Home Tentang Kami Kontak Kami Donasi E-Book

Anak Menteri yang Dermawan FAN CHUEN JEN

Diceritakan kembali oleh : Bs.Budi Tamtomo

Pada dinasti Sung / Song (960-1279 M), ada seorang Perdana Menteri bernama Fan Chuen Yen dibesarkan dalam keluarga yang tidak mampu, masa kecil dan masa remajanya dilewatkan dalam kondisi serba kekurangan, sehingga setelah menjabat menjadi Perdana Menteri dia banyak menaruh perhatian pada orang miskin. Beliau tidak segan-segan mengeluarkan sejumlah dana untuk dibelikan sawah, kemudian hasil dari sawah itu dihimpun dan dijadikan dana pendidikan, untuk menunjang biaya pendidikan anak-anak dari keluarga yang tidak mampu. Sifat-sifat mulia yang terdapat pada Perdana Menteri ini telah mempengaruhi anak-anaknya, sehingga anak-anaknya pun senang membantu orang lain. Di antaranya anak yang kedua yaitu Fan Chuen Jen yang terlihat sangat menonjol.
Pada suatu hari, Perdana Menteri mengutus anaknya, Fan Chuen Jen untuk pergi ke luar kota menagih. Pada jaman dahulu lalu lintas tidak semudah sekarang, apalagi tagihannya adalah berupa gandum yang berpikul-pikul. Untuk memudahkan pengangkutan, Fan Chuen Jen terpaksa membeli sebuah perahu, dan semua tagihan yang berbentuk gandum itu dimuat dalam perahu dan rencananya akan berangkat pulang esok pagi.
Setelah selesai mengatur semuanya, Fan Chuen Jen turun dari kapal dan menyempatkan diri untuk melihat pemandangan disekitar pinggir sungai. Tiba-tiba dari belakang ada yang menepuk punggung dia, Fan Chen Jen kaget dan menoleh, tak disangka yang menepuk itu adalah teman baik ayahnya yang bernama She Man Ching.
Beliau terlihat pucat, lusuh dan mengenakan baju yang robek, Fan Chuen Jen bertanya : “Paman, mengapa paman ada di sini?, Kesulitan apa yang dialami?, apa yang dapat saya bantu?”. She Man Ching mulutnya menganga sesaat tapi tidak bicara apa-apa. Rupanya agak malu untuk mengutarakannya. Akhirnya atas desakan Fan Chuen Jen, setelah menarik napas panjang She Man Ching menuturkan: “Ceritanya sangat panjang, tadinya kami sekeluarga merencanakan akan pulang ke kampung halaman. Sesampainya disini, tidak disangka tiga anggota keluarga kami jatuh sakit dan tidak tertolong dan akhirnya meninggal. Disini kami jatuh dari kampung halaman, tidak ada sanak famili dan teman, bagaimana saya bisa mendapat uang untuk mengurus kematian ketiga anggota keluarga yang telah meninggal itu …?”.
Mendengar cerita yang sangat mengenaskan itu Fan Chuen Jen sangat sedih, sejenak sambil menunjuk perahu yang sarat dengan muatan gandum ia berkata : “Kalau seisi perahu ini berikut perahunya saya berikan pada paman, apakah itu cukup untuk menyelesaikan masalah yang sedang paman hadapi?”. She Man Ching tidak menyangka bahwa Fan Chuen Jen begitu murah hati dan segera berkata : “Sudah pasti jauh dari cukup!, tetapi bagaimana nanti anda mempertanggungjawabkan hal ini pada ayahmu?”.
Fan Chuen Jen menjawab dengan tenang : “Paman adalah teman baik dari ayah. Saya sekarang sedang mewakili ayah untuk membantu paman melewati masa-masa sulit. Ayah pasti sangat setuju, dan tidak akan menyalahkan saya”.
Maka setelah selesai bicara, perahu berikut gandum yang ada semuanya diserahkan pada She Man Ching, kemudian membantunya mengurus pemakaman ketiga anggota keluarga yang meninggal. Setelah semuanya selesai barulah Fan Chuen Jen mengajak pengikutnya untuk pulang melalui jalan darat.
Setelah sampai di rumah, ayahnya bertanya : “Apakah semua tagihan sudah selesai dikumpulkan? Dalam perjalanan apakah ada kesulitan?.
Maka, Fan Chuen Jen pun bercerita tentang pertemuannya dengan Paman She Man Ching serta musibah yang menimpanya. Disaat mendengar teman baiknya mendapat kesulitan, Fan Chuen Yen dengan gelisah menegur anaknya: “Mengapa tidak kau berikan saja gandum-gandum itu padanya supaya dia bisa melewati masa sulitnya itu?”.
Fan Chuen Jen sambil tertawa berkata: “Tidak hanya gandum yang saya berikan, berikut perahunya saya berikan semua!”
Setelah mendengar ucapan anaknya, dengan pandangan mata yang penuh kasih, Fan Chuen Yen menepuk-nepuk pundak anaknya sambil berkata: “Kamu sungguh anak yang baik, saya bangga!”.
print this page Print this page

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TERIMA KASIH