Home Tentang Kami Kontak Kami Donasi E-Book

Kepercayaan Adalah Yang Utama

Penulis : Budi S. Tanuwibowo

Pemimpin yang melakukan kesalahan, diibaratkan seperti gerhana. Semua orang biasa melihatnya. Namun kalau sang pemimpin itu jujur dan masih mau memperbaiki kesalahannya dengan tulus, rakyat akan dengan gampang melupakan dan memaafkannya ( Confucius )

Suatu ketika Confucius (Nabi Khongcu atau Kong Zi) ditanya oleh salah seorang muridnya tentang pemerintahan. Sang Guru Bijak menjawab,“Harus cukup makan, cukup persenjataan dan ada kepercayaan rakyat”. Sang murid terus bertanya, “Kalau terpaksa ada yang tidak dapat dipenuhi dari ketiganya, manakah yang dapat dilakukan?”Sang Guru Bijak menjawab:“Lakukan persenjataan.” Si murid masih saja bertanya. “Kalau terpaksa ada yang tidak dapat dipenuhi dari kedua hal itu, manakah yang dibisa dilakukan?” jawab Sang Guru Bijak, “Lakukan makana. Sejak dahulu, selalu ada kematian. Namun tanpa kepercayaan rakyat, Negara tak dapat berdiri”.(Lun Yu : XII ayat 7)

Kalau kita simak anjuran bijak Confucius tersebut, dan kemudian kita kaitkan dengan keadaan pemerintahan kita beberapa waktu lalu, maka sangat terasakan inti kebenarannya. Meski seorang pemimpin sangat pandai, berpengalaman, mempunyai program kerja yang baik, serta didukung oleh aparat yang ahli di bidangnya masing-masing, namun bila rakyat sudah tidak menaruh rasa percaya kepada pemimpinnya, maka semuanya menjadi sia-sia belaka. Contoh mengenai hal ini tidak saja terjadi di Indonesia, namun dapat kita lihat di berbagai Negara, termasuk negara maju sekalipun.

Lantas bagaimana seorang pemimpin bisa mendapat kepercayaan dari rakyatnya? Menurut Confucius yang paling utama adalah adanya integritas atau kejujuran dari sang pemimpin. Seorang pemimpin yang melakukan kesalahan, diibaratkan seperti gerhana. Semua orang bisa melihatnya. Namun kalau sang pemimpin itu jujur dan masih mau memperbaiki kesalahannya dengan tulus, rakyat akan dengan gampang melupakan dan memaafkannya. Di sinilah letak kejujuran. Lebih jauh Confucius bersabda: “Makna memerintah ( memimpin ) ialah meluruskan. Bila seseorang mampu menjadi pelopor berbuat lurus, siapa yang berani berbuat tidak lurus?” (Lun Yu : XII ayat 17)

Menjunjung tinggi kepercayaan adalah salah satu pokok atau inti ajaran Confucius. Ini tidak saja dikaitkan dalam hal pemerintahan, namun dalam setiap interakasi kehidupan, baik di dalam kehidupan sehari-hari, pertemanan, persaudaraan, atau dalam hubungan bisnis.

Penekanan yang khusus agar setiap manusia dapat menjadi orang yang dipercaya, selalu diulang-ulang dan mungkin inilah yang menjadi salah satu kekuatan etnis Tionghoa dalam berbisnis. Tak jarang dalam transaksi bisnis yang bernilai besar, cukup hanya dilampiri perjanjian yang catatan sederhana sekedar pengingat belaka. Sementara dokumen atau perjanjian yang jauh lebih detail, lengkap dengan penalty, terkadang tidak dibuat, karena ada, “dokumen lain” yang nilainya jauh lebih hakiki, yaitu Kepercayaan.

Kini, di saat kita sebagai sebuah bangsa sedang dilanda krisis kepercayaan baik dari dalam dan luar negeri, ada baiknya kita kembali 25 abad ke belakang, untuk menggali kembali mutiara dan inti kebijakan yang ajarkan oleh Confucius. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TERIMA KASIH