Oleh : Seroja
Aduh! Nggak deh ! sahut salah seorang rekan saat saya iseng menanyakan ‘maukah kamu miskin? Demkian pula apabila pertanyaan ini saya lontarkan ke hadapan pembaca, saya yakin akan mendapat jawaban yang senada. Memang pertanyaannya cukup sederhana, dan terus terang membuat saya geli, karena ternyata orang demikian takutnya menghadapi kemiskinan. Kemiskinan memang menakutkan bagi kebanyakan orang, namun bagi sebagian orang yang lain tidak lebih dari kenyataan hidup yang harus mereka hadapi.
Kemiskinan, hal yang paling tidak dimaui kebanyakan orang tersebut untuk sementara hanya mengacu pada segi materialitas. Orang terlalu akrab dengan istilah miskin sebagai ‘kekurangan akan harta benda’. Atau miskin sebagai lawan kata dari ‘kaya’ kelebihan akan harta benda’. Maka segi materialitas akhirnya dikejar demi membuang predikat miskin jauh-jauh.
Sedikit melenceng dari pengertian miskin yang sebenarnya, saya ingin mengungkapkan jenis kemiskinan yang lain. Akhir-akhir ini tindakan-tindakan kriminal yang amat amoral seperti maraknya kasus aborsi, penganiayaan, korupsi, pembunuhan dan lain sebagainya. Kita tentu sama-sama mengutuk segala tindakan, perbuatan tersebut. Tindakan demikian, mungkin salah satu pelarian dari rasa ketakutan, kecemasan dan rasa iri akan suatu hal.
Memang, terdapat dua pilihan dalam diri manusia untuk mengatasi ketakutan, kecemasan dan rasa iri yaitu dengan cara fight or fight (melawan atau melarikan diri). Karena itu ketidakmampuan untuk melawan perasaan, membuat manusia cenderung melarikan diri. Singkatnya, tekanan perasaan dan pikiran akan membuat manusia menjadi kabur dan kacau.
Maka kalau boleh, saya akan menggolongkan tindakan negatif di atas sebagai salah satu jenis kemiskinan yaitu miskin moral. Bagi saya ini lebih mengerikan dari pengertian miskin yang pertama tadi. Miskin dalam arti materi lebih mulia daripada miskin moral.
Miskin moral, berarti manusia telah kehilangan beberapa sifat kemanusiaan dalam dirinya, seperti cinta kasih, kebijaksanaan, kesusilaan, dan kebenaran. Bahkan sebelum bertindak pun orang yang miskin moral telah mengalami cacat dalam pikirannya. Segala tindakan, perbuatannya telah diliputi sifat amoral, sehingga apa yang dilakukan menjauhi sifat kemanusiaan. Seperti ujar Meng zi / Bingcu “Jen Ce Yie Yi Shin Shou Che Ci Shi” artinya perbedaan antara manusia dengan hewan itu sedikit sekali. Hanya manusia yang dikarunia akal budi dan hati nurani. Jadi jika manusia telah kehilangan sifat kemanusiaan, apakah yang dapat membedakannya dengan hewan ?
Satu lagi yang baru saja terlintas oleh saya adalah miskin akan ilmu pengetahuan. Ini membuat kita buta akan dunia. Padahal Nabi Kongzi jelas-jelas mengisyaratkan kita untuk belajar dan selalu belajar. Maka dapat dibayangkan betapa terbelakangnya orang yang miskin ilmu pengetahuan, jauh lebih gawat daripada miskin harta benda.
Print this page
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
TERIMA KASIH