Saya menyapa
Beliau dengan panggilan akrab Pak Budi, pengenalan saya dengan Beliau sekitar
tahun 1996, saat itu Pak Budi mengajar mata pelajaran Budi Pekerti Khonghucu di
Perguruan Setia Bhakti, Sekolah Confucius terbesar di Tangerang. Selain di
sekolah, Pak Budi juga aktif di Khongcu Bio Kota Tangerang, yang letaknya tidak
jauh dari Sekolah Setia Bhakti. Di Khongcu Bio, Beliau tidak mengenal lelah,
sering memberikan ceramah agama kepada umat Khonghucu dan aktif melaksanakan
pelayanan umat di Tangerang dan sekitarnya. Untuk memajukan umat Khonghucu di
Kota Tangerang, Pak Budi menyelenggarakan kursus bahasa Mandarin setiap hari
Sabtu, saya ingat betul, yang mendaftar kursus bahasa Mandarin sangat banyak,
saking banyaknya hingga harus dibagi beberapa kloter, pada hari-hari tertentu.
Selain itu Pak Budi, juga melatih lagu-lagu rohani, sehingga terbentuklah Paduan
Suara WAKIN (Wanita Khonghucu Indonesia) Kota Tangerang, seminggu sekali
ibu-ibu menyelenggarakan latihan paduan suara dibawah arahan Bapak Budi Tamtomo.
Luar biasa saking bersemangat Pak Budi kadang lupa akan kesehatannya, Beliau
tetap bersemangat, hanya dengan ridho Tian, Beliau bisa kembali berkarya. Dibawah
DEROH Tangerang dan sekitarnya, beliau menjadi pembicara tetap, Program Belajar
Bersama Kitab Su Si, yang diselenggarakan setiap bulan di Lithang Tangerang dan
sekitarnya.
Atas jasa
dedikasinya yang besar terhadap pengembangan Agama Khonghucu, pada tanggal 04
Februari 1998, seusai sembahyang besar King Thi Kong di Lithang Khongcu Bio
Tangerang dengan disaksikan lebih kurang 50 umat di Tangerang, Ks.Budi Tamtomo
telah di Liep Gwan menjadi Bunsu (Wensu), yang dipimpin oleh almarhum
Hs.SDH.Chandra (89 tahun, saat itu).
Pada tahun 1997, Hs.Suryo Hutomo, meninggal
dunia, jabatan Hs.Suryo Hutomo, pada saat itu adalah Direktur Perguruan Setia
Bhakti, wafatnya Hs.Suryo Hutomo, terjadi kekosongan pimpinan di Perguruan
Setia Bhakti, berdasarkan musyawarah dan keputusan rapat Pengurus Seksi Agama
Khonghucu Perkumpulan Padumuttara (sekarang Boen Tek Bio) yang diketuai oleh
Bapak Ks.Soehendra dengan Ketua Seksi Pendidikan Perguruan Setia Bhakti
Perkumpulan Padumuttara (sekarang Boen Tek Bio) Almarhum Bapak Drs.Tanto
Satriadi,SE,SH dengan persetujuan Ketua Umum Perkumpulan Padumuttara (sekarang
Boen Tek Bio) menetapkan dan mengangkat Bapak Bs.Budi Tamtomo menjadi Direktur
Perguruan Setia Bhakti Tangerang. Pak Budi menerima jabatan itu dengan penuh
amanah dan tanggung jawab, tidak hanya mimpi tapi merupakan harapan Pak Budi
untuk berusaha dengan sungguh-sungguh menjadikan Perguruan Setia Bhakti sebagai
Sekolah Confucius dikenal luas dikalangan masyarakat, saat itu Sekolah Setia
Bhakti terdiri dari 3 unit yakni TK, SD dan SMP, dengan gedung yang masih
sederhana, tidak semegah saat ini.
Banyak hal yang
Beliau lakukan untuk membenahi Perguruan Setia Bhakti dan mengembalikan
Perguruan Setia Bhakti dengan semangat Ru Jiao. Langkah pertama Beliau lakukan
adalah mengundang Bapak Eko Prayitno pelukis oriental dari Pekalongan, untuk
melukis Riwayat Hidup Nabi Agung Kongzi atau Confucius, di Aula TK Confucius
(sekarang Aula Perguruan Setia Bhakti) yang dapat kita saksikan saat ini.
Sepeninggal Hs.Suryo Hutomo, Media Konfusiani,
sebagai buletin yang menyuarakan agama Khonghucu, dikelola kembali oleh Pak
Budi bersama-sama generasi muda Khonghucu maupun siswa-siswi Perguruan Setia
Bhakti, sehingga membuat Media Konfusiani menjadi bacaaan yang lebih menarik.
Pada bulan Mei 1998, pasca kerusuhan, Pak Budi
sangat intensif memperkenalkan Perguruan Setia Bhakti dikalangan masyarakat
luas dengan mengundang Bapak Wilson Tjandinegara, seorang penyair, penulis dan
wartawan bahasa Mandarin untuk meliput acara budaya dan kesenian yang
diselenggarakan Perguruan Setia Bhakti diantaranya Wushu dan barongsai, yang sangat
menarik perhatian masyarakat saat itu, karena kesenian itu sempat dilarang oleh
pemerintah orde baru. Pengenalan dan hubungan baik dengan Pak Wilson
Tjandinegara, mengantar Perguruan Setia Bhakti semakin dikenal masyarakat luas.
Pak Wilson sering mengundang siswa-siswi Perguruan Setia Bhakti untuk mengisi
acara kesenian disela-sela perluncuran Buku di Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
Pada sekitar bulan Desember 1998, Perguruan
Setia Bhakti melaksanakan pembangunan gedung baru dan renovasi gedung lama yang
diharapkan selesai pada bulan Juli tahun 1999, yakni Gedung TK Confucius dan
Gedung SMK. Sesuatu hal yang baru adalah dimulainya untuk pertama kali
pembukaan SMEA (Sekolah Menengah Ekonomi Atas) / SMK Bisnis dan Manajemen yakni
jurusan Akuntansi dan Sekretaris. Perguruan Setia Bhakti adalah salah satu sekolah
swasta yang merintis berdirinya SMEA di Tangerang. Jabatan Pak Budi pada
Panitia Renovasi Sekolah Confucius Perguruan Setia Bhakti adalah Sekretaris.
Jasa besar Pak Budi yang tidak bisa dilupakan adalah mencari donatur di dalam
hingga ke luar negeri, untuk pembangunan tiga lantai Gedung SMK. Hal lain yang
dilakukan oleh Pak Budi mengambil keputusan dan kesepakatan bersama dengan
Kepala SMK Setia Bhakti, Bapak Drs.Sergius Kelang, memasukan pelajaran bahasa
Mandarin dan Pendidikan Agama Khonghucu untuk diajarkan di kelas secara formal
sebelum memasuki ajaran baru bulan Juli 1999, sebelumnya Pendidikan Agama
Khonghucu hanya diajarkan saat siswa-siswi sudah pulang sekolah. Untuk itu Pak
Budi, mengundang Ibu Liem Swie Lan di Jakarta mengajar mata pelajaran Agama
Khonghucu, Ibu Liem Swie Lan, guru pertama mata pelajaran Agama Khonghucu di
SMK Setia Bhakti. Satu hal yang sangat membanggakan adalah mungkin Perguruan
Setia Bhakti adalah satu-satunya sekolah yang pertama di Indonesia mengajarkan
mata pelajaran bahasa asing yakni bahasa Mandarin, saat itu bahasa Mandarin
masih dilarang, setahu saya, saat itu di
Tangerang belum ada sekolah yang memiliki mata pelajaran bahasa Mandarin selain
Sekolah Setia Bhakti.
Tampak mengenal
lelah dan tetap bersemangat untuk memperkenal Perguruan Setia Bhakti, Pak Budi
mengundang wartawan media cetak maupun elektronik dari dalam maupun luar dari
Malaysia, Singapore, Hongkong inilah keberadaan Sekolah Confucius ada di
Indonesia.
Sekitar tahun 2000, siswa-siswi Sekolah Dasar
Setia Bhakti, selain Pendidikan Agama Khonghucu diajarkan juga Budi Pekerti
Khonghucu, dengan melafalkan dan memahami Kitab San Zi Jing (Kitab Tiga Untaian
Kata) yang diajarkan oleh guru-guru bahasa Mandarin. Beberapa Lithang yang ada
di Tangerang dan sekitarnya, juga ikut mengajarkannya.
Untuk memperkenalkan Perguruan Setia Bhakti
sebagai Sekolah Confucius masih pada tahun yang sama, pertama kalinya Perguruan
Setia Bhakti mencetak Kalender Perguruan Setia Bhakti, yang dikirim untuk
seluruh Lithang dan donasi yang ada di Indonesia.
Pada sekitar tahun 2003, Pak Budi Tamtomo,
mengakhiri pekerjaan di Perguruan Setia Bhakti, jabatan terakhir beliau adalah
Direktur Perguruan Setia Bhakti.
Hari Sabtu, 20 Juni 2015, Bapak Ws.Budi Tamtomo
terlahir dengan nama Liong Bun Fung dalam usia 70 tahun, telah meninggalkan
kita untuk selama-lamanya, pribahasa mengatakan TAK ADA GADING YANG TAK RETAK.
Sepanjang hidup almarhum telah berjuang dan berjuang dengan penuh semangat
meski usia dan penyakit untuk memajukan dan mengembangkan Agama Khonghucu
dengan penuh tantangan maupun rintangan.
Saya pada tahun 2008 sempat menwawancarai almarhum
Bapak Latif di rumahnya, Rawabungur, Bogor, salah satu tokoh pendiri Sekolah Confucius
Perguruan Setia Bhakti, tentang Pak Budi Tamtomo, Pak Latif mengatakan
demikian, “Pak Budi Tamtomo telah mengukir prestasi besar sanggup menghimpun
dana yang begitu banyak dari tokoh-tokoh Tionghoa untuk Sekolah Setia Bhakti,
bangunan tiga lantai. Jangan melihat kesalahan Pak Budi tapi lihat prestasi
yang telah Beliau sumbangkan”.
Sejak meninggalkan Perguruan Setia Bhakti,
praktis, Media Konfusiani edisi cetak pun ikut mati suri, pada tahun 2008, saya
yang pernah bersama Beliau dalam tim Media Konfusiani mencoba menghidupkan
kembali Media Konfusiani edisi online dalam bentuk blogspot...
konfusiani.blogspot.com.
SELAMAT JALAN BAPAK WS.BUDI TAMTOMO, SAHABAT DAN
GURU PEMBIMBING KAMI, SEMOGA SEGENAP KEBAJIKAN BAPAK DITERIMA DISISI TIAN.
SANZAI.
Gedung Tiga Lantai Perguruan Setia Bhakti, Kerja Keras Pak Budi Tamtomo |
Lukisan Riwayat Nabi Agung Kongzi di Aula Perguruan Setia Bhakti |
Tong Yun Kai (melambaikan tangan), Pimpinan Academy Confucius Hongkong bersamamurid Perguruan Setia Bhakti Saat Perayaan Tahun Baru Imlek Nasional Tahun 2000 |
Selamat jalan Pak Guru.
BalasHapussemoga amal dan ibadahnya diterima di SisiNYA. Aamiin.
terima kasih kongusiani blogspot atas infonya.
terakhir saya BBM beliau tapi centrang terus, saya pikir sedang tidak aktif atau tidak ada sinyal.
saya penasaran dan saya browsing digoogle, dan saya menemukan blog ini, dan saya saya sangat sedih membaca kabar berita ini :'(
saya memang belum pernah bertemu dengan beliau, tapi mengenal beliau lewat facebook dan BBM, tapi karena FB beliau tidak aktif lagi jadi saya lebih sering berkomunikasi lewat BBM.
dan saya juga sudah dikasih buku oleh beliau lewat paket dari batam kejakarta. dengan judul "Kearifan dari Timur" #LUNYU
beliau selalu menasehati saya tentang menjalani hidup, saling hormat menghormati semua mahluk hidup, dan beliau selalu menghormati keyakinanku walaupun saya beda keyakinan.
waktu beliau akan ada kunjungan kejawa tengah / daerah saya, sebenarnya Pak Guru ingin bertemu tapi saya tidak bisa karena saya berkerja dijakarta.
dan saya juga ingin bertemu beliau kalau beliau kejakarta.
dan belum sempat bertemu Tuhan berkehendak lain.
selamat jalan Pak Guru, terima kasih semua nasehat2nya akan saya terapkan dalam jiwa ini.
saya tidak dapat berkata2 hanya Do'a untuk Pak Guru.
Rest In Peace Pak Guru, God Bless You
I'll always miss You.
--------------------
saya sajidin
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusoh ya meninggalnya kapan ya Pak?
BalasHapusterima kasih.