Qu Yuan mewakili tahap baru dalam perkembangan sastra Tiongkok. Karyanya menandai pengeseran dari nyanyian kelompok ke kreasi individual. Ia terkenal akan kontribusinya dalam kumpulan puisi yang dikenal dengan nama Chuci, yang mematahkan batasan-batasan Shijing, memperkaya kemampuan ekspresif puisi, dan membuka sebuah dunia baru bagi puisi Tiongkok kuno.
Qu Yuan (339-278 SM) adalah seorang negarawan dan penyair patriotik yang hidup di zaman Periode Negara Perang Tiongkok Kuno. Namanya adalah Ping dan nama kehormatannya adalah Yuan.
Qu Yuan lahir dalam keluarga kerajaan. Ia mahir dalam bidang bahasa dan pidato. Semasa muda, ia dipercaya menjalankan tugas-tugas menteri oleh Raja Huai dari Chu. Qu Yuan kemudian menjadi korban politik istana dan dikeluarkan dari istana Chu untuk tinggal di pengasingan.
Qu Yuan sebagai Politisi
Periode Negara Perang adalah waktu ketika tujuh negara. Qi, Chu, Yan, Han, Zhao, Wei dan Qin saling berperang untuk memperebutkan kekuasaan. Qin, Qi dan Chu adalah yang terkuat dari ketujuh kerajaan tersebut. Qin selalu ingin mendominasi Chu. Tapi, karena hubungan antara Chu dan Qi sangat erat, Qin tidak berani mengambil langkah-langkah yang lebih jauh dalam invasinya.
Pada tahun ke-15 Raja Huai (304 SM), Zhang Yi, kanselir Qin, memutuskan untuk mengakhiri persekutuan antara Chu dan Qi. Ia pergi ke negara bagian Chu untuk menyuap selir kesayangan raja, Zheng Xiu, pangeran Zilan dan menteri Qi Shang dengan banyak perhiasan dan emas. Orang-orang ini kemudian memperdayai raja Chu, yang jatuh ke dalam perangkap mereka. Ia mengadakan upacara besar untuk menerima Zhang Yi. Zhang Yi, perwakilan raja Qin, berkata pada Raja Huai: "Karena kedua negara kita berbatasan, kita harus bersekutuuntuk menaklukkan dunia. Namun, Yang Mulia malah berkoalisi dengan Qi di wilayah laut timur. Kami merasa kecewa dengan hal ini. Tuanku akan memberimu 600 li tanah jika kau memutuskan hubunganmu dengan Qi."
Raja Huai dari Chu sangat gembira mendengar tawaran ini. Ia mengorganisir sebuah pesta besar untuk merayakan kejadian ini. Qu Yuan, yang bekerja di istana Chu, menyarankan raja untuk mempertahankan persekutuannya dengan Qi untuk menahan ekspansi Qin. Saat Qu Yuan mendengar bahwa Zhang Yi telah datang ke Chu, ia tahu bahwa tujuannya adalah memutuskan persekutuan Qi dan Chu. Qu Yuan khawatir raja Chu akan termakan bujukannya. Ia berkata pada raja Chu, "Zhang Yi tidak bisa dipercaya. Jika Chu memutuskan hubungan dengan Qi, Qin akan mengambil kesempatan untuk menyerang kita."
Namun Raja Huai tidak mau mendengarkan saran Qu Yuan. Qu Yuan yang kecewa menghela napas dan pergi.
Chu dan Qi akhirnya memutuskan hubungan mereka. Raja Chu lalu mengirimkan utusan ke Qin untuk meminta 600 li tanah yang dijanjikan Zhang Yi. Utusan dari Chu tinggal di ibu kota Qin selama lebih dari satu bulan, sebelum Zhang Yi akhirnya memanggilnya. Saat utusan tersebut menanyakan tanah 600 li itu, Zhang Yi berpura-pura terkejut dan berkata, "Apa? 600 li tanah?"
"Bukankah kau berjanji untuk memberikan Chu tanah seluas 600 li?"
"Tidak, kau salah. Aku bilang 6 li bukan 600." Utusan tersebut segera menyampaikan hal ini pada raja Chu. Raja Chu segera memberi perintah untuk menyerang Qin dan membalaskan dendamnya. Namun, tak seperti Qin, Chu tidak siap untuk berperang. Karena itu, Chu kalah dalam perang tersebut.
Qu Yuan lalu diutus untuk memperbaiki hubungan Chu dan Qi. Selama itu, Zhang Yi kembali mengunjungi Chu untuk menyabotase persekutuan Chu dan Qi. Pada tahun Huai ke-24, Chu menjadi sekutu Qin. Qu Yuan dikeluarkan dari ibu kota dan dikirim ke wilayah utara.
Pada tahun ke-30 Raja Huai, Qu Yuan kembali ke ibu kota, Ying. Pada tahun yang sama, Raja Huai di undang ke perbatasan Wu oleh Qin, di mana ia kemudian ditawan. Raja Huai akhirnya meninggal di negara Qin. Raja Huai digantikan oleh putranya, yang bahkan lebih tidak bijak lagi dibandingkan ayahnya. Ia mengabaikan nasihat Qu Yuan untuk tidak menyerahkan diri pada Qin. Qu Yuan diasingkan ke Jiangnan dan kemudian dikirim lebih jauh lagi ke wilayah Yuan dan sungai-sungai Xiang.
Pada tahun 278 SM, mengetahui bahwa negara Chu telah dikalahkan oleh Qin, Qu Yuan, dengan kepedihan yang amat dalam, mengakhiri hidupnya dengan menenggelamkan diri ke Sungai Miluo.
Qu Yuan dan Li Sao
Li Sao adalah karya terbaik Qu Yuan. Gaya bahasanya diambil dari kreasi verbal penduduk lokal Chu. Li Sao adalah lirik puisi romantis mengenai politik terpanjang dalam literatur Tiongkok Kuno. Si penyair menggunakan banyak metafora untuk mengungkapkan sisi buruk politik, menyingkapkan kejahatan, kesewenangan, ketamakan, kekacauan dan kekejamannya. Ia juga menggunakan hubungan antara pria dan wanita untuk menggambarkan hubungan antara seorang penguasa dan bawahannya. Di saat yang sama, ia menciptakan karakter rakyat biasa yang digambarkan berbudi luhur, pemberani, pembela kebenaran dan mencintai negara dan rakyat dengan kasih. Qu Yuan sering kali dianggap sebagai pelopor tradisi romantik dalam literatur Tiongkok klasik.
Artikel Terkait :
Sembahyang Hari Twan Yang
Twan Yang
Kebiasaan dan Kepercayaan di Hari Twan Yang
Khut Gwan (Qu Yuan) Seorang Penyair Yang Cinta Tanah Air
Kisah Penyair Besar Qu Yuan
Dengan Semangat Duan Yang Mari Lestarikan Lingkungan Hidup
Sumber: 117 Tokoh Berpengaruh di Sepanjang Sejarah China, Penerbit Elex Media Komputindo 2013.
sangat menambah wawasan, jika berkenan silakan mengunjungi kembali blog saya :)
BalasHapushttp://reynnogami.blogspot.com/
terima kasih ataskunjungan Anda.
BalasHapus