Penulis Rendi Aditya
Awal Mula serta Sejarah
Barongsai sering disalah artikan oleh orang awam. Kerap kali orang menganggap barongsai itu sama dengan tarian naga, padahal sebenarnya sangat berbeda. Dari jumlah orang yang memainkannya saja sudah jelas, kalau Barongsai itu butuh dua orang saja. Sedangkan tarian naga butuh banyak orang untuk menggerakkan naga.
Terdapat banyak versi dari sejarah tarian Barongsai ini. Salah satu versinya itu dikenal di zaman dinasti Selatan-Utara (Nan Bei) tahun 420-589 Masehi. Kala itu pasukan raja Song Wen Di kewalahan menghadapi serangan pasukan gajah raja Fan Yang dari Negeri Lin Yi. Seorang panglima perang bernama Zhong Que membuat tiruan boneka singa untuk mengusir pasukan raja Fan itu. Ternyata upaya itu sukses hingga akhirnya tarian barongsai melegenda.
Versi lain menyebutkan pada era Dinasti Qing abad ke-3 sebelum masehi, di satu wilayah di Tiongkok ada monster yang menganggu penduduk setempat hingga menimbulkan keresahan dan ketakutan. Saat itulah muncul singa (barongsai) untuk menghalau monster tersebut. Akhirnya monster kalah dan lari ketakutan. Namun sang monster kembali lagi untuk menuntut balas. Masyarakat saat itu bingung harus bagaimana karena sang barongsai tidak muncul lagi, lalu mereka membuat kostum menyerupai barongsai yang kita lihat sekarang ini dan monster tersebut lari ketakutan lagi.
Intinya, tarian barongsai ini merupakan ritual untuk mengusir hal-hal buruk yang kemungkinan bisa terjadi. Singa sebagai perwujudan barongsai ini dipercaya sebagai Raja dari segala binatang, dipercaya memiliki kekuatan mistis serta magis yang dipercaya bisa dijadikan sebagai alat tolak bala.
Keberadaan Barongsai di Indonesia
Sedangkan di Indonesia sendiri, Barongsai masuk satu abad ke-17, saat terjadi migrasi besar-besaran dari Tiiongkok bagian selatan. Sejak saat itu, Barongsai merajalela di seluruh tanah air, terutama ketika ada perkumpulan Tiong Hoa Hwe Koan.
Versi lain menyebutkan, kemungkinan barongsai muncul dan berkembang di Indonesia pada masa keemasan ketika warga Tionghoa masuk dalam kategori penduduk Hindia Belanda golongan Timur Asing (Vreemde Oosterlingen). Pada masa kolonial, para imigran Tionghoa yang datang ke Indonesia sudah cukup mapan untuk mengadakan acara petunjukan barongsai. Pada masa itu barongsai menjadi bagian dari kegiatan di klenteng-klenteng yang tersebar di pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan. Klenteng Dhanagun yang terletak di Bogor, misalnya didirikan pada abad ke-18 dan memiliki kelompok pemain barongsai.
Saat itu pertunjukkan Barongsai masih erat kaitannya dengan tradisi dan upacara keagamaan. Tradisi Barongsai masuk ke Indonesia diperkirakan datang bersama para imigran Tionghoa yang berasal dari Provinsi Guangdong, sebagai terlihat dari bentuk barongsai yang ada di Indonesia.
Namun itu semua terhenti ketika G30S/PKI muncul ke permukaan. Segala macam bentuk kebudayaan Tionghoa dilarang tampil ke permukaan. Selama lebih dari 30 tahun, kebudayaan Tionghoa terkunci dalam keputusan Presiden RI No.14/1967. Aturan tersebut akhirnya dihapus oleh Presiden RI ke-4, Abdurrahman Wahid alias Gus Dur dan oleh karena itu, Gus Dur mendapatkan julukan sebagai Bapak Pembela Kaum Minoritas.
Perkembangan Barongsai di Indonesia
Di Indonesia terdapat sebuah varian barongsai yang hanya dapat ditemukan di Indonesia. Barongsai Kielin yang dimiliki oleh Perguruan silat PGB Bangun Putih. Walaupun Indonesia bukan merupakan bangsa dengan etnis mayoritas Tionghoa, namun keunikan tari Barongsai ini telah menjalar hingga ke para putra-putri bangsa keturunan non Tionghoa. Salah satu perguruan tari Barongsai yang beranggotakan etnis non Tionghoa yaitu Kelompok Kesenian Barongsai (KKB) asal Bogor.
Dan perguruan-perguruan barongsai di Indonesia merupakan salah satu yang disegani di seluruh dunia karena prestasinya di kejuaraan tari barongsai dunia. Salah satunya dalah perguruan Himpunan Bersatu Teguh (HBT) dari Padang yang meraih juara 5 pada kejuaraan dunia Barongsai di Genting, Malaysia pada tahun 2000. Selain itu ada lagi Kong Ha Hong di Jakarta, Adi Pusaka di Surakarta, Long Ching di Bandung, Singa Mas di Magelang, Satya Dharma di Kudus, Adi Pusaka di Kartasura, Red Dragon di Jakarta, Genta Suci di Ambarawa. Semua kelompok tersebut adalah para pemenang PERSOBARIN (Persatuan Olahraga Barongsai Indonesia) National Lion Dance Championship 2007.
Barongsai pada awalnya merupakan simbol kebebasan berekspresi bagi masyarakat etnis Tionghoa. Namun kini Barongsai telah masuk ranah komersil. Banyak sekali juga para pengamen yang menggunakan wujud tari Barongsai untuk mencari sedekah. Barongsai pun sekarang menjadi penghias ranah hiburan yang kadang tidak ada kaitannya dengan Imlek, seperti peresmian gedung baru atau pernikahan seseorang.
Satu hal yang patut kita syukuri sebagai Bangsa Indonesia, dengan Barongsai, bangsa Indonesia memiliki salah satu alat ekspresi kebudayaan Tionghoa yang bisa dibanggakan. Tentunya tanpa mengesampingkan kebudayaan Indonesia asli yang juga beraneka ragam, dengan keberadaan Barongsai, tentunya menjadikan Indonesia sebagai negara kaya akan sejarah serta budaya.
Sumber : Majalah View No.1 th.2012
Print this page
Perkembangan Barongsai di Indonesia
Di Indonesia terdapat sebuah varian barongsai yang hanya dapat ditemukan di Indonesia. Barongsai Kielin yang dimiliki oleh Perguruan silat PGB Bangun Putih. Walaupun Indonesia bukan merupakan bangsa dengan etnis mayoritas Tionghoa, namun keunikan tari Barongsai ini telah menjalar hingga ke para putra-putri bangsa keturunan non Tionghoa. Salah satu perguruan tari Barongsai yang beranggotakan etnis non Tionghoa yaitu Kelompok Kesenian Barongsai (KKB) asal Bogor.
Dan perguruan-perguruan barongsai di Indonesia merupakan salah satu yang disegani di seluruh dunia karena prestasinya di kejuaraan tari barongsai dunia. Salah satunya dalah perguruan Himpunan Bersatu Teguh (HBT) dari Padang yang meraih juara 5 pada kejuaraan dunia Barongsai di Genting, Malaysia pada tahun 2000. Selain itu ada lagi Kong Ha Hong di Jakarta, Adi Pusaka di Surakarta, Long Ching di Bandung, Singa Mas di Magelang, Satya Dharma di Kudus, Adi Pusaka di Kartasura, Red Dragon di Jakarta, Genta Suci di Ambarawa. Semua kelompok tersebut adalah para pemenang PERSOBARIN (Persatuan Olahraga Barongsai Indonesia) National Lion Dance Championship 2007.
Barongsai pada awalnya merupakan simbol kebebasan berekspresi bagi masyarakat etnis Tionghoa. Namun kini Barongsai telah masuk ranah komersil. Banyak sekali juga para pengamen yang menggunakan wujud tari Barongsai untuk mencari sedekah. Barongsai pun sekarang menjadi penghias ranah hiburan yang kadang tidak ada kaitannya dengan Imlek, seperti peresmian gedung baru atau pernikahan seseorang.
Satu hal yang patut kita syukuri sebagai Bangsa Indonesia, dengan Barongsai, bangsa Indonesia memiliki salah satu alat ekspresi kebudayaan Tionghoa yang bisa dibanggakan. Tentunya tanpa mengesampingkan kebudayaan Indonesia asli yang juga beraneka ragam, dengan keberadaan Barongsai, tentunya menjadikan Indonesia sebagai negara kaya akan sejarah serta budaya.
Sumber : Majalah View No.1 th.2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
TERIMA KASIH