Home Tentang Kami Kontak Kami Donasi E-Book

Mata Air Ketamakan 貪婪

Pada zaman dinasti Chin di Tiongkok tahun 265-420 M, ada seorang pejabat yang jujur dan bersih, bernama Wu Yin Ce, rakyat sangat mencintai dan mendukung ia.

Pada suatu musim panas, Wu Yin Ce menungga kuda menuju kota Kuang Chou untuk menerima  jabatan baru, perjalanan sangat jauh dan melelahkan, di saat melewati  desa She Men. Sebuah desa kecil yang terletak 10 kilometer sebelum kota Kuang Chou, Wu Yin Ce pun mencari minum untuk melepas dahaga. Dilihatnya di pinggir jalan ada sebuah sumur dan di samping sumur ada sebuah batu besar dan di atas batu terukir  dua huruf 貪婪 Tan Lan artinya Mata Air Ketamakan. 

"Kita istirahat di sini saja." Wu Yin Ce berkata pada pengikut-pengikutnya. Maka mereka pun mencari tempat yang rindang dan beristirahat, Wu Yin Ce menghampiri sumur dengan maksud mau mengambil air minum, namun tiba-tiba dari kejauhan ada seorang berlari menuju ia sambil berteriak "Yang mulia, air dalam sumur itu jangan diminum". Wu Yin Ce menengok dan melihat seorang petani sedang berlari menghampiri ia.
"Mengapa air sumur yang begitu bening tidak boleh diminum, apakah ada racunnya?" Wu Yin Ce bertanya dengan rasa heran.

Petani itu pun menjelaskannya dengan penuh hormat. "Air sumur itu tidak beracun, bahkah dapat menyembuhkan bermacam-macam penyakit."
"Loh!, kalau begitu mengapa tidak boleh untuk diminum?" Wu Yin Ce lebih heran lagi.
"Kalau melihat penampilan yang Mulia, saya yakin andalah pejabat baru yang akan mulai dinas di daerah kami, orang lain boleh minum air dalam sumur ini, hanya Yang Mulialah yang tidak boleh!"
Setelah mengambil napas sejenak petani itu meneruskan pembicaraan, "Karena setelah minum air dari sumur ini. Pejabat yang biasanya jujur akan berubah menjadi seorang koruptor. Sebelum Yang Mulia menjabat di sini. Kami sudah dengar bahwa yang Mulia adalah seorang pejabat yang baik, jujur dan bisa mengayomi rakyat.  Kami tidak ngin kehilangan seorang pejabat jujur yang selama ini kami dambakan! Kalau Yang Mulia haus, mohon tunggu sebentar, saya akan ambilkan air dari rumah saya". Selesai bicara dengan tidak memperdulikan Wu Yin Ce setuju atau tidak, petani itu langsung berlari menuju rumahnya.

Setelah merenung sebentar, Wu Yin Ce berkata pada pengikut-pengikutnya, "Saya yakin cerita tadi tidak benar. Ini pasti ulah dari pajabat-pejabat terdahulu yang korup itu. Mereka sengaja menyebarkan kabar angin ini supaya memberi kesan pada penduduk setempat bahwa  sebenarnya mereka adalah pejabat yang baik dan jujur. Hanya setelah minum dari sumur inilah mereka berubah sifat dan menjadi seorang pejabat yang korup. Dengan demikian segala tindakan jahat yang mereka lakukan adalah tanggung jawab air sumur yang tidak bersalah ini. sebenarnya masalah korupsi atau tidaknya seorang pejabat tergantung pada moral dari pejabat itu sendiri dan tidak ada hubungannya dengan air sumur ini. Sungguh suatu cerita  yang tak bermakna, saya tidak percaya". Selesai bicara, ia pun ambil air dari sumur itu dan terus diminumnya sampai puas, semua pengikutnya hanya diam dan melihat dengan tercengang.

"Sekarang sudah cukup banyak saya minum air sumur ini, kalau memang air ini mempunyai  kekuatan gaib yang bisa merubah  sifat manusia, saya yakin air sebanyak yang saya minum itu sudah bisa merubah hati nurani  saya, dan saya akan menjadi seorang pejabat yang tidak jujur dan korup".

Setelah selesai bicara, Wu Yin Ce pun tertawa terbahak-bahak dan kemudian membuat  sebuah sanjak yang ditulis di atas batu besar di samping sumur itu, untuk mengutarakan pendapat ia tentang "Mata Air Ketamakan" itu.

Setelah Wu Yin Ce sampai di Kuang Chou dan mulai bertugas, ia tetap mempertahankan perilaku yang jujur, adil, penuh bijaksana, semua masalah keuangan dilakukannya secara terbuka, ia pun dengan ketat mengendalikan bawahannya untuk tidak berbuat hal-hal yang merugikan rakyat.

Sejak itu pula, tidak ada lagi pejabat-pejabat korup yang berani mengkambing hitamkan "Mata Air Ketamakan" itu.


print this page Print this page

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TERIMA KASIH