Di saat Twan Yang antara pukul 11.00 – 13.00 pada hari Twan Yang diyakini bahwa telur bisa berdiri tegak di salah satu sisinya yang meruncing. Ini berkat adanya kekuatan daya tarik menarik antara matahari dan bumi yang mampu menegakkan telur tersebut di salah satu sisinya. Banyak orang mengatakan, mereka telah mencobanya dan berhasil.
Hari Twan Yang merupakan salah satu hari terbaik untuk memetik tanaman obat. Tanaman obat yang dipetik pada hari itu dipercaya menjadi lebih berkhasiat ketimbang jika dipetik pada hari lain. Terlebih jika dipetik pada pukul 11.00-13.00. Pukul 11.00-13.00 tengah hari Twan Yang diyakini juga sebagai saat yang baik untuk menebang kayu atau bambu yang akan dijadikan bahan bangunan. Kayu atau bambu akan tidak mudah dimakam kutu / rayap.
Mereka yang memiliki koleksi baju-baju dan kain-kain, bahkan buku-buku antik ada yang menjemurnya pada saat itu. Diyakini baju-baju yang dijemur pada saat itu tidak akan mudah dimakan ngengat. Penduduk di beberapa daerah di Tiongkok Selatan mempunyai kebiasaan menggantungkan gabungan daun Sudamala (Hia atau Atermisia Argyi), Deringo (Chio Pou atau Acorus Calamus), daun padi muda, daun beringin ditambah sebuah kue cang kecil yang diikat dengan benang merah di kusun pintu utama rumah mereka. Daun-daunan berkhasiat ini diyakini sangat ampuh untuk mengusir serangga berbisa dan siluman yang mengganggu ketentraman manusia.
Kebiasaan semacam ini ternyata juga dilakukan dibeberapa wilayah di Jabodetabek. Menjelang hari Twan Yang, di pasar-pasar tradisional di wilayah tersebut yang banyak dikunjungi oleh etnik Tionghoa, para pedagang sudah menyediakan seikat daun-daunan berkhasiat tadi, siap untuk dipasang di kusen pintu.
Dibeberapa daerah Tiongkok ada kebiasaan meminum arak dicampur dengan bin bong (orpiment atau realgar, yakni sejenis mineral berwarna kemerah-merahan dengan asap kuning dan bau yang tidak sedap). Ini diyakini bisa mengusir serangga berbisa dan berbagai siluman.
Di Tiongkok modern, hari raya ini tidak dijadikan hari libur nasional, seperti masa lalu. Namun kebijakan yang dilakukan Khut Guan lebih tersebar dan terpuji, surat-surat kabar memuat berbagai artikel mengenal Khut Guan. Puisi-puisi Khut Guan yang sangat populer.
Meskipun saat ini kemeriahan Pehcun jauh berkurang dibandingkan zaman sebelumnya, Pehcun kini lebih banyak diadakan di Tiongkok Selatan terutama di provinsi-provinsi Hokkian dan Kai Tang. Di Hokkian, Pehcun antara lain diadakan di Cip Bi dekat E Mui. Tempat ini terkenal dengan Universitas Huaqiao yang didirikan dengan dana yang disumbangkan oleh Tan Kah Kee (1874-1961), seorang filantropis yang berasal dari daerah tersebut dan meraih kesuksesan di Singapura.
Di Kui Tang yang terkenal sebagai Tanah Musik Pertunjukan, musik kerap diadakan di atas perahu. Orang-orang kaya mengadakan pesta-pesta dan tukar-menukar kado diatas perahu. Pada Pehcun di Tangerng pun dahulu ada kebiasaan ngibing (menari) dengan diiringi musik Gambang Kromong diatas dua buah perahu yang dirapatkan dengan papan, sehingga membentuk permukaan yang lebar dan datar. Juga ada kebiasaan orang Tangerang melepas bebek (Ci Swa pada hari Pehcun).
Perayaan Pehcun yang mengakar bisa menjadi atraksi tahunan di banyak tempat. Bukan hanya di Tangerang, Jakarta atau Pekalongan, tetapi mungkin juga ditempat-tempat lain di seluruh Indonesia. Dipihak lain mungkin Indonesia bisa lebih banyak lagi mengirimkan timnya untuk mengikuti kompetisi Perahu Naga di Singapura, Malaysia, Hongkong atau di negara mana saja di dunia yang mengadakan kejuaraan Perahu Naga (Long Chuan atau Long Zhu Jingdu).
Banyak orang terkenal dalam sejarah Tiongkok, ada yang terkenal dalam arti positif (famous), tetapi tidak sedikit pula yang terkenal dalam arti negatif. Patriotisme yang ditunjukkan oleh Khut Guan membuat namanya harum sepanjang masa. Hingga kini lebih dari 28 abad telah berlalu, tetapi apa saja yang telah dilakukan tak lekang ditelan zaman. Ia selalu dihargai bahkan juga oleh pemerintah Tiongkok yang sekarang.
Lalu sebenarnya apa signifikan Pehcun bagi kita?
Kini, disini, bagi etnis Tionghoa Indonesia, terutama di saat negara kita tengah mengalami berbagai krisis, patriotisme Khut Guan masih layak kita teladani. Sampai sejauh mana kepedulian kita terhadap bangsa dan negara kita ini? Sampai sejauh mana kita telah berbuat sesuatu untuk menyelesaikan krisis multidemensional yang bertubi-tubi melanda tanah air kita tercinta ini? Karya nyata dari kita sedang dinantikan! Mampukan kita?
Sumber : Buku Kenangan Prosesi 12 Tahunan YMS Kwan Im Hud Couw Tahun 2012
Dokumentasi foto milik : Tan Sudemi
Print this page
Hari Twan Yang merupakan salah satu hari terbaik untuk memetik tanaman obat. Tanaman obat yang dipetik pada hari itu dipercaya menjadi lebih berkhasiat ketimbang jika dipetik pada hari lain. Terlebih jika dipetik pada pukul 11.00-13.00. Pukul 11.00-13.00 tengah hari Twan Yang diyakini juga sebagai saat yang baik untuk menebang kayu atau bambu yang akan dijadikan bahan bangunan. Kayu atau bambu akan tidak mudah dimakam kutu / rayap.
Sajian utama bakcang dan kue cang di hari Twan Yang |
Mereka yang memiliki koleksi baju-baju dan kain-kain, bahkan buku-buku antik ada yang menjemurnya pada saat itu. Diyakini baju-baju yang dijemur pada saat itu tidak akan mudah dimakan ngengat. Penduduk di beberapa daerah di Tiongkok Selatan mempunyai kebiasaan menggantungkan gabungan daun Sudamala (Hia atau Atermisia Argyi), Deringo (Chio Pou atau Acorus Calamus), daun padi muda, daun beringin ditambah sebuah kue cang kecil yang diikat dengan benang merah di kusun pintu utama rumah mereka. Daun-daunan berkhasiat ini diyakini sangat ampuh untuk mengusir serangga berbisa dan siluman yang mengganggu ketentraman manusia.
Kebiasaan semacam ini ternyata juga dilakukan dibeberapa wilayah di Jabodetabek. Menjelang hari Twan Yang, di pasar-pasar tradisional di wilayah tersebut yang banyak dikunjungi oleh etnik Tionghoa, para pedagang sudah menyediakan seikat daun-daunan berkhasiat tadi, siap untuk dipasang di kusen pintu.
Dibeberapa daerah Tiongkok ada kebiasaan meminum arak dicampur dengan bin bong (orpiment atau realgar, yakni sejenis mineral berwarna kemerah-merahan dengan asap kuning dan bau yang tidak sedap). Ini diyakini bisa mengusir serangga berbisa dan berbagai siluman.
Di Tiongkok modern, hari raya ini tidak dijadikan hari libur nasional, seperti masa lalu. Namun kebijakan yang dilakukan Khut Guan lebih tersebar dan terpuji, surat-surat kabar memuat berbagai artikel mengenal Khut Guan. Puisi-puisi Khut Guan yang sangat populer.
Meskipun saat ini kemeriahan Pehcun jauh berkurang dibandingkan zaman sebelumnya, Pehcun kini lebih banyak diadakan di Tiongkok Selatan terutama di provinsi-provinsi Hokkian dan Kai Tang. Di Hokkian, Pehcun antara lain diadakan di Cip Bi dekat E Mui. Tempat ini terkenal dengan Universitas Huaqiao yang didirikan dengan dana yang disumbangkan oleh Tan Kah Kee (1874-1961), seorang filantropis yang berasal dari daerah tersebut dan meraih kesuksesan di Singapura.
Di Kui Tang yang terkenal sebagai Tanah Musik Pertunjukan, musik kerap diadakan di atas perahu. Orang-orang kaya mengadakan pesta-pesta dan tukar-menukar kado diatas perahu. Pada Pehcun di Tangerng pun dahulu ada kebiasaan ngibing (menari) dengan diiringi musik Gambang Kromong diatas dua buah perahu yang dirapatkan dengan papan, sehingga membentuk permukaan yang lebar dan datar. Juga ada kebiasaan orang Tangerang melepas bebek (Ci Swa pada hari Pehcun).
Warga mencoba mendirikan telur |
Telur yang berhasil didirikan |
Perayaan Pehcun yang mengakar bisa menjadi atraksi tahunan di banyak tempat. Bukan hanya di Tangerang, Jakarta atau Pekalongan, tetapi mungkin juga ditempat-tempat lain di seluruh Indonesia. Dipihak lain mungkin Indonesia bisa lebih banyak lagi mengirimkan timnya untuk mengikuti kompetisi Perahu Naga di Singapura, Malaysia, Hongkong atau di negara mana saja di dunia yang mengadakan kejuaraan Perahu Naga (Long Chuan atau Long Zhu Jingdu).
Banyak orang terkenal dalam sejarah Tiongkok, ada yang terkenal dalam arti positif (famous), tetapi tidak sedikit pula yang terkenal dalam arti negatif. Patriotisme yang ditunjukkan oleh Khut Guan membuat namanya harum sepanjang masa. Hingga kini lebih dari 28 abad telah berlalu, tetapi apa saja yang telah dilakukan tak lekang ditelan zaman. Ia selalu dihargai bahkan juga oleh pemerintah Tiongkok yang sekarang.
Lalu sebenarnya apa signifikan Pehcun bagi kita?
Kini, disini, bagi etnis Tionghoa Indonesia, terutama di saat negara kita tengah mengalami berbagai krisis, patriotisme Khut Guan masih layak kita teladani. Sampai sejauh mana kepedulian kita terhadap bangsa dan negara kita ini? Sampai sejauh mana kita telah berbuat sesuatu untuk menyelesaikan krisis multidemensional yang bertubi-tubi melanda tanah air kita tercinta ini? Karya nyata dari kita sedang dinantikan! Mampukan kita?
Sumber : Buku Kenangan Prosesi 12 Tahunan YMS Kwan Im Hud Couw Tahun 2012
Dokumentasi foto milik : Tan Sudemi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
TERIMA KASIH