Home Tentang Kami Kontak Kami Donasi E-Book

Orang Yang Suka Menolong Sesama Han Cen

Oleh Bs.Budi Tamtomo

Han Cen hidup pada jaman dinasti Ming (1368-1644 M). Dia dilahirkan di propinsi Fu Cien / Hok Kian,Kota Sing Hua, keluarganya sangat miskin, Han Cen sehari-hari bekerja sebagai buruh pembuat genting, biar pun setiap hari dia bekerja dengan sangat rajin,namun upah yang diperolehnya hanya cukup untuk makan sederhana bersama keluarganya. Han Cen pernah sekolah dan rajin membaca Kitab Se Su, dan buku-buku karangan para bijaksana jaman dahulu,dia mengerti bagaimana seharusnya seseorang hidup di tengah-tengah masyarakat. biarpun dia sangat miskin tapi dia sangat suka menolong orang lain.
Pada suatu hari, seorang tetangga yang bermarga Wu/Gouw itu berkata: "Beberapa hari lalu saya baru meminjam beras pada anda, namun pada jaman paceklik ini, saya sungguh terpaksa, saya harus menebalkan muka untuk datang minta bantuan pada anda, dan kalau anda sudi kiranya membantu saya, kelak kemudian hari akan saya kembalikan dua kali lipat".
Han Cen berkata: "Kita adalah teman senasib, sudah sepantasnya saling membantu, anda tidak usah sungkan". Tanpa ragu-ragu Han Cen mengabulkan permintaan tetangga itu. Tapi setelah Han Cen sampai di dapur dan membuka tempayan tempat menyimpan beras, baru mengetahui bahwa sisa beras di rumahnya pun hanya tinggal cukup untuk sekali masak saja. Kalau beras ini dipinjamkan pada tetangga, berarti hari ini dia sendiri tidak ada yang bisa dimakan. pada saat begitu, istri Han Cen berkata: "Memang membantu orang lain itu baik dan perlu tapi bagaimana bisa kalau kita sendiri saja sedang susah, kita juga perlu makan". Tapi Han Cen menjawab: "Saya sudah menyanggupinya, maka boleh mendadak saya batalkan! Apa lagi kalau dipikir, dia sampai pinjam beras pada kita, pasti ada kesulitan yang luar biasa, sehingga terpaksa baru meminta bantuan pada kita, kita mana boleh melihat orang yang sudah sekarat tapi tidak menolongnya!".
Setelah mendengar itu istri Han Cen tidak banyak bicara lagi, dia menuangkan sisa beras yang ada dalam tempayan dan semuanya dipinjamkan pada keluarga Wu/Gouw.
Ada sekali lagi, seorang telah memalsukan surat pinjaman dan datang menemui Han Cen, dia berkata: "Bukankah kamu pernah meminjam satu pikul gandum pada saya? Tahun ini panennya bagus, saya yakin anda sudah dapat mengembalikannya pada saya". Mendengar perkataan itu Han Cen sangat kaget, dalam hatinya dia berkata: "Saya tidak pernah meminjam gandum pada orang ini, apakah dia salah alamat, atau memang sengaja datang untuk menipu saya?". Dia diam dan tidak bicara apa pun. Kemudian orang itu mengeluarkan surat pinjaman yang dipalsukan itu untuk diperlihatkan pada Han Cen.
Setelah Han Cen melihat surat pinjaman itu, lebih yakinlah dia bahwa ada suatu yang tidak beres, dalam hatinya berkata: "Hanya untuk satu pikul gandum orang ini tidak segan-segan membuat surat pinjaman palsu, ini adalah perbuatan melanggar hukum, jangan-jangan orang ini memang ada kesulitan yang luar biasa, dan sangat terpaksa. Kalau memang dia adalah seorang penipu profesional, seharusnya dia mendatangi orang-orang kaya supaya hasil tipuannya lebih banyak, dan tidak mungkin mendatangi saya yang miskin ini. Dia berbuat demikian pasti sudah kehabisan akal. Yah! Saya harus membantu dia". Setelah pikir demikian, Han Cen berpura-pura seperti orang yang baru sadar dan berkata: "Betul! Betul! Saya pernah meminjam gandum kamu. Maaf saya sudah lupa, dan setelah melihat surat pinjaman itu baru ingat". Dan Han Cen pun langsung mengambil satu pikul gandum untuk dikembalikan pada orang itu. Melihat apa yang dikerjakan oleh Han Cen, orang itu tersenyum dan berkata: "Tuan Han Cen, mana pernah saya meminjam gandum pada anda, saya datang ke sini hanya untuk menguji anda, anda benar-benar adalah seorang sesepuh yang jujur dan baik hati. Saya sangat kagum!". Di depan Han Cen orang itu merobek-robek surat pinjaman yang palsu itu.
Han Cen membantu orang lain, tidak pernah mengharapkan imbalan. Pada suatu musim rontok, hasil panen penduduk desa sangat memuaskan, tetangga yang dulu pernah meminjam beras pada Han Cen berduyun datang untuk mengembalikan pinjaman beras. Tapi setelah sampai di depan rumah Han Cen yang sudah reyot itu terlihat pintu tertutup rapat dan di pintu terdapat tulisan bahwa: Kami sekeluarga sedang ada perlu ke luar kota, entah kapan pulangnya diantar ke sini, bawa pulang dan pergunakanlah untuk keperluan keluarga kalian.
Orang-orang yang ingin mengembalikan beras semua terharu dan berterima kasih, namun ada juga beberapa orang yang tidak mau terima begitu saja, mereka terus mengetuk pintu, tapi percuma, tidak ada yang membukakan pintu, dan di dalam rumah pun tampak sunyi tak berpenghuni.
Apakah betul Han Cen dengan keluarganya telah pergi ke luar kota? Tidak! Mereka sekeluarga ada di belakang halaman rumah dan bersembunyi di pojokan rumah sedang menganyam karung goni.




print this page Print this page

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TERIMA KASIH