Dikisahkan ada seorang tua yang kaya raya tidak lama lagi akan meninggal dunia. Dia berpikir: semua harta benda tidak dapat dibawa pergi, lebih baik mencari seseorang untuk menemani kepergiannya!
Orang kaya itu mempunyai empat orang istri. Yang paling disayangi adalah istri keempat, yang paling muda dan cantik. Dia berkata kepada istri keempat: “Biasanya saya paling sayang pada kamu dan telah membelikan banyak perhiasan dan berlian untukmu! Sekarang saya akan mati, temanilah saya pergi !” Akan tetapi, setelah mendengar kata-kata tersebut sang istri keempat langsung berkilah: “Kalau dulu kamu mencintai saya, saya mengucapkan banyak terima kasih. Tetapi kalau meninggal dunia ya pergilah sendiri. Sebagai suami istri, jodoh kita sudah habis. Saya tidak ingin pergi bersamamu !”
Maka orang kaya tersebut mencari istri ketiga. Tetapi begitu istri ketiga diminta menemaninya dalam perjalanan panjang untuk selama-lamanya: dia begitu terperanjat dan berkata: “Saya masih muda dan akan menikah lagi! Bermurah hatilah dan carilah orang lain !”
Setelah ditolak, orang kaya tersebut mencari istri kedua. Istri kedua hanya dapat menjawab demikian: “Saya tidak dapat menemani kamu meninggal dunia. Pekerjaan di rumah masih begitu banyak yang harus saya kerjakan. Nanti setelah kamu meninggal saya akan mengatur segala perlengkapan upacara kematian. Mengingat hubungan kita sebagai suami istri, saya akan mengantar kamu sampai ke pemakaman !”
Setelah ditolak oleh ketiga istrinya, maka orang kaya tersebut pergi mencari istri pertamanya. Tetapi orang kaya tersebut juga menyadari bahwa sikapnya terhadap istri pertama dalam sehari-hari kurang baik dan sering tidak memperhatikan dia. Tetapi apa boleh buat, orang kaya tersebut tetap menghampiri istri pertama dan berkata dengan suara lembut: “Tidak lama lagi saya akan meninggal dunia, maukah kamu menemani saya ?” Istri pertama setelah mendengar kata-kata tersebut langsung menjawab: “Sebagai suami istri siap menemani kamu.”
Kisah tentang hartawan kaya tersebut bagaikan kehidupan kita. Istri keempat yang paling kita sayangi laksana badan jasmani kita. Setiap hari dirawat dan memakai perhiasan serta tata rias yang menarik. Tetapi setelah seseorang meninggal, badan jasmani ini akan ditinggalkan.
Sedangkan istri kedua, bagaikan harta benda yang kita kumpulkan semasa hidup kita. Setiap hari kita menjaganya dan kuatir diambil oleh orang lain. Tetapi begitu kita meninggal dunia, harta benda kita juga tidak dapat dibawa.
Istri ketiga, bagaikan sanak keluarga dan teman-teman kita. Masih berhubungan selama kita masih hidup. Setelah kita meninggal dunia, mereka juga datang menyatakan duka cita, setelah itu mereka sibuk lagi dengan pekerjaannya masing-masing.
Sedangkan istri pertama melambangkan apa ? Yaitu hari nurani dan perbuatan kita. Biasanya kita begitu melalaikannya dan sampai di akhir hayat hidup ini, hal-hal tersebut masih tetap bersama kita. Sering kita lebih menuruti nafsu-nafsu yang timbul tanpa kendali, hasil perbuatan inilah yang kita bawa setelah kita mati, baik berupa nama baik atau buruk, pahala atau akibat-akibat buruk yang telah kita perbuat semasa hidup.
Semasa hidup, manusia tidak dapat menemukan hati nuraninya yang sebenarnya, setelah memperoleh kekayaan duniawi. Bagaikan kisah orang kaya tersebut, begitu akan meninggal dunia terasa amat gelisah dan kuatir. Badan jasmani, kekayaan serta istri cantik semuanya tidak dapat dibawa pergi pada saat seseorang akan meninggal dunia. Hanya kebajikan dan ibadahnya Tian berkenan !
Print this page
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
TERIMA KASIH