Dalam perjalanan menuju Negara Jin, Raja Ji Zha dari Negara Wu berniat singgah di ibukota negara Xu, menemui Raja Xu yang adalah sahabat baiknya. Pertemuan mereka berlangsung akrab. Raja Xu menyambut tamunya dengan pelayanan sempurna. Mereka menghabiskan malam sambil bercerita banyak hal.
Dalam pertemuan itu, Raja Xu melihat pedang Raja Ji Zha yang sangat bagus. Pedang itu menarik perhatiannya dan dalam hati ingin punya pedang seperti itu. Maklum, Negara Wu memang terkenal sebagai pembuat pedang yang bagus dan negeri itu telah berhasil "menguasai dunia" dengan kehebatan pedang mereka.
Melihat bagaimana kagumnya Raja Xu akan pedangnya, Raja Ji Zha berjanji suatu saat akan menghadiahkan pedang itu kepada sahabatnya tersebut. Pada kunjungannya kali ini hal itu tak mungkin ia lakukan karena pedang itu masih ia perlukan untuk tugasnya ke Negara Jin.
Raja Ji Zha berpamitan melanjutkan perjalanannya dan berterima kasih kepada Raja Xu. Raja Ji Zha mengatakan setelah merampungkan tugasnya nanti, ia akan datang lagi ke Negara Xu dan berjanji akan memberikan hadiah kejutan kepada Raja Xu. Tuan rumah pun melepasnya dengan senang hati.
Benarlah. Setelah Raja Ji Zha merampungkan tugasnya di Negara Jin, dalam perjalanan pulang ia singgah lagi di negara Xu. Tetapi alangkah terkejutnya ia ketika tidak lagi menemukan sahabatnya. Raja Wu wafat mendadak karena serangan jantung.
Raja Ji Zha merasa sedih. Semakin sedih lagi karena janjinya memberikan pedangnya kepada sahabatnya tidak dapat terlaksana. Sebagai gantinya, ia memberikan pedang itu kepada putra Raja Xu. Namun, anak itu menolak. "Ayah tidak meninggalkan wasiat bahwa saya harus menerima pedang dari baginda. Oleh karena itu saya tidak berani menerimanya. Mohon maaf baginda."
Raja Ji Zha semakin sedih.
Di sisi makam Raja Wu, ada tumbuh sebuah pohon. "Melihat pohon ini, saya seperti melihat Raja Xu. Karena itu, saya gantung di sini saja pedang ini. Walaupun Raja Xu telah wafat, tetapi di hati saya masih ada janji. Semoga ia yang sudah di surga bisa melihat pedang ini dan mengingat janji saya," kata Raja Ji Zha.
Kisah Raja Ji Zha yang menggantungkan pedangnya di pohon dekat makam sahabatnya menyebar ke seantero Negeri Tiongkok. Itu dijadikan orang sebagai perlambang janji yang ditepati.
Sumber : The Chinese Ethos, Jansen Sinamo, Penerbit Institut Dhama Mahardika, 2013, Jakarta.
Print this page
Sumber : The Chinese Ethos, Jansen Sinamo, Penerbit Institut Dhama Mahardika, 2013, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
TERIMA KASIH