Home Tentang Kami Kontak Kami Donasi E-Book

Nanzi Kesediaan Menerima Orang Lain

Penulis : Rip Tockary

Dalam pergaulan sehari-hari nampaknya kita harus selalu memilih dengan fihak mana yang perlu kita dekati dan fihak mana yang perlu kita hindari. Kita memiliki kecenderungan untuk bersilahturahmi dengan orang yang baik-baik saja dan menjauhi orang-orang yang kita anggap kurang mengindahkan kaidah moral dan etika. Memang begitulah nasehat yang umumnya diberikan pada orang tua kepada anak-anaknya. Shengren dan Junzi pun demikian, tentunya dengan maksud agar setiap orang mendapat pengaruh yang baik dan berkata :"Katakan kepadaku siapa sahabat karibmu dan aku akan katakan siapa engkau". Faktor lingkungan sangat memperngaruhi perkembangan kejiwaan menjalani fisus untuk memastikan bahwa kita termasuk yang bersih lingkungan.

Tetapi nasihat yang nampaknya sederhana ini dalam kehidupan sehari-hari tidak selalu mudah untuk dipraktekan. Mengapa? Karena manusia itu dapat berubah-ubah. Orang yang pada mulanya memiliki karakter yang baik bahkan mulia pada kesempatan lain berubah menjadi manusia yang kurang berakhlak. Sedang orang yang pada suatu saat berperangai buruk dapat saja bertobat dan menjadi manusia yang berkarakter. Juga patut kita perhatikan seseorang yang dalam hal tertentu baik tetapi dalam segi-segi yang lain memiliki karakter yang kurang terpuji. Begitulah manusia itu tidak ada yang sempurna dan tidak ada manusia yang tidak pernah terperosok kedalam kekeliruan. Menjatuhkan vonis permanen kepada seseorang melawan rasa kepantasan. Selama hayat masih dikandung badan manusia itu dapat saja berkembang menjadi manusia yang berbeda. Itu sebabnya kita harus senantiasa arief dalam memahmi sesama kita. Kita tidak patut mengkutuskan seseorang dan mencemoohkan orang yang berada dalam posisi yang salah. Kita tidak boleh lupa bersyukur bila berada dalam kebenaran sambil tetap menjaga kerendahan hati karena suatu kali kita pun dapat melakukan kesalahan serupa atau mungkin lebih berat.
Nanzi (Lun Yu VI:28) adalah seorang wanita yang asalnya rakyat jelata tetapi karena kecantikannya yang konon luar biasa ia terpilih menjadi seorang selir yang sangat dicintai Rajamuda Lu. Sayang sekali moralnya rendah dan kegiatannya hanya berpesta pora. Ia seringkali mengacaukan jalannya roda pemerintahan. Suatu kali Nanzi mengundang Kongzi untuk menemuinya. Secara mengherankan Kongzi bersedia untuk menemui Nanzi di keputrian istana. Zi Lu seorang pengikut Kongzi yang setia menyadari kedudukan dan reputasi gurunya menyatakan protes dengan keras. Ia khawatir akan terjadi fitnah dan salah sangka. Maklum ketika itu Nanzi sedang berada dipuncak kejelitaannya dan Kongzi sedang mulai menanjak karirnya. Jika saja Kongzi sampai terpikat maka hancurlah sudah perguruan Kongzi ini. Karena protes Zi Lu itu sangat keras Kongzi sampai-sampai bersumpah bahwa jika ia melakukan sesuatu yang tidak patut hendaklah Tian menjatuhkan hukuman yang setimpal. Mengapa Kongzi berkeras hati mau menemui Nanzi ?
Bila kita renungkan dalam-dalam peristiwa-peristiwa ini sangat dengan hikmat kebijaksanaan yang dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan kita sehari-hari.

  1. Kongzi menyadari tugasnya sebagai pembawa kebenaran. Beliau terpanggil untuk membangkitkan Xing sesamanya tanpa kecuali termasuk Nanzi. Siapapun orangnya menurut ajaran agama kita memiliki kodrat sejati yang mulia. Watak sejati manusia harus dibangkitkan. Setiap orang wajiblah kita berikan kesempatan untuk kembali ke jalan yang benar. Esensi fungsi agama adalah membawa keselamatan bagi semua manusia. Tuntunan agama bertujuan agar orang yang benar tetap berada pada jalan yang benar dan orang yang tersesat mendapat kesempatan untuk mengenali
    kebenaran moral.

  2. Umat Kongzi diajarkan untuk berprasangka baik terhadap sesama. Kita tidak diajarkan untuk saling curiga apalagi saling menghakimi. Sekarang ini prinsip dasar pergaulan kita terbaik. Kita mencurigai orang lain dan menganggap diri sendiri saja yang paling benar. Kita menganggap lebih benar dari orang lain. Rupanya dalam kehidupan beragama kita dapati adanya suatu jenis kesombongan spritual. Inilah sebab musabab keretakan terjadi dimana-mana termasuk dalam lembaga keagamaan tidak terkecuali dalam komunitas Lithang (Tempat ibadah umat Ru Jiao). Selalu saja ada fihak yang merasa benar sendiri dan ingin menyingkirkan fihak lain yang dianggapnya tidak searah dan sejajar dengan pemikirannya. Tugas keagamaan adalah menerangi orang lain. Itu saja. Sedang baik buruk seseorang itu biarlah Tuhan saja yang memutuskan.

  3. Nama baik atau reputasi adalah hal yang amat penting untuk kita jaga. Tetapi upaya menyelamatkan manusia dari keruntuhan moral jauh lebih penting daripada nama baik yang dilekatkan orang lain kepada diri kita. Jika perlu gengsi dan kedudukan boleh ditanggalkan. Orang yang sedang terperosok ke dalam jurang tentulah tidak mempunyai energi untuk menghampiri orang lain. Yang terjadi malah mereka itu dihempaskan dan dinista. Padahal mereka yang merasa memiliki keteguhan moral itulah yang seharusnya menghampiri orang yang tersesat karena mereka mempunyai kekuatan spritual. Tetapi dalam upaya menolang harus ada sikap welas asih dan kesediaan untuk menerima orang yang berdosa, singkatnya harus ada ketulusan dan empati. Bukannya justru malah kita ikut menonjolkan orang yang berdosa.

  4. Perlulah kita menyadari bahwa seorang agamawan apalagi rohaniwan tidak boleh hanya mau menerima orang yang baik-baik saja. Orang yang berada dalam posisi bersalah yang seharusnya mendapat prioritas untuk kita layani karena mereka adalah fihak yang lebih membutuhkan nasehat dan bimbingan. Sayang sekali kita sering menyaksikan kebenaran hanya menjadi bahan pembicaraan yang mengasyikan dikalangan orang yang merasa dirinya orang yang benar. Seyogyanya kebenaran moral itu haruslah diamalkan kepada orang yang memerlukan. Jadi lembaga agama haruslah senantiasa membuka diri kepada fihak manapun dan sekali-kali tidak boleh mengucilkan siapapun. Jika ada lembaga agama yang menolak orang yang cacat maka lembaga agama itu telah kehilangan visinya yang paling fundamental.

  5. Tidak ada seorangpun yang wajib kita singkirkan atau tidak boleh kita dekati. Tetapi syaratnya jika sendiri harus membekali diri dengan iman. Berhampiran dengan orang yang cacat moral bukanlah perkara sederhana. Proses ini memerlukan energi spritual yang luar biasa. Mungkin itu sebabnya Kongzi bersumpah dan bersumpah artinya menyatakan kebenaran dihadapan Tian. Memang manusia itu makhluk yang lemah hanya dengan kekuatan Tian sajalah kita dapat bergaul dengan fihak manapun. Andalah kita bukanlah ilmu pengetahuan kita tetapi semata-mata atas dasar kekuatan ilahi saja. Kebenaran haruslah terpancar dari batin bukan dari akal kita.

  6. Nanzi adalah seorang yang rendah budi walaupun dari segi sosial tidak dapat dikatakan rendah. Nampaknya ia tidak seratus persen ingin mengenali kebenaran tetapi bukan berarti ia sama sekali tidak mempunyai niat baik. Kongzi menyadari hal ini. Mengapa karena hati manusia itu berlapis-lapis. Pada hati yang luar dapat saja seseorang itu buruk perangainya tetapi di dalam inti dari manusia yang jahat sekalipun hati kecilnya merindukan kebenaran dan cinta kasih. Kongzi ingin agar niat yang masih lemah itu kelak menjadi lebih kuat dengan siraman rohani. Nah, disinilah kita mengambil pelajaran tentang makna menyebarkan kebenaran. Kalau kita sudah berketetapan hati hendak berbuat baik maka tidak perlulah terlalu kita hiraukan gunjingan orang. Memang dalam kehidupan praktek seringkali kita mengalami hambatan. Tetapi hambatan tidak perlu dianggap sebagai penghalang malah seyogyanya dianggapnya sebagai peluang bagi kita untuk meningkatkan kekuatan spritual kita.

  7. Kongzi memiliki keyakinan iman tetapi beliau mau juga mengambil perasaan dan keberatan dari Zi Lu. Dalam kehidupan pun kita tidak dapat begitu saja mengabaikan pandangan kerabat-kerabat kita, tetapi hendaknya hal itu tidak menghalangi niat untuk berbuat kebaikan. Memang berbuat amal pun selalu ada resiko efeknya bisa saja justru merugikan diri kita.

  8. Sebagai orang yang beragama kita tidak boleh merasa sombong dan takabur. Lalu mengisolasi diri kita. Kongzi tidak menghampiri Nanzi dengan cara kasar misalnya memaki-maki atau menghina Nanzi tetapi lebih banyak berdiskusi soal etika dan moral. Ini berarti Nanzi dihargai dan dianggap sebagai orang. Tidak mungkinlah kita mengajak orang ke jalan yang benar jika caranya salah. Serendah apapun manusia itu mempunyai harga diri dan kehormatan. Kelembutan dan rasa hormat haruslah menjadi sikap dasar seorang rohaniwan dan agamawan bukan siap benar sendiri. Dekatilah orang dengan rasa kasih sayang bukan bergaya seorang polisi atau hakim

  9. Kongzi adalah seorang penasehat Raja dan berkedudukan sosial tinggi. Namun ia mau mendatangi Nanzi seorang selir saja. Ini berarti kita tidak boleh menjadikan posisi dan reputasi kita sendiri menjadi penghalang bagi kita untuk mendekati orang lain. Seorang agamawan apalagi rohaniwan harus tidak segan-segan menghampiri orang lain untuk menebarkan watak sejati. Bukan orang lain yang harus datang kepada kita, tetapi kita harus aktif menegakkan xing dengan cara mendatangi orang lain. Agamapun memerlukan upaya pemasaran atau maketting. Hanya jika ada peningkatan kualitas umat barulah agama kita ini bisa berkembang.

  10. Dalam mencari umat kita tidak perlu memilih-milih. Orang yang berdosa justru lebih memerlukan kita. Merekalah yang seharusnya menjadi sasaran utama. Harus ada upaya untuk pergi ke penjara, mendatangi pecandu narkotika dan sebagainya. Terus terang saja kalau lembaga keagamaan hanya mau menerima orang baik-baik saja untuk apa gunanya lembaga keagamaan itu.
Nah, bagaimana dengan orang yang belum mencapai tingkat kebenaran? Haruskah kita menunggu sampai kita ini menjadi orang yang sempurna sebelum kita berbuat kebaikan? Tidak sama sekali tidak. Kita dapat memulainya sekarang juga. Seorang yang terpidana pun dapat berbuat kebaikan. Kita dapat saja mulai memberi penyuluhan dalam kondisi kita sekarang dengan sekaligus mengajak teman-teman kita untuk bersama-sama menuju kebaikan. Memang kita ada resiko diperolok-olok rekan-rekan kita, tetapi itulah ujiannya. Tetapi dengan cara itulah kita bergerak maju.
Secara bersama-sama kita akan saling membentuk proses sinergi untuk saling meneguhkan kepribadian kita. Dalam kenyataan sehari-hari kemajuan moral tidak semata-mata dilakukan oleh orang yang dianggap benar dan bermoral saja. Tian tidak akan mengabaikan perbuatan baik kita walaupun itu hanya setitik. Jika ada yang merasa sinis kita serahkan saja kepada Tian karena ialah yang Maha Baik dan Maha Memahami.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TERIMA KASIH