Cerita Rakyat Korea
Setiap kali Gubernur Kyongju mengunjungi mayor di kota itu, ia akan memukul kepala gadis penari di sana dengan pipanya dan berkata pada sang mayor, "Bagaimana kau bisa tahan dengan gadis rendahan seperti ini?"
Banyak orang, termasuk sang mayor,membenci kebiasaannya ini. Suatu hari, sang mayor memberitahu gadis penari, "Siapa di antara kamu yang dapat mempermalukan sang gubernur akan mendapat hadiah besar."
Tidak ada seorang pun dari mereka mau melakukan hal itu, kecuali seorang gadis belasan tahun. Gadis muda itu memutuskan untuk menarik perhatian pelayan laki-laki sang gubernur. Dia mengenakan pakaian wanita pada umumnya, pergi ke rumah sang gubernur dan memanggil pelayan laki-laki itu.
Rencananya berjalan lancar. Sebelum ia menyadarinya, si pelayan laki-laki itu sering keluar untuk bertemu dengannya dan keduanya akan berbincang-bincang beberapa saat.
Kejadian ini terjadi beberapa kali setiap harinya selama beberapa waktu. Tak lama kemudian, sang gubernur menjadi curiga dan bertanya pada pelayan laki-lakinya, siapa wanita itu.
"Oh, dia adalah saudara perempuan saya,"jawabnya. "Satu atau dua tahun yang lalu, suaminya pergi menjual barang. Karena ia hanya mempunyai beberapa teman, ia ingin saya membantunya."
Ketika sang pelayan laki-laki itu keluar makan pada suatu malam, gadis itu muncul di gerbang dan memanggilnya. Sang gubernur menyambutnya dan mengundangnya masuk ke dalam rumah .
Dengan tingkah laku yang malu-malu dia masuk ke dalam. "Pelayan laki-laki saya sedang pergi keluar," kata sang gubernur. "Maukah kau menyalakan pipa ini untukku?"
Ketika dia sedang melakukannya, sang gubernur berkata, "Duduklah dan isaplah sedikit."
"Tidak, saya tidak berani," jawabnya.
"Apa yang kau takutkan? Tidak ada orang lain lagi di sini."
Dia kemudian ikut menghisap pipa itu. Tiba-tiba karena merasa suka pada gadis itu, sang gubernur berkata: "Kau adalah wanita tercantik yang pernah saya lihat. Saya tidak akan mampu makan atau tidur setelah pertemuan denganmu ini. Mengapa kau tidak tinggal saja di sini? Tidak ada seorang pun akan mengetahuinya karena saya sendirian saja di sini."
Sang gadis berpura-pura malu. "Kita sama sekali tidak cocok. Kau adalah seorang pria terhormat sedangkan saya hanyalah wanita biasa. Jangan mempermainkan saya,"jawabnya.
"Saya serius tentang hal ini," janjinya lagi."Kalau begitu, mengapa bukan kau yang diam-diam datang ke rumahku di malam hari. Saya akan memberikan topi orang biasa kepadamu. Begitu kau mengenakannya, tidak ada seorang pun yang akan mengenalimu."
"Ide yang baik sekali itu," kata sang gubernur."Saya akan melakukan seperti yang sudah direncanakan. Ketika sang gubernur tiba, sang gadis menerimanya dengan hangat sebelum menyalakan lampu dan memberinya makanan dan minuman.
Lalu mereka berbincang-bincang dan minum bersama. Tiba-tiba terdengar suara keras dari luar rumah. Sang gadis berteriak: "Suamiku kembali. Ia sepertinya mabuk. Apa yang akan kita lakukan?"
Setelah berkata begitu, dia berjalan keluar dan berteriak, "Siapa yang membuat suara ribut begitu rupa di jam seperti ini?"
"Tidakkah kau mengenali suaraku? Buku pintu ini," terdengar jawabannya."Mengapa kau kembali lagi, Chollo (macan buas)? Kita sudah berpisah untuk selamanya."
Sang gadis segera berlari masuk ke kamar dan memberitahu sang gubernur, "Tuanku harus bersembunyi."
Tapi tempat bersembunyi satu-satunya adalah peti beras yang kosong, jadi ia dengan cepat-cepat bersembunyi di dalamnya dan sang gadis menutupnya rapat-rapat.
"Setelah tiga tahun berpisah, ada urusan apa kau datang kemari dan menggangguku lagi?" tanya sang gadis.
"Saya ingin mengambil barang-barangku."
Tidak puas dengan barang yang dilemparkan istri kepadanya, ia menunjuk pada peti itu dan berkata, "Itu adalah milikku!"
"Apa kau bilang, kau mau peti itu juga? Bila kau membawa peti itu, saya akan menuntutmu di depan mayor."
Setelah pagi tiba. Peti itu dibawa ke kantor sang mayor di mana sang mayor sudah duduk bersiap-siap. Ketika keduanya menceritakan kasusnya, sang mayor berkata, "Kalian berdua mempunyai hak yang sama untuk memperolehnya. Saya harus membagi peti ini menjadi dua. Pelayan, potong peti ini menjadi dua bagian sama besar."
Sang pelayan mulai menggergaji peti itu ketika tiba-tiba terdengar suara teriakan dari dalam, "Oh, jangan bunuh saya."Sambil berpura-pura terkejut, sang mayor berkata, "Bagaimana bisa ada orang didalamnya?" Sang pelayan lalu membuka penutup peti dan yang keluar adalah pria setengah terlanjang - sang gubernur! Semuanya tertawa terbahak-bahak, terutama sang mayor.
Sambil mencoba sebisanya untuk menutup malunya, sang gubernur keluar dari peti itu dan berdiri tegak di sana, dengan kepala menunduk karena malu dan terlihat sangat bodoh.
Sang mayor kemudian minta beberapa pakaian untuk sang gubernur. Dan kebetulan yang tersedia hanyalah pakaian wanita berwarna hijau! Sang gubernur tidak mempunyai pilihan lain untuk mengenakannya cepat-cepat dan pulang kembali ke rumahnya.
Tidak pernah lagi ia kembali ke tempat sang mayor, dan bahkan sampai hari ini orang di Kyongju akan tertawa bila mereka mendengar cerita tentang sang gubernur dengan petinya itu.
Print this page
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
TERIMA KASIH