Sheng Ren Kong Zi, Tian Zi Mu Duo, Kong Zi, Nabi Khongcu, Khonghucu, Kong Fu Zi, Tiong Ni atau Confucius adalah nabi terakhir dalam Ru Jiao atau Agama Khonghucu. Semasa hidupnya, 551-479 SM, beliau mempunyai banyak murid.
Ran Qiu adalah salah satu murid Sheng Ren Kong Zi. Ia bekerja di sebuah kerajaan kecil, menjadi penasihat raja. Suatu ketika ia dipanggil Sang Raja untuk mendiskusikan penerimaan pajak yang terus menurun. Penyebab utamanya adalah musim kering yang berkepanjangan.
"Kalau kondisi ini terus berlanjut, negara bisa bangkrut. Pajak yang kita terima dari petani semakin menyusut, sementara pengeluaran meningkat", sabda Sang Raja. Atas nasihat Ran Qiu, raja memutuskan menaikkan pajak pertanian.
Mendengar raja akan menaikkan pajak atas nasihat muridnya, Sheng Ren Kong Zi amat marah. Dipanggilnya Ran Qiu menghadap. Ditanyakan mengapa dalam keadaan yang demikian sulit, kemarau berkepanjangan, pajak malah akan dinaikkan. Apa yang menjadi dasar pertimbangan? Padahal sistem pajak yang dibuat sejak zaman Raja Suci, Nabi Purba Huang Di sudah demikian baik. Setiap petak besar sawah dibagi sembilan petak kecil dan diberikan kepada delapan keluarga. Petak sawah yang berada ditengah-tengah dikerjakan bersama-sama oleh delapan keluarga dan hasilnya dibayarkan sebagai pajak untuk negara.
Mendapat pertanyaan menyelidik dari Sang Guru, Ran Qiu menjelaskan bahwa saat ini beban kerajaan semakin membesar. Selama musim berjalan normal, beban itu masih bisa ditutup oleh penerimaan pajak. Namun beberapa panenan terakhir tidak berhasil baik. Jadi untuk menutup defisit keuangan negara, pajak perlu dinaikkan.
Mendapat penjelasan ini, Sang Nabi berkata, "Kalau rakyat berkesusahan, bagaimana mungkin raja tidak mau berkesusahan. Kalau rakyat susah, raja seharusnya empati, membantu, menolong. Kalau rakyat makmur, bolehlah raja bersenang-senang. Saat ini kondisi alam sedang tidak baik. Jangankan untuk membayar tambahan pajak, untuk menyetor pajak yang kecil pun sebenarnya rakyat sudah tak mampu. Seharusnya bukan menaikkan pajak, melainkan menurunkan".
"Namun Guru, mohon petunjuk bagaimana caranya kami menutup kekurangan dana kerajaan yang terjadi selama ini", Ran Qiu mencoba bertanya, setelah ia terdiam cukup lama. Kerajaan kan punya dana cadangan yang berlimpah ruah. Gunakan sebagian untuk menutup kekurangan. Bukan itu saja, gunakan pula sebagian lagi untuk memperbaiki pengairan, jalan dan membeli bibit untuk petani. Didik, latih dan bantulah mereka yang membutuhkan uluran tangan. Sementara yang kuat, yang sudah lebih berhasil, juga perlu dihimbau, diajak, dididik untuk membantu saudara-saudaranya yang lebih lemah, yang belum berhasil. Ini namanya adil, peduli", papar gurunya.
Berkat pengaruh Nabi Kong Zi, rencana kenaikan pajak akhirnya dibatalkan. Kerajaan bahkan mengeluarkan sebagian dana cadangannya guna membantu rakyat. Prasarana dan sarana pertanian diperbaiki. Rakyat dengan sukarela ikut membantu. Beberapa pengeluaran yang tak perlu, tak efisien, boros dan berlebihan dikoreksi dan bahkan dihapus.
Musim berlalu. Ada Yin, ada Yang. Situasi selalu berganti-ganti mengikuti irama alam. Berbeda dengan musim-musim tanam sebelumnya, kali ini hasil pertaniannya melimpah ruah. Meski pajak pertanian untuk negara tetap berasal dari satu petak sawah yang di tengah, tapi karena hasil panen begitu berlimpah, pajak yang diterima negara pun tetap berlimpah-ruah. Rakyat senang, Raja dan kerajaan pun senang.
Melihat hasil yang luar biasa ini, Raja merencanakan untuk mengurangi setoran pajak pertanian. Ada dua pertimbangan yang menjadi dasar keputusan Raja. Pertama sebagai bentuk permohonan maaf dan koreksi atas kekeliruan yang hampir terjadi di waktu lalu. Kedua untuk mengambil hati rakyat. Namun sebelum rencana itu diputuskan, Sang Raja mengutus Ran Qiu untuk meminta pertimbangan Nabi Kong Zi.
Mendengar rencana ini, Nabi Kong Zi amat menghargai keinginan dan dasar pertimbangan Raja. Beliau bersyukur Sang Raja mempunyai kepekaan dan kepedulian yang tinggi pada rakyatnya. Itulah modal utama untuk menjadi seorang pemimpin besar. Meski menghargai dan memuji rencana tersebut, Sang Guru tidak setuju dengan rencana itu.
Mendapat pertanyaan menyelidik dari Sang Guru, Ran Qiu menjelaskan bahwa saat ini beban kerajaan semakin membesar. Selama musim berjalan normal, beban itu masih bisa ditutup oleh penerimaan pajak. Namun beberapa panenan terakhir tidak berhasil baik. Jadi untuk menutup defisit keuangan negara, pajak perlu dinaikkan.
Mendapat penjelasan ini, Sang Nabi berkata, "Kalau rakyat berkesusahan, bagaimana mungkin raja tidak mau berkesusahan. Kalau rakyat susah, raja seharusnya empati, membantu, menolong. Kalau rakyat makmur, bolehlah raja bersenang-senang. Saat ini kondisi alam sedang tidak baik. Jangankan untuk membayar tambahan pajak, untuk menyetor pajak yang kecil pun sebenarnya rakyat sudah tak mampu. Seharusnya bukan menaikkan pajak, melainkan menurunkan".
"Namun Guru, mohon petunjuk bagaimana caranya kami menutup kekurangan dana kerajaan yang terjadi selama ini", Ran Qiu mencoba bertanya, setelah ia terdiam cukup lama. Kerajaan kan punya dana cadangan yang berlimpah ruah. Gunakan sebagian untuk menutup kekurangan. Bukan itu saja, gunakan pula sebagian lagi untuk memperbaiki pengairan, jalan dan membeli bibit untuk petani. Didik, latih dan bantulah mereka yang membutuhkan uluran tangan. Sementara yang kuat, yang sudah lebih berhasil, juga perlu dihimbau, diajak, dididik untuk membantu saudara-saudaranya yang lebih lemah, yang belum berhasil. Ini namanya adil, peduli", papar gurunya.
Berkat pengaruh Nabi Kong Zi, rencana kenaikan pajak akhirnya dibatalkan. Kerajaan bahkan mengeluarkan sebagian dana cadangannya guna membantu rakyat. Prasarana dan sarana pertanian diperbaiki. Rakyat dengan sukarela ikut membantu. Beberapa pengeluaran yang tak perlu, tak efisien, boros dan berlebihan dikoreksi dan bahkan dihapus.
Musim berlalu. Ada Yin, ada Yang. Situasi selalu berganti-ganti mengikuti irama alam. Berbeda dengan musim-musim tanam sebelumnya, kali ini hasil pertaniannya melimpah ruah. Meski pajak pertanian untuk negara tetap berasal dari satu petak sawah yang di tengah, tapi karena hasil panen begitu berlimpah, pajak yang diterima negara pun tetap berlimpah-ruah. Rakyat senang, Raja dan kerajaan pun senang.
Melihat hasil yang luar biasa ini, Raja merencanakan untuk mengurangi setoran pajak pertanian. Ada dua pertimbangan yang menjadi dasar keputusan Raja. Pertama sebagai bentuk permohonan maaf dan koreksi atas kekeliruan yang hampir terjadi di waktu lalu. Kedua untuk mengambil hati rakyat. Namun sebelum rencana itu diputuskan, Sang Raja mengutus Ran Qiu untuk meminta pertimbangan Nabi Kong Zi.
Mendengar rencana ini, Nabi Kong Zi amat menghargai keinginan dan dasar pertimbangan Raja. Beliau bersyukur Sang Raja mempunyai kepekaan dan kepedulian yang tinggi pada rakyatnya. Itulah modal utama untuk menjadi seorang pemimpin besar. Meski menghargai dan memuji rencana tersebut, Sang Guru tidak setuju dengan rencana itu.
"Kewajiban raja adalah memimpin rakyat, negara dan pemerintahan menuju kehidupan yang lebih baik, lebih makmur, lebih sejahtera. Dalam mencapai hal itu, harus ada keadilan. Tidak boleh membeda-bedakan, tidak boleh diskriminatif. Sementara kewajiban rakyat adalah membela negara, ikut berkontribusi aktif dalam pembangunan bangsa dan negaranya. Ikut andil, ikut berpartisipasi sesuai kemampuannya. Kalau hal itu diringkas dalam kalimat sederhana, raja atau pemimpin haruslah ADIL, sedangkan rakyat haruslah ikut ANDIL".
"Sekarang, karena hasil panen berlimpah, rakyat hidup berkecukupan. Sudah seharusnya mereka berkontribusi membayar pajak yang wajar kepada negara. Kalau kewajiban itu mau dikurangi, sama artinya memanjakan mereka. Itu tidak baik. Namun kalau raja benar-benar ingin berbuat baik, bukan dengan mengurangi pajak, tapi gunakan dana berlebih untuk membangun prasarana dan fasilitas umum yang bermanfaat. Akan lebih baik lagi bila kelebihan dana itu dimanfaaatkan untuk meningkatkan pendidikan". Mendengar nasihat Nabi Kong Zi yang begitu baik, Ran Qiu mengucapkan terima kasih berulang-ulang. Raja pun ikut berterima kasih.
Sumber: Bertambah Bijak Setiap Hari 8X3=23!, Penulis: Budi S.Tanuwibowo, Penerbit :Gramedia Pustak Utama-Jakarta.
Print this page
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
TERIMA KASIH