Bagi umat Ru Jiao, Hari Dong Zhi (Tang Cik) mempunyai makna suci dalam memperingati tiga rangkaian peristiwa :
1. Memperingati Hari Dong Zhi (Tang Cik)
Hari Dong Zhi ialah hari saat letak matahari tepat di atas garis balik 23½ Lintang Selatan, yakni bertepatan dengan tanggal 22 Desember. Pada saat itu dibelahan bumi utara mempunyai siang hari paling pendek dan malam hari paling panjang. Pada daerah-daerah utara yang mempunyai iklim sub tropis dan dingin, tibalah musim dingin. Oleh karena itu pada zaman Dinasti Ciu (1122 – 255 SM), saat itu dipandang sebagai hari permulaan tahun baru karena hari-hari selanjutnya letak matahari mulai balik ke utara, siang hari makin panjang malam makin pendek, sekalipun musim masih bertambah dingin sampai tiba musim semi, saat matahari melewati garis khatulistiwa.
Dong Zhi Dalam Tiga Peristiwa
Pada saat Dong Zhi itu, rajamuda-rajamuda mengadakan upacara sembahyang besar yang dinamai Kau, yang dilakukan dihadapan sebuah altar yang dibangun di alun-alun sebelah selatan untuk mengucapkan puji syukur kepada Tian, dan tiap lima tahun sekali Kaisar sendiri langsung memimpin upacara sembahyang itu, yang disebut Tee.
Rakyat pun melakukan sembahyang kepada Tian dan leluhurnya, dengan sajian utamanya ialah onde yang berbentuk bulat, dibuat dari tepung ketan dan diberi warna merah dan putih sebagai simbol yin dan yang, negatif dan positif dan diberi kuah manis. Disajikan tiga mangkok onde, tiap mangkok diisi 12 onde merah/putih dan diberi sebuah onde merah besar sebagai simbol berkat yang diterima sepanjang tahun.
2. Memperingati Hari Mu Tu (Bok Tok) atau Genta Rohani
Bagi umat Ru Jiao ( Agama Khonghucu ), Hari Dong Zhi (Tang Cik) mempunyai makna suci khusus, disebut hari Bok Tok, saat Nabi Kong Zi meninggalkan Negeri Lu, tanah airnya mengembara dan menyiarkan Jalan Suci Tian. Dikisahkan bahwa selama Nabi Kong Zi menjadi Perdana Menteri, Negeri Lu mencapai kemajuan yang pesat, melihat kemajuan dan kesejahteraan Negeri Lu, menimbulkan kekuartiran Negeri Qi, jika Rajamuda Negeri Lu benar-benar menjadi Rajamuda Pemimpin. Ada seorang Menteri Negeri Qi berkata,”Dengan Nabi Kong Zi sebagai perdana menteri, Negeri Lu akan menjadi kuat, kita adalah negeri tetangga yang terdekat, maka Negeri Qi akan ditaklukan, lebih baik kita memelihara persahabatan dan jangan lambat menyerahkan kembali tanah-tanahnya.”
Tetapi, Menteri Lee Cu berkata, “Baiklah kita akan lakukan tipu muslihat lebih dahulu, kalau gagal barulah tanah-tanah itu dikembalikan.”
Mereka mencari muslihat untuk meretakkan hubungan Nabi Kong Zi dengan rajamuda Negeri Lu. Dipilih 80 wanita cantik, dilatih menari, menyanyi, bermain musik, diberi pakaian serba mewah, disuruh berhias diri, diantarkan dengan 30 kereta yang masing-masing ditarik empat ekor kuda sebagai hadiah persahabatan Negeri Qi kepada Rajamuda Lu (495 S.M).
Rombongan wanita dan kereta berkuda itu berhenti di luar Gerbang Selatan, dan kepala utusan itu menghadap ke istana menyampaikan surat.
Hal itu menimbulkan pertentangan di antara menteri-menteri dan bangsawan-bangsawan. Nabi Kong Zi secara tegas telah mengingatkan Rajamuda Lu dan menghimbau untuk menolak pemberian itu. Kepala Keluarga Kwi, Kwi Hwancu diam-diam dengan menyamar berkali-kali melihat hadiah itu dan tergerak untuk menerimanya. Kemudian membujuk Rajamuda Lu ikut menjenguk dan akhirnya berhari-hari bersenang-senang di sana.
Mengetahui hal ini, Zi Lu berkata,”Sudah waktunya kita pergi, Guru.” Tetapi Nabi Kong Zi bersabda, “Saat ini Negeri Lu sedang menyiapkan Sembahyang Besar Kau (Sembahyang besar Kepada Tian pada hari Tang Cik, 22 Desember), bila upacara dilaksanakan dengan benar, dan para pejabat dibagi barang sajian, itu pertanda saya masih boleh tinggal.”
Hadiah Negeri Qi itu ternyata secara resmi diterima, tiga hari tidak ada sidang, upacara sembahyang tidak dilakukan sempurna oleh Rajamuda Lu dan para pejabat tidak dibagi barang sajian. Maka saat itu Nabi Kong Zi mengundurkan diri dan Nabi Kong Zi didampingi murid-muridnya meninggalkan Negeri Lu.
Pada saat itu, usia Nabi Kong Zi telah lebih dari lima puluh tahun, ia memutuskan untuk melakukan sejumlah ziarah ke berbagai pelosok Tiongkok disertai dengan beberapa muridnya, Nabi Kong Zi melakukan perjalanan untuk menebarkan ajaran-ajarannya keberbagai pelosok negeri di daratan Tiongkok selama tiga belas tahun lamanya.
3. Memperingati Wafatnya Meng Zi (Bing Cu) Sang Penegak
Meng Zi yang hidup pada zaman Peperangan Antar Negara itu, melihat banyak aliran-aliran yang menyimpang tanpa kendali, beratus aliran bermunculan, kita bersyukur kehadirat Tian, bahwa Meng Zi dikarunia kecerahan, semangat dan kemampuan untuk menegakkan dan meluruskan ajaran yang benar dan lurus dan tanpa kompromi menunjukkan berbagai aliran yang menyimpang itu.
Meng Zi yang gerak dan lakunya selalu mencerminkan kebajikan yang dikhotbahkan meninggalkan kesan yang mendalam kepada semua yang mengenalnya. Setelah meninggal dunia. Murid-muridnya berkumpul bersama mencatat ajaran-ajarannya dan percakapan-percakapannya dengan orang lain. Catatan-catatan itu dikumpulkan menjadi sebuah Kitab yang mengangkat perkembangan lebih lanjut Ru Jiao yang asli, meluruskan dari tafsiran-tafsiran yang menyimpang. Inilah Kitab Meng Zi yang terkenal dan lestari terwariskan sampai kini. Karenanya beliau diakui sebagai tokoh besar ke dua setelah Nabi Kong Zi dalam Ru Jiao.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
TERIMA KASIH