DO’A HARI RAYA TANGCIK
Kehadiran Thian, Tuhan Yang Maha Besar ditempat Yang Maha Tinggi
dengan bimbingan Nabi Khongcu, dipermuliakanlah
Semoga beroleh kami kekuatan dan kemampuan menjunjung tinggi
kebenaran dan menjalankan kebajikan.
Hari Tangcik, saat yang melambangkan kemuliaan, kebesaran dan
kasih Thian, yang selalu menilik serta melimpahkan rakhmat
perlindungan kepada umat yang telah difirmankan menetapi
kodrat kemanusiaannya di atas dunia ini.
Pada saat matahari di atas garis balik ke utara ini pulalah
Thian telah berkenan menurunkan Firman atas Nabi Khongcu,
sebagai penuntun dan Bok Tok kami, membawakan Ajaran Suci
yang mencanangkan Firman Thian bagi kehidupan manusian di
dunia ini. Itulah karunia terbesar dalam hidup kami, karena
daripada-Nyalah kami dibawa kedalam peri Cinta Kasih, yaitu
Rumah Sentosa bagi jiwa, dan kepada Kebenaran/Keadilan/ Kewajiban,
yaitu Jalan Lurus di dalam Hidup, sehingga boleh berkembanglah
Kebajikan Thian di dalam diri. Kami yakin hanya oleh Rakhmat dan
ridho Thian sajalah semuanya boleh kami dapatkan.
Pada hari yang mulia ini pulalah Thian telah memanggil kembali Bingcu,
Penegak Agama Khonghucu, kembali keharibaan Thian,
sehingga hari yang penuh makna ini melambangkan pemula dan
penggenapan Ajaran Agama Karunia Thian.
Dengan setulus hati kami bersujud, dengan sepenuh Kebajikan di dalam hati,
Dipermuliakanlah.
Sembah dan sujud ke hadirat Thian, semoga jauhlah hati
dari segala kelemahan, dari keluh gerutu kepada Thian,
dari sesal penyalahan kepada sesama, dapat tekun belajar hidup benar,
dari tempat yang rendah ini menuju tinggi menempuh Jalan Suci.
Teguhlah Iman, yakin Thian senantiasa Penilik,
Pembimbing dan Penyerta kehidupan ini.
Siancai.
Makna Hari Tangcik
Hari Tangcik ialah hari saat letak matahari tepat di atas garis balik 23½ Lintang Selatan, yakni bertepatan dengan tanggal 22 Desember. Pada saat itu dibelahan bumi Utara mempunyai siang hari paling pendek dan malam hari paling panjang. Pada daerah-daerah utara yang mempunyai iklim sub-tropis dan dingin, tibalah musim dingin. Oeh karena itu pada jaman dinasti Ciu (1122 SM-255 SM), saat itu dipandang sebagai hari permulaan tahun baharu karena hari-hari selanjutnya letak matahari mulai balik ke utara, siang hari kian panjang, malam hari kian pendek, sekalipun musim masih bertambah dingin sampai tiba musim semi, saat matahari melewati garis katulistiwa.
Pada saat Tangcik itu, rajamuda-rajamuda mengadakan upacara sembahyang besar yang dinamai Kau, yang dilakukan di hadapan sebuah altar yang dibangun di alun-alun sebelah Selatan untuk mengucapkan puji syukur kepada Thian, Tuhan Yang Maha Esa dan tiap lima tahun sekali Kaisar sendiri langsung memimpin upacara sembahyang itu, yang disebut Tee.
Biarpun setelah berdiri dinasti Han (206 SM – 220 M) sistim penanggalan diubah menjadi Khongcu Lik atau He Lik, yang hari tahun baharunya ditentukan kira-kira satu/dua bulan setelah Tangcik, namun raja-raja tetap melakukan sembahyang besar kepada Thian pada hari Tangcik
Rakyat jelatapun melakukan sembahyang kepada Thian dan leluhurnya, dengan sajian utamanya ialah ronde yang berbentuk bulat, dibuat dari tepung ketan dan diberi warna merah dan putih (melambangkan sifat Iem dan Yang, negatif dan positif) dan diberi kuah jahe manis. Disajikan tiga mangkok ronde, tiap mangkok diisi 12 ronde merah/putih dan diberi sebuah ronde merah besar yang melambangkan berkat yang diterima sepanjang tahun.
Bagi umat Khonghucu, hari Tangcik mempunyai makna suci khusus, disebut hari Bok Tok atau hari Genta Rohani, dinamakan demikian karena pada hari setelah Tangcik, tatkala Nabi Khongcu berusis 56 tahun, beliau meninggalkan negeri Lo, tanah tumpah darah yang dicintainya, meninggalkan kedudukannya yang mulia, meninggalkan segala yang dimilikinya dan mulai mengembara dari satu negeri ke lain negeri selama kira-kira 13 tahun untuk menebarkan ajaran-ajarannya dan membangkitkan kembali / menyempurnakan Ji Kau / Ru Jiao atau Agama Khonghucu. Beliau menjadi Bok Tok atau Canang atau Genta Rohani yang memberitakan Firman Thian bagi hidup insani. (Bok Tok / Mu Tu ialah Genta yang dibuat dari logam dan dipukul dengan pemukul dari kayu. Pada jaman purba Bok To digunakan raja-raja melalui utusannya memberikan maklumat-maklumat yang wajib dilaksanakan rakyat dan dilaksanakan menjelang : hari tahun yang baharu). Nabi Khongcu bukan pembawa Bok Tok raja, tetapi Bok Tok Thian bagi segenap manusia. Ini dapat dilihat dari peristiwa dibawah ini :
Penjaga tapal batas negeri Gi, yang ternyata adalah seorang suci dan bijaksana yang menyembunyikan diri, ingin bertemu dengan Nabi dan berkata : “Setiap ada seorang Kuncu (Luhur Budi/Susilawan) lewat di sini, aku tidak pernah tidak menemuinya. “Oleh para murid ia disilakan menemuinya. Setelah keluar ia berkata : “Saudara-saudaraku, mengapa kalian nampak bermuram durja karena kehilangan kedudukan? Sudah lama dunia ingkar dari Jalan Suci, kini Thian menjadikan Guru selaku Bok Tok – Lun Yu III : 24.
Demikianlah seorang umat Khonghucu yakin, Khongcu ialah Bok Tok Tuhan, Nabi pembimbing hidup manusia menempuh Jalan Suci yang di firmankan Thian. Bahwa Nabi Khongcu ialah Sing Jien atau Nabi yang dijadikan Thian sebagai Bok Tok bagi segenap manusia dapat pula kita periksa dari ayat-ayat dibawah ini :
Ketika beliau di negeri Song bersama murid-murid diganggu dan akan dicelakakan oleh Hwan Twee, seorang pembesar jahat dan sewenang-wenang, dengan tiada bimbang beliau bersabda: “Thian telah menyalakan Kebajikan dalam diriku. Apakah yang dapat dilakukan Hwan Twee atasku?” (Lun Yu VII : 23).
Begitu pula ketika beliau dengan rombongan di negeri Khong, orang-orang negeri Khong salah duga, beliau disangka Yang Ho, seorang pemberontak dari negeri Lo, yang pernah memimpin bala tentara negeri Wee menindas, menjarah dan menghancurkan negeri Khong yang kecil. Karena itu Nabi dan rombongan dikurung dan ditahan. Keadaan sangat gawat, tetapi Nabi dengan yakin bersabda kepada murid-murid yang sudah gelisah : “Sepeninggal raja Bun (Wen), bukankah kitab-kitabnya aku yang mewarisi? Bila Thian hendak memusnahkan kitab-kitab itu, aku sebagai orang yang lebih kemudian, tidak akan memperolehnya. Bila Thian tidak hendak memusnahkan kitab-kitab itu, apa yang dapat dilakukan orang-orang negeri Khong atas diriku?” (Lun Yu IX : 5).
Demikianlah orang-orang negeri Khong itu akhirnya menyadari kesalahannya dan mohon maaf kepada beliau bahkan banyak yang kemudian menjadi pengikut / muridnya.
Murid-murid Nabi pun yakin bahwa Gurunya ialah seorang Sing Jien atau Nabi : -Ada seorang berpangkat Thai-ca bertanya kepada Cu khong : “Seorang Nabikah Guru tuan, mengapa begitu banyak kecakapannya?” Cu khong dengan yakin menjawab : “Memang Thian telah mengutusNya sebaga Nabi, maka banyaklah kecakapannya”. (Lun Yu IX : 6)
Bingcu (MengTse) berkata “Pik-i ialah Nabi kesucian, I-ien ialah Nabi Kewajiban. Liu-he Hwi ialah Nabi Keharmonisan dan Khongcu ialah Nabi bagi segala masa. Maka Khongcu dinamakan Yang Lengkap, Besar dan Sempurna”. (Bingcu VB : 1/5)
Dari uraian-uraian di atas jelaslah mengapa Iman seorang umat Khonghucu yakin adanya Tuhan Yang Maha Esa menjadikan Khongcu sebagai Genta Rohani, sebagai Nabi bagi setiap manusia sepanjang masa. Beliau ialah Nabi, Guru, Pembimbing di dalam kebajikan, didalam membina diri berusaha memenuhi kodrat sebagai manusia, sebagaimana diajarkan Nabi dan difirmankan Thian Yang Maha Esa atas kehidupan manusia.
Print Halaman Ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
TERIMA KASIH