dihiasi banyak gelar tetapi ketika harus berada dalam Jalan Suci ternyata hanya mampu bertahan dalam sekejap saja.Ding Long adalah seorang perwira karena ia... dengan lembut mendidik sesama, tidak membalas perbuatan yang ingkar jalan suci; itulah keperwiraan selatan yang dipegang teguh oleh seorang Junzi [Zhong Yong IX:3].Kemenangan Ah Long atas carpenter adalah kemenangan yang sejati inilah prinsip yang menurut ajaran Jawa disebut menang tanpo ngasorake yakni menang yang tidak merendahkan martabat sesama manusia tetapi justru kemenangan yang membawa berkah. Jelaslah sudah kebajikan Ding Long berhasil menembus Tuhan,karena itu milikilah kebajikan macam Ding Long. Kalau Ah Long yang bersahaja bisa mengapa anda dan saya tidak?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TERIMA KASIH