Penulis : Feng Meng Long (1574-1646)
Nabi Kongzi bersabda :
Yang tidak susila jangan dilihat,
Yang tidak susila jangan didengar,
Yang tidak susila jangan dibicarakan,
Yang tidak susila jangan dilakukan (Lun Yu XII, 1:2)
Pada masa Dinasti Song Selatan, di Jiangzhou hiduplah seorang cendekiawan yang bernama Pan Yu. Ayahnya, Pan Lang, telah pensiun dari jabatannya sebagai residen Changsha di Hunan. Setelah mendapat urutan pertama dalam ujian kekaisaran tingkat provinsi, Pan Yu berencana untuk pamit pada sang ayah dan menyewa perahu untuk perjalanannya ke Lin’an (sekarang Hangzhou) untuk mengikuti ujian tingkat nasional. Malam sebelum keberangkatannya, sang ayah bermimpi melihat sekelompok penabuh tambur, pemusik dan barisan yang membawa panji warna-warni dan papan horizonal yang bertuliskan nama orang yang mendapat urutan pertama dalam ujian negara tingkat nasional. Ternyata itu adalah Pan Yu. Keesokan paginya, Pang Lang memanggil anaknya dan memberitahunya mengenai mimpi tersebut. Karana yakin akan keberhasilannya dalam ujian, Pan Yu berangkat dengan bersemangat, menyanyi dan minum sepanjang malam.
Saat tiba di Lin’an beberapa hari kemudian, ia masuk ke dalam sebuah penginapan kecil. Pemilik penginapan menyambutnya dan bertanya, “Apakah kau Tuan Pan?”
“Ya,” jawab Pan Yu, “Bagaimana kau tahu?”
“Dewa penjaga setempat muncul dalam mimpiku semalam dan berkata, “Tuan Pan, yang akan mendapat urutan pertama dalam ujian akan tiba di sini esok siang. Uruslah ia baik-baik. Tuan adalah orang itu. Jika Tuan tank menganggap tempat ini buruk, mohon tinggalah di sini.”
“Baiklah. Jika apa yang kaukatakan itu menjadi kenyataan, aku akan membayarmu dua kali lipat.” Pan Yu lalu menyuruh pelayannya untuk membawa masuk barang-barangnya ke dalam penginapan.
Pemilik penginapan memiliki seorang putri cantik berusia 16 tahun. Setelah mendengar ayahnya bercerita tentang mimpinya yaitu Tuan Pan mendapat urutan pertama dalam ujian negara, dia mengintip melalui jendela dan terkesan akan ketampanannya. Namun dia merasa sedih tak bisa menemukan cara untuk mengungkapkan perasaannya.
Suatu hari, Tuan Pan pergi ke dapur mengambil air untuk tintanya karena pelayannya sedang pergi. Di sana, ia bertemu dengan putri pemilik penginapan. Dia tersenyum sebelum meninggalkan Pan Yu. Pan Yu langsung jatuh cinta sampai menyerahkan dua buah cincin emas dan jepit rambut giok pada si pelayan dan menyuruhnya menemukan saat yang tepat untuk menyatakan perasaannya pada si gadis dan mengatur janji bertemu.
Si gadis muda menerima hadiah tersebut dengan senang dan sebagai balasannya, dia memberi sebuah kantong bersulam yang selalu dia bawa di pinggangnya, dan berjanji untuk datang ke ruang belajar Tuan Pan saat ayahnya pergi. Selama beberapa hari berturut-turut, Tuan Pan menunggunya dengan sia-sia.
Setelah ujian selesai, pemilik penginapan mentraktir Pan Yu makan malam, dan mereka minum sampai pemilik penginapan mabuk. Baru saja Pan Yu hendak pergi tidur, mendadak ia mendengar suara ketukan lembut di pintu kamarnya. Pan Yu membuka pintu dan melihat ternyata yang mengetuk adalah si gadis muda. Tanpa berbasa-basi, ia segera membawanya ke kamar dan bercinta dengannya. Di tengah kegembiraan yang luar biasa itu, ia berjanji bahwa setelah berhasil mengurkir namanya di dunia, ia akan mengambil gadis itu sebagai istri.
Malam itu, Tuan Pan Lang kembali bermimpi melihat penabuh tambur, pemusik dan pembawa panji yang bertuliskan nama kandidat yang sukses mendapat nomor satu, tapi mereka berjalan melewati pintu rumahnya. Pan Lang berterik, “Panji dan papan ini adalah anak keluargaku!”
“Tidak,” jawab si pembawa papan.
Pan Lang berlari mengejar mereka untuk melihat papan itu lebih jelas. Ternyata, kali ini di papan tersebut tertulis nama lain. Salah seorang pembawa papan berkata, “Anakmu, Pan Yu, ditakdirkan untuk menjadi nomor satu sebagai zhuangyuan (seorang jinshi urutan pertama dalam ujian tingkat istana, saat kaisar menanyai mereka yang telah lulus ujian negara tingkat nasional), namun karena ia melakukan tindakan asusila, Shang Di, Tuhan Yang Maha Agung, memerintahkan agar kariernya diberikan pada orang lain.”
Pan Lang terbangun karena kaget, tanpa tahu apakah ia harus percaya pada mimpi tersebut atau tidak. Tak lama, hasil ujian pun diumumkan. Pan Lang langsung memeriksa daftar kandidat yang lulus. Benar saja, si zhuangyuan ternyata adalah yang namanya tertulis di papan dalam mimpinya tersebut. Anaknya telah gagal.
Begitu Pan Yu kembali, sang ayah bertanya apa yang telah ia lakukan. Karena tak mampu berbohong, dengan segan Pan Yu mengakui semuanya. Ayah dan anak itu lalu menghela napas. Setelah setahun lebih berlalu, Pan Yu tetap merindukan gadis putri pemilik penginapan itu, namun saat ia mengirimkan comblang dengan membawa mas kawin yang mewah, ternyata si gadis sudah menikah. Pan Yu lalu mengikuti ujian lagi sampai beberapa kali, namun semuanya gagal dan ia pun meninggal karena patah hati.
Demi kesenangan sesaat,
Ia menghancurkan kesempatan seumur hidup
Ia menghancurkan kesempatan seumur hidup
Print this page
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
TERIMA KASIH